Dia duduk di barisan paling depan. Berada di tengah-tengah menatap patung besar dengan tanda salib di belakang punggungnya. Jangan salah, Mr. Tonny datang bukan untuk merendahkan dirinya, dia pria yang arogan, Tuhan tidak bisa menghentikan langkah dan segala keputusan yang dia punya.
"Kau tidak berdoa?" tanyanya. Pria yang ada di sisi Rumi seakan gila dengan kepercayaan itu. "Kau harus berdoa. Ini tempat yang paling bagus untuk mengucapkan permintaan, Tuhan mendengar lewat ketulusan hati, Nak."
Mr. Tonny diam. Perlahan bibirnya tersenyum miring. "Aku bukan hamba yang baik, kenapa harus berdoa? Tuhan membenciku," katanya menyahut dengan tegas.
Dia menghela nafasnya panjang. Tak lagi berucap. Duduk berdama pria yang merupakan sahabat dekat ayahnya, dia dididik oleh Abheek pada masanya. Menjadikan seorang Tonny Ayres sebagai pria yang matang akan segala macam bentuk tantangan.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com