"Apa yang sedang terjadi di pasar Kota Nakasam?!" tanya Zel yang agak terkejut.
"Tenang, Zel. Kita dengarkan penjelasan lebih lengkapnya dulu," ujar Kakek Lummy berusaha menenangkan Zel.
Freeya juga meraih tangan suaminya itu dan menggenggamnya erat-erat. Pasangan romantis itu saling tatap satu sama lain. Zel menghela napasnya pelan.
"Baiklah, pantas saja di ruangan tadi yang mulanya ramai kini hanya ada beberapa orang saja. Itu pun seperti terkena pengaruh sihir hitam. Mereka bertujuh menyerangku bersamaan," tutur Zel.
Sin, Cos, dan Tan pun tahu akan apa yang sebenarnya terjadi di guild saat mereka bertiga datang.
"Hah? Jadi tadi itu alasan mengapa anggota guild menyerang Paman Zel secara bersamaan?" tanya Sintri memastikan. Zel hanya mengangguk dengan mantap.
"Hal seperti itu juga sedang terjadi di pasar Kota Nakasam. Para warga tanpa sadar menyerang orang lain tanpa pandang bulu. Tapi bedanya..." jelas Tan namun menghentikan ucapannya.
Tan pikir dia tidak harus menjelaskannya secara rinci. Dia hanya ingin menjalankan tugas yang diberikan oleh Wod untuk meminta bantuan dari Kakek Master. Sisanya nanti biar Kakek Master dan yang lain melihat langsung masalah apa yang terjadi.
"Tapi bedanya apa?" tanya Kakek Lummy yang sudah penasaran sejak tadi.
"Menurutku lebih baik Kakek Master dan Paman Zel serta Tante Freeya melihatnya secara langsung dengan mata sendiri. Yang lebih penting sekarang anggota guild Lumiere tengah kesusahan melawan kebengisan para warga yang menggila itu. Paman Wod dan Sio juga tidak tahu cara mengatasi mereka semua. Dan ya karena para warga biasa yang menyerang, anggota guild tidak tega untuk melukai mereka dan berniat menyadarkan kembali," kata Tan panjang lebar.
"Itu betul, Kek. Paman Wod meminta tolong kami untuk memberi tahu hal ini pada Kakek Master dan meminta bantuan pada Kakek," sambung Cos.
"Baiklah, jangan buang waktu lagi. Ayo kita segera ke sana!" ajak Kakek Lummy langsung memutuskan.
Kakek Lummy yang masih berjalan normal tanpa bantuan tongkat segera bergerak dari posisinya semula. Dia langsung bergegas ke lokasi yang telah diberi tahu Tan sebelumnya, yakni di pasar Kota Nakasam yang tiap malamnya pasti ramai oleh penjual dan pembeli. Zel dan yang lain mengikuti dari belakang.
Belum juga Kakek Master keluar dari bangunan guild, sakit punggungnya kumat. Saat itu juga Kakek Master merasakan sakit yang amat di bagian belakangnya.
"Aduh duh.... punggungku... kumat..." rintih Kakek Lummy kesakitan yang hampir jatuh karena pijakannya melemah.
Freeya dengan tanggap membantu Kakek Lummy agar tetap berdiri.
"Anda sebaiknya istirahat saja, Kek. Biar masalah ini cukup kami berdua saja yang urus," saran Zel ikut membantu.
"Aku pun ingin seperti istirahat juga, Zel. Tapi ini menyangkut semua anggota guild yang ada. Apa kau yakin bisa mengatasinya bareng Freeya?" ucap Kakek Lummy meminta kepastian.
"Tenang saja, Kek. Kakek segera merebahkan tubuh kakek yang lelah saja. Kan mereka bertiga bilang ini masalahnya sama seperti yang aku hadapi tadi di ruangan guild. Sepertinya biang kerok dari masalah ini pun sama," kata Zel memberi kepastian.
Zel dan Freeya pun memutuskan untuk membawa Kakek Lummy kembali ke kamarnya dan membiarkan dia istirahat. Trigonometri tak bisa menyangkal tindakan tersebut karena memang kondisi yang tidak prima lagi bagi seorang kakek tua berumur 60 tahun ke atas.
"Sayang sekali, Bocah Kembar Tiga. Tampaknya aku tidak bisa bantu banyak. Biar Zel dan Freeya yang membantu kalian dan yang lain," ucap Kakek Lummy.
"Iya, Kek. Tak apa. Kakek istirahat saja yang cukup," ujar Sin tersenyum.
"Ya... semoga saja malam ini tidak turun hujan," kata Kakek Lummy seraya menatap ke atas di mana atap kamarnya sudah tak ada dan langsung menembus langit.
Senyuman yang mengembang di wajah Sintri kini semakin ceria. Begitu pula Cos dan Freeya. Zel hanya tersenyum tipis dan Tan tak berekspresi apa pun. Usai selesai mengurus Kakek Lummy, mereka berlima keluar lagi dari dalam kamar yang tanpa pintu tanpa atap itu.
"Apa Paman Zel betul-betul tahu cara menyadarkan mereka?" tanya Cos penasaran.
"Tenang saja. Meski tampang gini, jangan lupa kalo Paman ini Penyihir Tingkat SS," ucap Zel menyombongkan diri. Freeya yang berjalan di sampingnya langsung menggelitik perut Zel. Zel merasa kegelian sambil tertawa kecil.
"Sombong amat!!" bentak Freeya langsung ke arah telinga Zel. Trigonometri hanya melihat pasangan suami istri tersebut dengan ikut gembira.
Tampak di ruang yang biasa dijadikan tempat kumpul para anggota guild kini sunggu berantakan. Bangku-bangku yang ada bertebaran di mana-mana dalam keadaan rusak. Tembok berlubang tak hanya satu saja. Terlebih lagi 4 orang masih terkapar di situ dalam keadaan tak sadarkan diri. 3 orang lainnya yang tadi bertarung memakai senjata bersama Zel menghilang entah ke mana setelah tersadar dalam keadaan baju yang koyak akibat api.
"Apa mereka akan dibiarkan begitu saja di sini, Paman?" tanya Sin yang melihat 4 orang tersebut tak bergerak.
"Tak apa. Aku tidak membunuh mereka. Sebentar lagi juga 3 teman mereka yang sudah sadar dan mungkin tengah ganti pakaian di kamar akan membawa mereka ke dalam juga," jelas Zel kemudian menghela napas.
"Untung saja Kakek Master tidak melihat hal ini tadi. Dia akan sangat marah saat melihat hal seperti ini," sambung Zel.
"Ehem! Sebaiknya kita segera ke lokasi," ucap Freeya mengingatkan.
"Lebih cepat lebih baik. Kita lari saja dari sini," saran Tan.
Semuanya menyetujui. Mereka berlima pun berlari beriringan menuju lokasi masalah muncul. Tak butuh waktu lama, mereka berlima sampai. Betapa terkejutnya Zel dan Freeya yang melihat kejadian yang dimaksud dengan mata kepala sendiri.
"Apa yang terjadi di sini?! Kenapa bisa sampai seperti ini?!" tanya Freeya tak kuasa melihatnya dan segera mendekap Zel.
"Oi, Tan! Betul ini masalah yang terjadi?!" Zel sedikit tak percaya.
"Betul, Paman! Mereka semua juga seperti terkena pengaruh sihir jahat seperti yang Paman alami tadi di guild. Tapi bedanya sihir jahat itu membuat para warga tanpa sadar mengeluarkan nafsu binatangnya yang menggebu-gebu!" papar Tan mulai serius.
Sin hanya terus berlindung di belakang Cos yang masih antusias dengan situasi tak lazim itu. Zel sendiri hanya bisa menelan ludah karena baru pertama kali melihat banyaknya manusia yang telanjang bersamaan dan melakukan hubungan seks di tempat umum.
"Bagaimana menyadarkan mereka kembali, ya?" pikir Zel seorang diri.
Zel teringat akan para anggota yang juga turun tangan di sini namun tak bisa mencari solusinya.
"Kalian bertiga bantu tolong cari anggota guild yang masih sadar dan bawa mereka ke mari! Paman aku kasih tahu cara menyadarkan mereka!" tegas Zel memberi perintah.