Saat Ayah mengantar Pak Ustaz pulang aku memberi makan Mamah karena dia terlihat sangat lemas dan aku ceritakan sedikit apa yang terjadi. Mamah menangis dan merasa bersalah tapi aku menenangkannya kalau semua ini bukan perbuatan Mamah, kemudian Mamah tertidur.
"Kak aku lapar," ujar Adik.
"Tunggu sebentar ya Kakak ambilkan makan untuk kamu," ujarku.
"Tapi aku takut," ujarnya.
"Tidak akan terjadi apa-apa," ujarku.
"Bagaimana kalau Mamah menyerangku lagi?" tanyanya.
"Tidak akan sekarang Mamah sudah sadar," ujarku.
Aku pergi ke dapur untuk membawa Makan untuk Adikku, baru saja sampai di dapur Adikku teriak aku langsung lari ke kamar saat tiba di sana kamar menjadi sangat berantakan tetapi Mamah masih terbaring di kasur. Adikku mengatakan kalau itu perbuatan Makhluk besar berwarna hitam dan bermata merah.
"Tadi ada orang tinggi besar matanya merah," ujar Adikku.
"Terus sekarang dia ke mana?" tanyaku.
"Dia pergi tetapi dia bilang akan kembali lagi," jawab Adikku.
"Apakah kamu terluka?" tanyaku.
"Dia hampir mencekikku tapi aku berteriak jadi dia pergi," jawabnya.
"Ke mana dia pergi?" tanyaku.
"Dia pergi menembus jendela, Kak jangan tinggalkan aku lagi," pintanya.
"Iya Kakak tidak akan meninggalkan kamu lagi," jawabku.
Datanglah Ayah dan aku menceritakan semuanya kami memutuskan untuk membaca Al-Qur'an bersama agar tidak terjadi hal-hal yang tidak terduga lagi. Jam sudah menunjukkan jam 3 subuh Adikku sudah dari tadi tertidur dan aku sudah mulai mengantuk ayah menyuruhku untuk tidur, aku tidur di sofa di kamar Orang tuaku kami memilih tidur di satu ruangan yang sama agar tetap bersama.
"Nin kamu besok izin tidak sekolah dulu ya, kamu jaga di rumah Ayah besok akan ke rumah Nenek," ujar.
"Iya," jawabku setengah tidur.
"Biar Ayah telepon Wali kelas kamu," ujarnya.
"Iya," jawabku.
"Kak aku mau pipis," Adikku terbangun.
"Ya sudah ayo," jawabku.
Saat aku sedang menunggu Adikku tiba-tiba lampu mati Adikku teriak karena takut, aku langsung mencari senter setelah ketemu kami kembali ke kamar saat di sana Mamah tidak ada aku membangunkan Ayah karena Mamah tidak ada.
"Ayah bangun," ujarku.
"Ada apa?" tanyanya.
"Mamah enggak ada," ujarku.
Ayah mencarinya ke semua ruangan tetapi Mamah tidak ada Ayah mencoba mencarinya keluar rumah tidak ada juga, karena khawatir Ayah terus mencari Mamah di luar rumah. Terlihat dari kejauhan seperti Mamah sedang berjalan Ayah kemudian menghampirinya, ternyata benar itu Mamah dia membawa pisau entah akan ke mana saat Ayah menepuk pundaknya Mamah langsung tidak sadarkan diri.
"Mah bangun Mah! Tolong!" Teriak Ayah.
"Kenapa ini Pak?" tanya warga yang lewat.
"Tolong Istri saya pingsan," jawab Ayah.
"Ayo saya antar ke rumah Pak," ujarnya.
"Terima kasih," jawab Ayah.
Sementara itu saat aku menunggu Ayah pulang aku dan Adikku di ganggu Makhluk besar berbadan hitam dan matanya merah menyala. Dia adalah Makhluk yang aku temui ketika aku menyelamatkan Adikku, dia berusaha untuk membawa Adikku lagi, kami sangat ketakutan karena makhluk itu mengejar-ngejar terus hingga kami bersembunyi di dalam lemari baju di kamarku.
"Kak aku takut," Adikku gemetar.
"Kakak juga," jawabku.
"Bagaimana kalau makhluk itu membawaku?" Tanya Adikku.
"Itu tidak akan terjadi," jawabku.
"Ayah ke mana?" tanyanya.
"Ayah sedang mencari ibu dan sebentar lagi akan pulang," jawabku.
Makhluk itu memasuki kamarku dia seperti melihat-lihat dan mencari keberadaan kami aku melihatnya dari lubang kunci untuk berjaga-jaga jika dia datang, aku memeluk Adikku sangat kuat dan terus berdoa makhluk itu tidak terlihat lagi tapi tiba-tiba dia membuka lemari dan menarik dan menarik Adikku aku coba menahannya tapi dia melemparku dan membentur tembok sehingga aku tidak sadar.
"Nin bangun Nin," ujar Ayah.
"Kepalaku sakit," ujarku.
"Adikmu mana?" tanya Ayah.
"Ayah Adik dibawa makhluk itu," ujarku.
"Makhluk apa?" tanya Ayah.
"Makhluk besar yang aku temui saat membawa Adik pulang," jawabku.
"Kamu sekarang jaga Mamah, Ayah akan ke rumah Pak Ustaz," ujarnya.
"Iya," jawabku.
Aku mengobati luka Mamah sambil memikirkan dibawa ke mana Adikku, apakah dia dibawa ke alam itu lagi kalau iya dia dibawa ke sana akan sulit untuk membawanya lagi apalagi mereka sudah melihat wajahku kalau aku ke kasa aku akan langsung di tangkap, Mamah tersadar dan menanyakan ke mana Adik.
"Nin," Mamah tersadar.
"Mamah jangan bangun dulu tiduran saja," ujarku.
"Ke mana Adik dan Ayah kamu?" tanya Mamah.
"Ayah sedang mencari Adik Mah," jawabku.
"Memangnya Adik kamu ke mana?" tanya Mamah.
"Dia hilang lagi Mah," jawabku.
Mamah menangis dan dia menyalahkan dirinya tidak bisa menjaga Anak-anaknya, aku mencoba menenangkan Mamah dan bilang kalau semua ini bukan salah Mamah. Tidak lama Ayah dan Pak Ustaz tiba mereka mencoba mencari lagi Adikku tapi kali ini bahkan Pak Ustaz tiba bisa mengetahui di mana keberadaan Adikku.
"Saya tidak melihat apa-apa selain makhluk besar hitam," ujar Pak Ustaz.
"Makhluk itu yang membawa Adik saya Pak Ustaz," ujarku.
"Tapi saya tidak merasa Adik kamu di bawa ke alam gaib," ujar Pak Ustaz.
"Terus Anak saya di bawa ke mana?" tanya Ayah.
"Sepertinya kita harus melaporkan ini ke Kantor Polisi," ujar Pak Ustaz.
"Kalau begitu ayo kita sekarang melapor Pak Ustaz," pinta Ayah.
"Iya, kamu jaga Ibu kamu," ujar Pak Ustaz.
"Iya," jawabku.
Mamah memintaku untuk menelepon Nenek agar besok ke sini dan menceritakan apa yang terjadi agar besok aku bisa sekolah karena besok ada ujian. Tapi tetap saja aku khawatir pada keadaan Mamah dan aku juga masih ke pikiran di bawa ke mana Adikku, tapi aku mencurigai pasti Tante Lidia yang melakukan ini dia pasti tahu di mana Adikku berada.
"Mah besok Nenek dan Kakek ke sini," ujarku.
"Iya besok kamu sekolah saja," ujar Mamah.
"Mah aku rasa Tante Lidia tahu di mana keberadaan Adik," ujarku.
"Bagaimana kamu bisa tahu?" tanyanya.
"Karena sebelumnya juga dia telah mencelakakan Adik pasti sekarang juga ini perbuatan dia," jawabku.
"Kita tidak memiliki bukti, biar Ayah kamu dan Polisi yang urus sekarang kamu tidur besok takut kesiangan," ujar Mamah.
Aku mencoba untuk tidur tetapi tidak bisa tidur, Mamah batuk terus menerus aku ke dapur untuk bawa air minum saat aku menuangkan air tiba-tiba air itu menjadi darah karena kaget aku menjatuhkan tekonya dan membuat semuanya tumpah tapi saat aku lihat lagi air itu berubah lagi menjadi air biasa, aku memutuskan membawa air yang ada di kulkas biar aku hangatkan dahulu.
"A .... Tolong!" Teriakku
"Kamu kenapa," Ayah baru pulang dan menghampiriku.
"Itu di kulkas banyak kelabang dan potongan tangan," jawabku sambil memejamkan mata.
"Mana enggak ada," ujar Ayahku.
"Ada tadi ada," jawabku.
"Sudah kamu ke kamar saja temani Mamah," ujar Ayah.
"Iya Mamah batuk perlu air hangat," ujarku.
"Iya biar Ayah yang urus," jawabnya.