"Lihat saja, Sam, kalau sampai aku menemukan kamu, aku tidak akan segan-segan membunuhmu!" hardik Sofia menghujani kemudi dengan pukulan. Wanita itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mengejar mobil Dokter Hans yang setengah jam lalu meninggalkan kantornya setelah puas ia maki-maki lalu mengusirnya.
Dengan kecepatan tinggi Sofia menghadang laju kemudi Dokter Hans. Mobil sedan itu berhenti mendadak tidak jauh dari mobil Dokter Hans yang tiba-tiba mengerem. Hampir saja mobil Dokter Hans menabrak mobil Sofia.
"Wanita gila!" hardik Dokter Hans merutuki pengemudi mobil sedan yang masih berada di dalam mobil. Bergegas Dokter Hans membuka pintu yang berada di samping kemudi.
"Sofia, memangnya kamu sudah gila, ya!" cetus Dokter Hans dengan wajah memerah. Lelaki berkepala plontos itu berdiri di samping pintu kemudi yang terbuka, menatap nyalang pada mobil yang berhenti dengan jarak hampir satu meter di depannya.
Dada Sofia bergerak naik turun. Selain kesal pada Dokter Hans. Ia pun sangat murka pada Sam yang telah lancang sudah menghianatinya. Apalagi kini, Sam tiba-tiba menghilang di saat semuanya sedang kacau.
Rahang Sofia mengeras, matanya mendelik melihat pada mobil Dokter Hans dari kaca di samping kemudi. Gerakan tangannya melambat membuka gagang pintu mobil. Satu persatu kakinya turun dari dalam mobil. Sorot mata tajam membalas tatapan nyalang Dokter Hans. Pria berkepala plontos yang masih melihat ke arahnya, penuh kekesalan. Sofia mengehentikan langkah kakinya di hadapan Dokter Hans.
"Baiklah, saya akan membagi aset perusahaan Coopertion dengan anda. Tapi bukan seperti mau anda. Saya hanya akan membagi setengah dari sepertiga aset perusahaan saya," desis Sofia penuh penekanan, melipat kedua tangannya di depan, sorot matanya seperti ingin menguliti Dokter Hans mentah-mentah.
Dokter Hans menarik kedua sudut bibirnya tersenyum sinis. "Setengah dari sepertiga, seberapa itu Sofia, untuk membeli satu mobil mewah saja tidak akan cukup!" cetus Dokter Hans dengan nada mengejek.
Sofia mendengus berat, wajahnya nampak semakin kesal. "Hanya untuk pekerjaan kotor saja kamu menginginkan bayaran lebih," decih Sofia terang-terangan seperti ingin menghina Dokter Hans.
Wajah Dokter Hans semakin memerah, sorot matanya tajam, melihat pada wajah sinis Sofia.
"Baiklah, jika anda tidak menerima tawaranku. Yang pasti anda tidak akan pernah mendapatkan apapun dariku. Kerena sekalipun anda meminta pada Sam, dia pun sekarang sudah kabur entah kemana," desis Sofia menatap sinis pada Dokter Hans. Wanita itu memutar tubuhnya berjalan menuju mobil yang terparkir di tengah jalan sepi menuju ke kediaman Dokter Hasn.
"Tunggu!" Buru-buru dokter Hans menghentikan langkah Sofia.
Senyuman kemenangan tersungging dari kedua sudut bibir Sofia setelah menghentikan langkah kakinya. "Ada apa lagi, Dokter Hans yang terhormat!" ucap Sofia memutar tubuhnya ke arah Dokter Hans yang masih berdiri di tempat yang sama, memasang wajah masam.
"Kerjasama apalagi yang harus aku lakukan?" seloroh Dokter Hans.
Satu sudut bibir Sofia mengukir lengkungan sinis. "Nanti aku akan mengirimkan pesan pada anda. Apa yang yang harus anda lakukan," tegas Sofia dengan nada santai. Wanita itu kembali memutar tubuhnya menuju mobil.
Sepanjang perjalan hati Sofia semakin merana. Hatinya yang terasa sakit membutuhkan Sam sebagai penawarnya. Lelaki yang selama ini sangat ia cintai. Namun, justru lelaki itu menghilang bagaikan di telan bumi.
"Sam, ayolah angkat teleponku!" monolog Sofia dengan wajah getir, satu tangannya memegangi ponsel yang menempel pada telinga.
Tut ... Tut ... Tut ...
Lagi-lagi hanya suara panggilan yang terputus. Tidak ada jawaban selain itu. Wajah Sofia semakin kesal bercampur sedih. Perlahan butiran bening jatuh membasahi pipinya.
"Sam, kamu pergi kemana sih, Sam? Kenapa kamu tiba-tiba menghilang seperti ini," lirih Sofia, air mata terus berjatuhan mengiringi kesedihannya. "Aku salah' apa, Sam sama kamu. Jelaskan padaku!" rengek Sofia terisak.
Sofia menekan tombol send setelah mengirimkan pesan suara pada nomor WhatsApp milik Sam. Itu adalah pesan suara yang kesekian kalinya yang Sofia kirimkan untuk Sam.
___
Dengan wajah sembab Sofia masuk ke dalam rumah. Terlihat Nico sedang duduk di meja makan, tetap dengan berpura-pura buta. Wanita itu melangkahkan kakinya menuju lantai atas, mengabaikan Nico yang melirik mengawasinya.
"Ada apa dengan, Sofia!" batin Nico dipenuhi tanya tidak seperti biasanya Sofia, wanita penuh semangat itu nampak sangat sedih sekali.
Nico menyelesaikan makannya, meletakan sendok di atas piring. Lalu meriah ponsel yang berada di dalam saku celananya. Sorot matanya menatap pada layar ponsel yang berpendar. Jemarinya dengan lincah mencari nama seseorang pada deretan kontak di ponselnya.
Berapa saat terdengar nada sambung dari telepon yang Nico tempelkan di telinganya.
"Halo, selamat siang, Tuan!" Sapa suara wanita dari balik telepon.
"Hana, apakah ada suatu yang terdiri di kantor?" ucap Nico.
"Tidak ada, Tuan! Semuanya aman terkendali," balas Hana, sekretaris Sofia yang kini pun sudah bersekongkol dengan Nico.
"Apakah ada suatu yang terjadi dengan Ibu Sofia?" tegas Nico.
"Ehm ... Saya kurang tau Tuan, untuk hal itu. Tapi sepertinya tadi Ibu Sofia sempat mengamuk di kantor, kata petugas kebersihan yang membersihkan ruangan ibu Sofia," tutur Hana.
Nico tersenyum sinis. "Baiklah Hana, awasi terus keadaan perusahaan. Jangan sampai kamu lengah. Kejahatan apapun yang para staf atupun siapapun di perusahan itu lakukan, tolong laporkan kepada saya. Karena saya ingin merekrut karyawan baru yang jujur dan kompeten."
"Baik Tuan!" balas Hana sebelum Nico mengakhiri panggilannya.
Sejenak Nico terdiam dengan wajah berpikir. Lelaki itu kembali melakukan panggilan pada nomor yang berada di kontak ponselnya.
"Selamat siang, Tuan Nico!" sapa suara lembut dari balik telepon.
"Raya, apakah kamu tahu apa yang sedang terjadi pada Sofia?" tanya Nico, sorot matanya menerawang jauh lurus ke depan.
"Sepertinya karena Tuan Sam, Tuan Nico," jawab Raya.
Wajah Nico seketika bersemangat. "Ada apa dengan Sam, Ray?" balas Nico cepat, wajah lelaki itu nampak penasaran sekali.
"Hampir satu minggu belakang ini, Tuan Sam tidak pernah muncul lagi di kantor dan semenjak itu, Ibu Sofia sering sekali murung, dan tidak fokus dalam bekerja," tutur suara wanita dari balik telepon.
Nico menganggukkan kepalanya. Sejenak wajah Nico nampak berpikir. "Baiklah, coba kamu cari tau keberadaan Sam. Jangan lupa kirimkan bukti-bukti otentik padaku tentang keberadaannya," titah Nico.
"Baiklah, Tuan!" balas Raya mengakhiri panggilan Nico.
Tiga jam telah berlalu, Nico yang sedang asyik mendengarkan audio musik tiba-tiba dikejutkan dengan beberapa pesan yang masuk dari Raya. Nico segera mematikan musik klasik kesukaannya yang sedang di mainkan. Sejenak Nico membuka pesan yang Raya kirimkan lewat WhatsApp.
Wajah Nico terkesiap melihat pada gambar yang terpasang di layar ponsel. Beberapa foto-foto Sam.
________
Bersambung ....