webnovel

Bab 24

Sofia berjalan gontai masuk ke dalam rumah. Suara tawa terdengar nyaring, hingga pintu utama rumah. Rumah yang selama ini sepi, kini mendadak ramai. Sudah cukup lama Sofia tidak mendengar celoteh Alisa, putri semata wayangnya. Semenjak wanita itu memutuskan untuk memberhentikan pemberian ASI pada putrinya, karena ia tidak ingin payudaranya rusak dan tentunya akan membuat Sam menjadi ilfeel kepadanya, begitulah pemikiran Sofia saat itu.

"Alisa, berjalanlah kemari!" seru suara Rahel terdengar sedang menyemangati balita yang usianya hampir satu tahun itu.

Langkah yang hendak menuju lantai atas berputar menuju ke arah kamar yang terletak di sudut ruangan di lantai bawah. Kamar yang cukup besar yang Sofia siapkan untuk Alisa agar tidak tidur sekamar lagi dengannya. Mendengar Alisa yang sering bangun tengah malam dan merengek membuat lingkaran hitam pada netra Sofia terlihat jelas, dan Sofia tidak mau, jika hanya gara-gara kantung mata itu membuat Sam semakin menjauh darinya.

"Nyonya!" lirih Rahel segera menangkap tubuh Alisa yang berjalan pelan ke arahnya. Sorot mata gadis muda itu tertuju kepada wanita yang berusia kepala tiga yang berdiri di ambang pintu kamar menatap sinis padanya.

Sofia memperhatikan ke sekeliling, tidak ada Nico di dalam kamar itu.

"Alisa, itu Mama sudah pulang!" Rahel mengarahkan jari telunjuknya ke arah Sofia. Menunjukkan kepada Alisa pada wanita yang telah melahirkannya. Meskipun Di dalam hati Rahel masih menyimpan ketakutan kepada Sofia.

Sofia tidak bergeming, ia memasang wajah datar. Sepertinya wanita itu masih kesal pada Rahel, atas kejadian yang menimpa putrinya.

"Di mana Tuan Nico?" tanya Sofia dengan nada ketus. Berjalan masuk ke dalam kamar.

"Tuan Nico berada di kamarnya, Nyonya! Sepertinya Tuan kecapean sudah menjaga Alisa dua hari di rumah sakit," tutur Rahel.

Sofia memicingkan matanya pada Rahel. Lalu mengambil tubuh Alisa dari gendongan Rahel. Seketika Rahel terkesiap, mendongakan wajahnya pada Sofia, mengikuti tubuh Alisa yang berpindah.

"Aku akan memberikan kamu satu kesempatan lagi untuk mengasuh Alisa. Kalau sampai kamu mengulangi kesalahan lagi, aku tidak akan segan-segan untuk mendepak mau keluar dari rumah ini!" Sofia mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Rahel dengan nada mengancam.

Rahel tercekat, sesaat gadis muda bertubuh mungil itu tidak bergeming. Menatap pada kepergian Sofia yang membawa Alisa pergi.

"Ba-baik, Nyonya!" lirih Rahel saat Sofia sudah sampai di ambang pintu.

Bayi mungil berkulit putih itu terus saja berceloteh hingga di depan pintu kamar Sofia. Sofia menyetuh gagang pintu dan hendak membukanya. Namun sepertinya, Nico mengunci pintu kamar itu dari dalam.

"Dikunci!" batin Sofia saat tangannya tidak bisa memutar gagang pintu. Lagi-lagi bisikan buruk memenuhi benaknya.

"Mas!" Panggil Sofia seraya mengutuk daun pintu kamar beberapa kali.

Sepersekian detik akhirnya Nico membukakan pintu untuk Sofia.

"Maaf, aku tadi sedang mandi!" ucap Nico datar, saat pintu kamar terbuka. Sorot matanya kosong sama seperti orang buta.

Sejenak Sofia memperhatikan netra Nico dengan seksama. Menyakinkan dirinya bahwa lelaki yang berdiri di hadapan memang benar-benar buta, atau sudah bisa melihat seperti yang Sam katakan kepadanya.

Celotehan Alisa membuyarkan lamunan Sofia. Bergegas Sofia masuk ke dalam kamar mengikuti Nico yang lebih dulu masuk, dan menjatuhkan tubuhnya pada bibir ranjang.

"Tumben masih jam segini sudah pulang?" seloroh Nico.

Sofia mendudukkan Alisa di atas ranjang. Sesekali melirik pada punggung bidang Nico.

"Iya, Mas, tadi tidak ada meeting, jadi aku pulang lebih awal!" balas Sofia menjauhkan dirinya dari Alisa yang ia biarkan sendiri duduk di atas ranjang.

"Ma ... Ma ...!" celoteh Alisa mengikuti gerakan Sofia yang menjauh dari ranjang. Senyuman lebar tersungging dari kedua bibir Alisa.

"Sofia!" panggil Nico. Tiba-tiba saja suasana menjadi hening. Sebenernya Nico tau, jika Sofia sengaja meninggalkan Alisa duduk sendirian di atas ujung ranjang.

"Alisa, Sofia!" Nico memutar tubuhnya, meraba ke atas ranjang. Sementara Sofia hanya diam mematung di sudut kamar di samping lemari besar yang berada di kamar memperhatikan Nico dan Alisa dari kejauhan.

"Sialan, sepertinya Sofia ingin mengerjai aku!" batin Nico geram. Alisa justru semakin merangkak menjauh dari Nico. Jika saja Nico menolong Alisa pasti Sofia tau jika Nico memang benar-benar sudah bisa melihat.

"Alisa, sini sayang!" panggil Nico. Jantungnya berdegup kencang, melihat Alisa yang hampir mendekati bibir ranjang. Balita itu merangkak sangat cepat sekali.

Balita yang mulai belajar berjalan itu berhenti merangkak lalu menatap kepada Nico saat ia memanggilnya. Dalam hati Nico sedikit lega.

"Ayo Nak! Merangkaklah ke arah Papa!" batin Nico, semakin was-was. Ia tidak bisa membayangkan jika Alisa akan melompat dari atas ranjang.

"Alisa, di mana kamu, Nak!" seru Nico pura-pura meraba dan perlahan mendekati Alisa.

Balita itu hanya berceloteh ria, ia kembali berjalan mendekati bibir ranjang seperti ada sesuatu yang ingin Ia raih.

"Astaga, Alisa!" batin Nico ketakutan melihat Alisa hampir melompat dari bibir ranjang.

Dengan cepat tiba-tiba seorang masuk dan menyambar tubuh Alisa yang hampir terjatuh. "Alisa!" seru suara Rahel setengah berteriak. Gadis muda itu nampak panik sekali.

Nico mendengus lega. Hampir saja ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika saja Alisa sampai terjatuh.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Rahel nampak panik, sesaat ia mendekap tubuh Alisa di dalam pelukannya.

"Rahel, apa yang sedang terjadi pada Alisa?" sergah Nico berpura-pura.

Sofia yang mematung berdecak kesal. Bergegas ia menghampiri Rahel lalu merebut Alisa dari pelukan gadis muda itu dengan kasar.

"Ada apa dengan Alisa, Mas!" cetus Sofia memicingkan matanya pada Rahel yang terdiam.

"Sofia, kamu darimana, bisa-bisanya kamu meninggalkan Alisa sendirian!" ucap Nico kesal.

"Apa, Alisa tidak terjatuh kan?" sergah Sofia kesal. Wajahnya merah menyala menatap penuh kebencian pada Rahel.

"Tidak Nyonya, Alisa tidak papa!" balas Rahel dengan wajah takut. "Saya hanya ingin mengantarkan susu untuk Alisa saja!" imbuh Rahel menyodorkan sebotol susu yang ia ambil dari dalam saku baju yang ia kenakan. Meskipun dirinya tahu semua ini adalah permainan Sofia.

Tangan Nico mengepal. Lelaki itu tidak habis pikir dengan kegilaan yang Sofia lakukan yang sangat membahayakan putrinya sendiri.

"Rahel, bawa Alisa ke kamar!" Nico mengertakan rahangnya kesal.

"Mas, malam ini aku ingin tidur bersama Alisa, Mas!" sergah Sofia seperti tidak terima.

"Rahel, apakah kamu tidak mendengar ucapanku!" sentak Nico dengan suara barito.

Wajah Rahel terlihat bingung dan ketakutan. Menatap kepada Nico dan Sofia secara bergantian. Gadis muda itu pun akhirnya bangkit, dan mengambil Alisa dari gendongan Sofia.

"Saya akan membawa Alisa ke kamar, Tuan, Nyonya!" lirih Rahel dengan wajah ketakutan, apalagi saat dirinya menatap wajah Sofia yang merah menyala.

"Mas, mas ini apa-apaan, sih?" Sofia menaikkan nada suaranya kesal.

____

Bersambung ....

Chương tiếp theo