webnovel

Rahasia Yang Harus Terkuak

Suara sedikit serak dia keluarkan sambil membuka selimut yang menutup tubuh mungilnya tanpa ada celah. Gadis itu mulai membuka kedua matanya secara perlahan, di waktu yang sama tangan kanannya terulur. Meraih benda pipih yang dia simpan pada meja dekat kasur. Hembusan napas samar dia keluarkan begitu melihat jam dalam ponselnya yang menunjuk pada angka lima sore.

Venus mengubah posisinya menjadi duduk meskipun sebenarnya dia masih mengantuk. Ada mimpi aneh yang datang tadi, tapi dia lupa bagaimana alur mimpinya tadi. Padahal sewaktu dia membuka selimut masih bisa dia ingat dengan jelas, tapi sekarang malah lupa.

Orang-orang mengatakan jika mimpi adalah bunga tidur yang harus di lupakan begitu bangun, sebenarnya Venus menerapkan ide itu setiap harinya. Namun, berbeda dengan hari ini, entah kenapa rasanya dia ingin mengingat mimpinya barusan. Seperti ada sesuatu yang harus dia ingat, dan tidak boleh dia lupakan walau sedikit saja. Rasa penasaran itu membuatnya mendesah kesal.

Dan sekarang ada tambahan teriakan dari ibunya yang terus saja dia dengar meskipun masih samar. Venus beranjak dengan segera, takut ada yang marah-marah nantinya, lagi pula ini juga sudah sore. Kesalahannya jika tidak mandi dengan cepat, nanti katanya bisa terkena rematik, meskipun dia tahu itu hanya mitos, tapi tetap saja para orang tua tidak mau percaya. Malahan katanya anak muda jaman sekarang sudah pintar menggurui, padahal hanya memberikan edukasi yang mereka tahu dari dokter. Bukan dari sembarang orang, apalagi dari video hoax.

Lagi-lagi pintu itu membuat Venus mematung. Entah kenapa dia terus penasaran dengan isi ruangan itu, dan kenapa pula setiap kali melewati ruang itu seperti ada yang memberikan lambaian tangan. Seperti ada yang menyuruhnya untuk membuka pintu ruangan itu, memohon, bahkan kadang-kadang membuat Venus merinding.

Seperti sekarang ini. Venus menggeleng cepat sebelum memasuki kamar mandi. Dia mandi dengan cepat, sampai-sampai air keluar dari lubang pintu bawah toiletnya. Untung saja lantai dapur bukan dari keramik, tapi dari tanah. Iya, tanah yang ada di luar rumah. Orang tuanya masih tidak memiliki cukup uang untuk memasang keramik, katanya menunggu giliran setelah membayar biaya sekolah Venus, dan Naratama.

"Ven, udah maghrib, mandinya jangan lama-lama!"

Venus menghentikan aktivitas menggosok giginya ketika mendengar teriakan Indira. "Iya, udah sikat gigi kok, bentar lagi selesai!" sahutnya dengan suara yang tidak jelas. Tentu saja dia kembali pada aktivitasnya sambil memperhatikan lantai kamar mandi, tapi tiba-tiba sesuatu dia lihat dengan sedikit terkejut.

Meskipun tidak ada teriakan, tetap saja Venus terkejut barusan.

Tadi, beberapa detik sebelum dia benar-benar sadar. Ada kaki yang masuk begitu saja melalui lubang yang memang cukup lebar di pintu toiletnya. Venus tidak tahu itu kaki siapa, dan tidak mau memikirkan hal aneh juga karena sudah maghrib. Kata orang jika sudah memasuki waktu maghrib, hantu sedang berkeliaran.

Selama satu pekan ini pula dia mengalami sesuatu yang tidak bisa di Terima oleh orang. Sebagian besar juga pastinya menganggap Venus hanya mengada-ngada agar bisa mendapatkan perhatian lebih atau mungkin malahan mendapatkan predikat sebagai gadis indigo baru. Padahal dia hanya ingin cerita.

Venus mempercepat mandinya, mengenakan handuk dengan terburu-buru sebelum akhirnya berganti pada baju. Dia keluar dengan berlari kecil, untung saja tidak terpeleset.

"Kak?" panggilnya sambil membuka pintu kamar tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Si pemilik hanya bisa mematung sambil menggenggam dua mainan yang katanya limited edition. Ekspresinya begitu terkejut melihat kedatangan Venus dengan wajah pucat.

Gadis itu berjalan mendekati Naratama setelah menutup pintu. Sekarang dia duduk di samping kakaknya, memberikan tatapan penuh selidik. "Lo tadi nakut-nakutin gue kan?"

"Apaan? Gue daritadi di kamar main sama hulk, thor. Gak jelas lo mah," sahut Naratama agak ketus, di beranjak. Meletakan kedua mainannya di dalam lemari kaca yang begitu bersih. Malahan lebih bersih dari kaca jendela kamarnya. "Gue gak keluar kamar," ucapnya lagi, kali ini suaranya terdengar bersungguh-sungguh. Bahkan manik matanya pun memancarkan hal yang serupa ketika ikut duduk di samping Venus.

"Ih! Seriusan lo?"

"Lah! Masa gue bohong sih sama lo? Emangnya gue tadi ngapain? Eh! Gak deng, maksudnya lo tadi kenapa sampai nuduh gue kaya gini?"

"Anu... itu..." Venus bingung, bingung harus mulai dari mana meskipun tahun Naratama akan percaya dengannya. Ya... Meskipun hanya 60% rasa percaya yang dia berikan untuk hal yang seperti ini.

"Apaan? Jangan bikin gue penasaran dong!"

"Tadi kan gue mandi, barusan sih selesai. Pas maghrib, nyokap tuh ngasih tau gue kalau-"

"Bentar!" potong Naratama, keningnya bertaut ketika melihat ubin lantai kamarnya. "Nyokap tadi ke dapur?" dia kembali menatap Venus.

Venus mengangguk sesuai dengan yang dia ingat. "Iya, nyokap ngasih tau kalau lagi maghrib buat cepet-cepet mandinya. Nah! Abis itu baru deh gue liat kaki masuk lewat lubang pintu toilet."

"Lah! Lo yakin itu nyokap?"

"Emang bukan nyokap?" kedua netra Venus membulat, dia mulai merinding sekarang. "Terus nyokap di mana?"

"Dari tadi siang sih keluar sama bokap."

"Ha! Demi apa? Orang nyokap tadi teriak-teriak nyuruh gue mandi kok pas gue baru bangun tidur. Terus pas gue sikat gigi di omelin lagi, demi Allah gue gak bohong."

Naratama juga berharap seperti itu, berharap bukan hantu yang mengganggu adiknya, tapi semua ini mengarahkan ke sana. Tidak mungkin ada suara tanpa wujud kan?

"Aduh! Demi dah gue takut sekarang," ucap Venus panik.

"Gue juga anjir, tapi seriusan bokap sama nyokap keluar. Cuman kita berdua yang di rumah sekarang, nunggu mereka pulang," jelas Naratama, ekspresinya nampak bingung dan takut. Sama seperti Venus sekarang.

"Aduh! Gue gimana dong? Masa tadi yang bangunin gue hantu, yang nyuruh mandi cepet hantu, terus kakinya hantu juga yang gue liat. Ini kenapa hantu mulu dah?"

"Ven... Venus?"

"Ih! Lo kenapa? Gue lagi takut, jangan nakutin lagi dong!"

"Ven itu... itu apa Ven." Naratama fokus melihat ke arah pintu kamar yang ada di belakang Venus, ekspresinya nampak terkejut. Venus yang ada di sana ikut panik sendiri, dia tidak berani melihat ke belakang sekarang karena jantungnya yang berdegup begitu kencang. "Ven itu... gue... gue gak berani."

"Ih! Itu apa? Kasih tau gue, gue takut!"

"Bukan apa-apa sih."

"Ih!" Venus memukul lengan kiri Naratama dengan keras, membuat cowok itu mengaduh sambil tertawa puas. "Ih! Puas banget lo bikin gue takut!"

"Ahahah! Abisnya lo suka nonton horor, bilang gak takut setan, tapi ternyata takut."

"Ih! Beda, itu manusia sementara ini hantu beneran. Gak ada wujudnya, lo jangan nakutin gue!" Venus kembali memukul lengan kakaknya untuk yang terakhir, dan lebih keras dari sebelumnya. "Udahlah, malam ini gue tidur di sini."

"Ih! Gak bisa, gue gak mau bagi kasur sama lo."

"Salah sendiri bikin gue takut. Bodo amat, gue tidur di sini malam ini, titik!"

Chương tiếp theo