Langkah kaki yang terasa berat membuat bendungan air di pelupuk matanya tidak bisa lagi tertahan. Ingin sekali saja menyalahkan takdir yang begitu kejam untuknya datang bertubi tubi. Apa tidak bisa untuk kali terakhir saja bertemu tanpa ada air mata yang membanjiri kedua pipi?
Jika boleh menegosiasi maka akan terjadi saat itu juga agar dirinya saja yang berada di dalam tanah di hadapannya saat ini. Kakinya yang sudah mulai lemas terduduk serta tidak menyangka kalau orang yang selama ini di harapkan kehadirannya justru telah tenang di atas sana.
"Kenapa kamu tega ninggalin aku begitu aja?" suara isakan pilu di iringi tangisan itu sekarang mulai berkumandang. Entah harus bagaimana cara menanggapi hingga di rasakannya. Tidak ada lagi hal yang akan menjadi sebuah lelucon yang sering kali di lontarkan.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com