webnovel

Sengaja Gagal

Hari ini adalah hari ujian kelulusan. Syarat untuk lulus sangat sederhana, murid-murid hanya harus menggunakan Jutsu Rank B, yaitu Bunshin no Jutsu.

'Kupikir kita akan melakukan ujian tertulis, ternyata kita hanya harus melakukan Bunshin no Jutsu, ya,' sama seperti saat-saat lainnya, Elena menaruh kepalanya di atas meja. Dia menunggu namanya dipanggil dengan malas dan tidak minat sama sekali.

'Apa kamu takut, Elena? Jangan bilang kalau kamu tidak bisa menggunakan Bunshin yang mudah itu,' ucap Kurama.

'Jangan meremehkan aku seperti itu, Kurma. Jangankan Bunshin biasa, aku sudah mengembangkan teknik baru yang aku beri nama Astral Klon. Kemampuan ini sama seperti Kagebunshin, hanya saja Klon yang diciptakan tidak bisa diserang menggunakan serangan fisik.'

'Entah kenapa makin ke sini harga diriku semakin terinjak-injak.'

Penulisan kata "Kurma" di atas bukanlah merupakan kesalahan. Namun Elena benar-benar memanggil "Kurama" dengan sebutan "Kurma".

"Uzumaki Elena!"

"Ya!" Elena bangkit dari tempat duduknya, dan dengan malasnya menuju ke ruang tes.

Sebenarnya dia ingin tidur lebih lama lagi, dan sejujurnya dia juga tidak terlalu peduli apa dia lulus atau tidak. Dalam kemungkinan terburuk, dia bisa kembali ke dunia asalnya dan membiarkan dunia ini berjalan sesuai dengan nasib yang seharusnya.

---

Di dalam ruang tes, di sana terlihat Mizuki dan Iruka sudah berada di sana menjadi penilai dalam ujian Elena. Wajah Iruka terlihat biasa saja yang merupakan ekspresi aslinya, sedangkan Mizuki menunjukkan senyuman lembut yang aslinya dia memiliki pikiran buruk.

'Jadi itu apa ya dia inginkan, ya. Jika itu apa yang kamu inginkan, maka aku akan menuruti apa yang kamu inginkan.' Elena mengarahkan lirikannya pada Mizuki bersamaan dia masuk ke dalam ruangan dan menggunakan Telepati.

Du tengah ruangan, Elena langsung membuat segel tangan untuk menggunakan Bunshin no Jutsu. Namun dia tidak sepenuhnya serius, Elena sedikit mengurangi pemakaian chakranya dan ….

*Poof…

Bunshin yang dibuat oleh Elena tidak sempurna. Dia memiliki tubuh pucat yang sempoyongan dan tidak akan berguna sama sekali dalam pertarungan.

"...," Iruka sangat terkejut atas kegagalan Elena. Keringat dingin sampai membasahi sekujur tubuhnya, karena rasa keterkejutannya ini.

*Poof…

Bunshin Elena menghilang menjadi kepulan asap.

"Bagaimana, Sensei?" tanya Elena dengan polos, tanpa rasa bersalah, dan datar. Dia tidak berharap akan berhasil, dan akan menerima jika dia gagal.

"Kau gagal!" teriak Iruka menanggapi pertanyaan Elena.

"...." Elena hanya sedikit menundukkan kepalanya, membuatnya seperti orang yang merenungi kegagalan.

"Tapi menurutku, tidak masalah jika kita meluluskannya, Iruka-sensei. Kemampuan akademiknya cukup untuk membuat dirinya lulus, dan kemampuannya dalam praktek tidak terlalu buruk. Selain itu, dia juga sudah berusaha semampunya." Mizuki mengarahkan wajahnya dengan senyuman lembut pada Iruka.

'Dasar bodoh. Dunia ninja tidak akan selembut itu menunggumu menjadi kuat dalam misi. Jika kamu meluluskan murid yang tidak seharusnya lulus, maka kamu hanya akan mempercepat kematiannya.' Elena berkomentar dalam benaknya sambil melirik datar pada Mizuki.

"Tidak, tidak." Iruka menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dan melanjutkan, "Murid-murid lainnya bisa menciptakan 3 sampai 4 Bunshin. Kita tidak bisa meluluskannya yang bahkan tidak bisa membuat 1 Bunshin sempurna pun."

Dan dari itu, selesai akhirnya selesai juga ujian dari Elena dengan hasil dia gagal, lebih tepatnya Elena sengaja gagal untuk menarik rencana Mizuki. Dia telah menyadari rencana Mizuki sejak lama, dan ingin sedikit pamer padanya sampai membuat dirinya lulus dengan gaya.

---

Saat ini Elena sedang berjalan pulang ke rumah bersama Naruto. Hati ini cukup damai, masih belum ada konflik yang muncul sehingga Elena perlu menunggu selama beberapa saat.

"Bagaimana hasil ujianmu, Nee-san? Aku mendapatkan nilai sempurna, lho. Bahkan mereka sampai terkejut ketika aku menunjukkan 10 Bunshin pada mereka berdua," terlihat senyuman yang sangat cerah terlihat di wajah Naruto.

"Yah, aku juga mengejutkan salah satu dari mereka, sih. Tapi sayangnya aku gagal dalam tes," Elena hanya melihat datar pada jalanan di depannya. Terlihat bila dia tidak peduli sama sekali dalam hasil tes.

"Tu-Tunggu! Apa! Tidak mungkin, tidak mungkin Nee-san gagal dalam tes ini!" Naruto berhenti secara mendadak karena terkejut dengan jawaban Elena.

Karena Naruto berhenti, maka Elena ikut berhenti. Kemudian dia mengatakan, "Reaksimu terlalu berlebihan. Gagal atau lulus dalam tes itu sudah biasa. Yang memalukan adalah jika kamu tidak bisa mencapai cita-citamu."

"Ta-Tapi, bukankah Nee-san ingin menjadi seorang ninja yang hebat?" Naruto terlihat cemas karena kegagalan Elena.

Karena semua penduduk desa menjauhi mereka, mereka berdua mengembangkan hubungan dekat satu sama lain. Lagipula mereka ini merupakan saudara kembar, jadi tidak aneh jika saling khawatir satu dengan lainnya.

"Tidak juga. Cita-citaku adalah menjadi author hebat, bukan seorang Ninja. Itupun aku juga bisa mengubah cita-citaku jika itu tidak kesampaian. Yah, lagipula aku sudah setengah jalan. Jangan samakan aku denganmu yang ingin menjadi Hokage, Naruto." Elena lanjut berjalan dengan datar dan mengabaikan Naruto.

"Benar. Aku ingin menjadi Hokage paling hebat sepanjang sejarah, dan membuat semua orang mengakuiku. Lalu setelah itu, aku akan membantu Nee-san menyebarkan tulisan Nee-san ke berbagai desa!" Naruto terlihat bersemangat dan berjalan mengikuti Elena.

"Tidak ada jalan pintas untuk menjadi Hokage. Aku akan berusaha sangat keras berlatih menjadi sangat hebat. Melalui latihan yang Nee-san berikan, sekarang aku sudah membuat patung sempurna Nee-san menggunakan aluminium. Aku ingin tahu, apa aku akan bisa memahat patungku sendiri.

Mendengar kata, "Tidak ada jalan pintas untuk menjadi Hokage." Elena sedikit terpengaruh sampai dia harus membisikkan sesuatu kepada Naruto karena ini merupakan informasi rahasia yang akan bahaya jika ada yang mendengarnya.

"Naruto, aku akan memberitahumu sesuatu." Elena berhenti dan mendekatkan mulutnya ke telinga Naruto, akan membisikkan sesuatu.

"Apa itu, Nee-san?" Secara refleks, Naruto ikut berhenti dan mendengarkan apa yang akan dibisikkan Elena.

"Tahukah kamu, sebagian besar petinggi desa dan Daimyo terkadang melakukan korupsi untuk meraup keuntungan lebih besar. Jika kamu ingin menjadi Hokage, Nee-san akan membantumu menyuap mereka dan kamu akan bisa menjadi Hokage secepat mungkin. Kamu tudak perlu melakukan banyak usaha keras, serahkan saja urusan biaya pada Nee-sanmu ini," bisik Elena pelan karena tidak ingin orang lain mendengarnya.

"Eh? Benarkah itu, Nee-san?" Naruto cukup terkejut, tetapi dia mempertahankan suaranya agar tetap pelan.

Elena merupakan cenayang yang memiliki kemampuan Telepati dan penerawangan. Tidak sulit baginya untuk mengetahui satu atau dua rahasia yang disembunyikan para petinggi desa. Selain itu, ada kalanya memiliki satu atau dua rahasia petinggi desa yang akan digunakannya sebagai senjata.

"Fumu. Benar sekali. Aku mendapatkan ini dari sumber informasi yang sangat terpercaya. Apa kamu tertarik menjadi Hokage secepat mungkin?" Elena menjauhkan mulutnya dari telinga Naruto dan lanjut berjalan.

"Ti-Tidak, Nee-san. Aku akan berusaha sendiri untuk mendapatkan gelar itu tanpa melakukan kecurangan." Naruto mengikuti Elena lanjut berjalan.

"Bagus. Aku akan memberimu satu kata-kata bijak. Hokage bukanlah orang yang mendapatkan pengakuan, namun orang yang mendapatkan pengakuan dari semua orang lah yang merupakan Hokage." Elena sedikit membuat tersenyum ketika mengatakannya.

"Aku tidak percaya seseorang yang baru saja mengatakan tentang menyuap untuk menjadi Hokage mengatakan hal itu." Naruto mengarahkan lirikan datar pada Elena.

Chương tiếp theo