webnovel

Mereka gak gampang kepecah, ya?

Gendra mengunyah roti cokelatnya sambil melamun. Sudah dua jam sejak dia dan yang lain menghentikan permainan seperti yang tertulis di kertas, sudah dua jam pula dia sendirian di kantin yang entah bagaimana tidak terkunci.

Aneh, benar-benar aneh.

Makanan disini lumayan banyak, minumannya juga beragam. Tidak salah dia melipir ke sini demi mengisi perutnya.

Tadinya dia ingin mengajak Yetfa untuk berdiskusi, tapi dia urungkan karena sadar kalau Yetfa menjaga jarak dengannya.

Ah, mungkin karena Yoshi kali ya... wajar sih, saat Yoshi dibunuh dia bersama Yetfa. Mungkin dia termasuk salah satu kandidat impostor bagi Yetfa.

Air mineral ia teguk, bungkus roti ia buang ke tempat sampah. Matanya mulai lelah, dia mengantuk.

Dia berdiri dari duduknya, keluar untuk tidur tak lupa menutup pintu. Lorong begitu sunyi, dia jadi teringat film [whispering corridors].

Sambil berjalan, wajah impostor yang membunuh Evan muncul di benaknya. Berani sekali dia mengancam Gendra, memangnya Gendra takut.

Hanya tidak berani saja dia tuh.

"Impostornya tinggal dua, crewmate tinggal enam. Butuh berapa ronde lagi untuk menang? Gue gak paham main beginian."

Kalau ada yang lihat, pasti mereka dibuat terkejut karena Gendra berbicara sendiri seperti itu, dia kan terkenal irit bicara.

"Hmm, untung gak keblabasan," gumamnya sadar karena melewati lokasi tujuannya.

Krieeet..

Tangan Gendra yang hendak mendorong pintu terhenti, dia menoleh ke lorong kiri. Ada suara pintu terbuka dari sana, tidak terlalu jauh.

Matanya memicing tajam, berjalan ke sana tanpa menimbulkan suara. Semakin lama... semakin dekat. Dari tempatnya berdiri, dia bisa melihat ada satu ruangan yang pintunya terbuka.

Dia berhenti, mengamati pintu itu dengan seksama.

"Mereka gak gampang kepecah, ya... menantang juga."

Gendra menyembunyikan diri di balik dinding ketika suara orang terdengar dari dalam sana. Dia mengintip sedikit, sekaligus memasang posisi siaga untuk lari jika ketahuan.

Tak lama berselang, seseorang keluar dari dalam sana, menutup pintu dengan siku seraya memakai jaketnya.

Pakaian orang itu berbeda dari sebelumnya, apakah ia baru saja berganti baju? Bukankah disini tidak disediakan baju?

"Udah pada tidur kan ya? Ke kantin dulu ah."

Gendra dengan sigap menyembunyikan diri di balik tumpukan kotak besi lima detik sebelum orang itu melewatinya.

Setelah di rasa pergi, Gendra bergegas kembali untuk memeriksa apakah yang ia lihat benar atau tidak.

Begitu tiba disana, ia terdiam. Orang-orang tidur pulas, tidak semua ranjang terisi, ada satu yang kosong.

Apa orang itu... impostor juga? Tapi kok aneh?

•••

Tepukan di pundak membuatnya terbangun, Aksa menoleh ke belakang. Ada Yetfa yang menatapnya gusar, kepalanya memberi gestur untuk ikut bersamanya.

"Mau kemana, Fa? Sekarang masih jam... empat pagi?"

Yetfa gelisah. "Temenin ke toilet, gue takut."

Aksa merubah posisinya menjadi duduk. Dapat dilihat yang lain masih tidur di posisinya, kecuali Galaksi yang tangan dan kakinya menjuntai ke bawah sampai ke lantai.

Waw, emejing.

"Kenapa saya?" Tanya Aksa dengan suara pelan.

"Galaksi susah dibangunin, Kak Nares juga. Tama masih kecil, dia butuh waktu tidur yang cukup. Gue gak berani bangunin Kak Gendra sama Kak Asahi, lo tau sendiri mereka gimana, ntar gue dimarahin. Kalau Acio... gue takut ah, cerita Galaksi barusan bikin gue nethink."

"Oh, ya udah. Ayo, jangan lama-lama."

Yetfa mengangguk sebagai balasan, diam-diam dia tersenyum. Namun Aksa tak melihatnya sebab dia berjalan di belakang.

Lorong agak gelap dari sebelumnya, mungkin efek malam hari, entah lah. Aksa jadi takut, kalau ada hantu bagaimana ya...

"Toiletnya ada di mana? Jauh ya?" Tanya Aksa karena mereka tak sampai juga.

"Sebenarnya... gue gak mau ke toilet."

Langkah kaki Aksa terhenti, berbalik ke arah Yetfa dengan kaget. "Terus kamu ngapain ajak saya kesana?"

Semilir angin berhembus, suasana berubah tegang. Yetfa perlahan maju, menyisakan jarak beberapa centi saja dari pria tertua di antara mereka itu.

"Kak Aksa, lo... liat gimana Kak Yoshi dibunuh, iya kan? Gak usah bohong, gue liat lo lari setelah lampu nyala saat itu."

Chương tiếp theo