Kediaman duke Salvador menjadi tujuan selama hampir dua tahun terakhir selepas Dracella kembali dari kematian. Tepatnya setelah ia dan Alastair menjalin ikatan pertunangan terkadang nona muda keluarga Silvester itu akan menginap di sana. Bukan karena hubungan romantis sang earl dan duke.
Meski sebenarnya bila memang keberadaan gadis bersurai keemasan di Salvador karena ia menghangatkan ranjang Alastair merupakan hal yang wajar. Mereka akan segera menjadi pasangan suami-istri. Sayangnya alasan Dracella bila terjadi hal yang sama seperti sekarang.
"Apakah keadaannya baik-baik saja?" tanya pria bersurai platina pada sosok pria paruh baya yang baru saja melepaskan stetoskopnya⸻dokter John Hamlet adalah dokter pribadi keluarga sang duke sejak lama, bahkan sebelum duke terdahulu meninggal ia telah mengemban posisi itu.
"Lady Silvester baik-baik saja. Nona hanya mengalami sedikit memar di dahi dan perut," tutur John mencoba menenangkan Alastair yang tampak gelisah.
"Kau yakin? Tidak ada yang parah atau berbahaya kan?" tanya duke masih berusaha mempertahankan ketenangan dalam dirinya.
John mengangguk dan memperhatikan gadis berparas ayu yang telah berhasil merebut perhatian duke yang terkenal dingin pada siapapun, "Selain akibat benturan benda keras pada kepala juga tendangan di perut, lady Silvesrer baik-baik saja."
Alastair menghembuskan nafasnya pelan mendengar dokter senior itu kembali menjelaskan untuk kedua kalinya. Iris keperakannya tiba-tiba tampak berkilat memandang gadis yang masih terbaring di atas ranjangnya.
"Seharusnya aku memotong-motong dulu usus Stuart sebelum dia mati," bisik sang duke dengan sorot dingin. John yang masih dapat mendengar ucapan pria di hadapannya meneguk saliva. Tidak akan ada yang tidak gemetar saat seseorang yang mendapat julukan sang algojo membicarakan potong-memotong tubuh manusia lain. Wajar saja jika dokter paruh baya itu sedikit merasa takut.
"K-kalau begitu saya pamit, Duke. Anda tenang saja sebentar lagi Nona muda akan segera siuman."
"Terima kasih, John," ujar Alastair pada sosok pria berambut kelam yang sedari tadi diam dan setia berdiri di samping ranjang sang nona muda.
"Baik, Tuan muda," jawabnya sopan masih mengulum senyum ramah. Begitu pintu tertutup suasana terdengar begitu hening. Iris kemerahan sang butler tampak menjatuhkan pandangan pada gadis yang masih tak sadarkan diri itu.
Benaknya mencoba mengkilas balik adegan beberapa saat lalu, ketika ia dikejutkan dengan keahlian pedang yang mengerikan dan menakutkan dari seorang gadis muda. Bakat yang tidak dapat dimiliki oleh seorang nona muda bangsawan⸻pada umumnya.
Takdir yang menjeratnya tak pernah menghalangi Dracella untuk melangsungkan rencananya, bahkan menjadi seorang gadis bangsawan yang seharusnya memunculkan sebuah batasan untuknya. Dracella Lux Silvester sebuah ketidakmungkinan yang selalu disematkan pada takdir para wanita.
"Anda benar-benar anak manusia yang menarik," ujar Kieran yang membenahi helaian surai keemasan yang sempat menghalangi wajah sang nona.
Tiba-tiba Dracella mengerjapkan matanya, menatap sekeliling dan menemukan dirinya telah berada di kamar yang cukup familiar baginya. Sorot jenaka dari sosok pria berparas tampan menjadi hal pertama yang ditemukannya⸻Kieran memandang Dracella dalam jarak yang sangat dekat, begitu dekat sampai sang nona muda dapat merasakan hembusan hangat nafas butlernya itu.
"Nona, saya tau anda memang kuat tapi mohon berperasaan lah kepada kami. Tuan muda mengamuk karena anda lecet," ucap Kieran memecah keheningan diantara mereka. Dracella terbatuk beberapa saat karena pria di hadapannya tiba-tiba berbicara.
'Ah … kenapa dia harus disana,' gerutu Dracella dalam hati. Ia mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal rautnya berkata lain.
"Apakah Alastair semarah itu?"
"Bahkan John hampir terkencing-kencing karena Duke berkata seharusnya ia memotong usus Stuart sebelum tewas."
Dracella terkekeh jarang sekali mendengar pelayannya itu menggerutu, jika saja bukan karena pria bersurai platina itu murka.Karena Alastair adalah tunangannya dan sebuah kebetulan mereka sama-sama membuat perjanjian dengan iblis. Dengan tujuan yang hampir sama pula.
Itu sebabnya berimbas pada ikatan perjanjian yang mereka bentuk dengan para iblis. Karena Darcell adalah butler milik Alastair yang mana kakak dari Kieran dan artinya pria itu sempat pernah menyandang nama Lucifer.
Menjalin pertunangan diantara keduanya akan memberikan dampak baru pada mereka, di mana baik Alastair atau dirinya dapat berbagi perintah dan tanggung jawab atas para iblis yang menjalin kontrak dengan mereka.
"Anda selalu mengesankan, Nona. Saya hanya mengajarkan anda menggunakan satu pedang, bagaimana anda bisa menggunakan keduanya." Kieran membenarkan bantal untuk menopang Dracella. Dan berdiri di sampingnya sementara gadis itu tersenyum simpul dan menerima secangkir susu.
"Entah … hanya saja aku menggunakan dua pedang karena aku harus melindungi gadis-gadis kecil itu, akan sangat merepotkan bila menggunakan satu pedang dan tidak bisa menjangkau ke segala arah," jawab Dracella selepas menenguk habis susu hangat dan memberikan cangkir kosong kepada sang butler.
Kieran mengulas senyum manis, kemudian sedikit menunduk sembari membelai puncak kepala Dracella⸻memberikan tepukan pelan di sana. Dracella sendiri hanya diam dan melirik sosok pria di sampingnya, barulah ia ikut tersenyum tipis.
Sebuah penghargaan untuknya dari Kieran ketika ia telah bekerja keras. Sama seperti yang biasanya ayah dan kakaknya lakukan. Dan entah mengapa, hal ini sudah menjadi kebiasaan sejak awal mereka terikat.
"Wah … Darcel, Adikmu kurang ajar sekali membelai kepala Tunangan orang lain."
"Ayolah, Kieran. Kita baru saja lolos dari amukan singa, aku malas harus terjebak kembali di dalam kandangnya."
Dua orang pria baru saja tiba. Sang duke tiba dan langsung mengambil tempat di kursi samping ranjang Dracella. Sementara Darcel membawa selimut tambahan dan meletakkannya di bahu gadis itu.
Dracella terdiam ketika melihat penampilan tunangannya. Ia gadis normal tentu saja, ia gugup melihat sosok tampan Alastair yang hanya mengenakan kemeja putih dan rambut platina yang berantakan
'Pipiku terasa panas,' ujar Dracella pada dirinya sendiri.
"Ah … tapi sepertinya Nona tetap tidak akan mengubah haluan dari Anda tuan," ucap Darcel kembali, ia baru saja mendapati gadis itu merona setelah memandang Alastair.
Alastair hanya menaikan sebelah alisnya meminta penjelasan kepada sang butler, setelah memandang Dracella yang memilih mengalihkan pandangannya.
"Tuan muda, tolong lebih peka sedikit. Apakah Anda tidak melihat Nona muda merona melihat Anda."
"Jadi … kau lebih suka melihatku yang begini ya … apa ini tampak lebih ...."
" … seksi," ucap kedua pelayan itu bersamaan.
Bingo!
Dracella merona semerah tomat, kemudian memeluk lengan Kieran untuk menyembunyikan raut meronanya⸻kebiasaan Dracella memang saat ia merona gadis itu akan menyembunyikan wajahnya di lengan Kieran atau Alastair, dengan catatan hanya ada mereka berempat saat itu.
"Hei!!! Jangan memeluk pria lain,. Di depan sini, ada tunanganmu!" Alastair mendelik ketika melihat adegan di hadapannya⸻cemburu dan iri, mungkin.
"Biarkan saja, aku lebih suka lengan Kieran dari pada milikmu. Lebih berotot," balas Clemmie dengan pandangan sinis, sementara yang ditatap melotot tak terima.
"Jadi begitu, Nona … saya sungguh tersanjung," timpal Kieran tiba-tiba. Sebal akhirnya Dracella melemparkan bantal pada sang butler
Ketiganya hanya menahan tawa dan malam itu para pemilik ikatan dengan sang kegelapan merasakan kehangatan. Seolah mereka lupa bahwa neraka selalu membayangi setiap langkahnya.