Si penghulu mengucapkan ijabnya dengan lengkap. Davino menarik napas, dan fokus untuk mengucapkan qobulnya.
"Tunggu sebentar!" ucap Davino yang mendadak tenggorokannya kering. "Boleh aku minum dulu," pintanya.
Joe dan Renata terkekeh melihat tingkah sahabatnya.
"Bisa-bisanya dia begitu," ucap Renata.
"Dia gugup, makanya dia begitu. Kamu nggak liat mukanya pucat begitu," kata Joe.
"Iya juga sih. Ini kan pertama kali dalam hidupnya."
"Betul. Dan kata orang, jantung berdegub lebih cepat dan membuat kita sangat gugup," ujar Joe.
"Oh iya?"
"He-em."
Beberapa saat berselang, acara dilanjutkan lagi. Tangan kanan Davino sudah berada dalam genggaman si penghulu. Ia merasa sangat gugup, lalu ia menghela napas berat dan mencoba menenangkan dirinya.
"Aku pasti bisa," gumamnya, dalam hati.
Si penghulu pun mengucapkan ijabnya untuk kali kedua. Setelah selesai, Davino langsung mengucapkan qobulnya mengikuti kalimat yang diutarakan oleh si penghulu tadi.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com