Para pengelana telah bersiap di depan kerajaan peri lembah, mereka semua akan berangkat beberapa menit lagi menunggu si pewaris raja Elf dan pangeran cantik yang masih berkemas di dalam. Sepuluh ribu tentara peri asuhan Raseel pun telah siap untuk berangkat melakukan misi penyerbuan ke gerbang pertahanan Kimanh di sektor timur yang mungkin akan mendapat bantuan dari bala tentara peri hutan dari Timest.
"Aku tidak akan pernah percaya jika dia adalah seorang pria," gumam Hatt kepada Raseel ketika melihat sosok cantik pangeran Soutra yang rambut panjang merah mudanya berterbangan terkena angin pagi. Poni rapinya yang menutupi alisnya pun tak kalah menjadi sorotan pangeran peri itu.
"Mungkin kau akan menyebutku gila karena hal ini," bisik Raseel yang berdiri didekatnya.
"Tentang apa?" tanya Hatt.
"Aku telah jatuh hati kepadanya," ujar Raseel lirih yang berhasil membuat Hatt menganga dan tertawa geli. "Tapi itu sebelum aku tau kalau dia adalah seorang pangeran. Sekarang, aku tidak ingin berteman dengannya," sambungnya dan Hatt langsung tertawa lepas mendengar penuturan sang kakak yang mengelikan telinganya.
Corea, peri cantik yang menjadi sorotan si keriting Wedden bersama dengan adik perempuan yang lainnya membagikan jubah peri kepada keenam pengelana yang siap berangkat. Dia menyerahkan jubah yang dirajut dari benang emas yang tahan air yang berwarna terang itu dengan membisikan semangat kepada para pengelana, dia juga memberi pelukan hangat kepada kedua saudaranya yang mengikuti perjalanan panjang ini.
"Ayah dan yang lainnya akan sangat bangga kepada kalian," ujarnya ketika memberi Hatt dan Raseel sebuah pelukan penuh kasih sayang. Raseel hanya menepuk pelan bahu adik perempuannya itu, sementara Hatt dia hanya tersenyum dengan ekspresi yang menandakan bahwa mereka akan berhasil.
Sepuluh ribu pasukan peri lembah berangkat menuju sisi timur perbatasan Kersel, daerah Selatan Persei yang menjadi daerah kekuasaan Kimanh dan sekaligus menjadi kerajaan besarnya bersama dengan ratusan ribu anak buah penyihirnya. Pasukan peri lembah itu akan melalui daerah hutan mati dan akan menuju ke daerah perkampungan manusia di sisi paling Utara di Persei.
Disana merupakan perkampungan yang penduduknya sebagian besar adalah petarung keji yang menjadi buangan dari pusat kota Soutra. Dengan mengharapkan sedikit keberuntungan, para tentara peri lembah itu mungkin saja akan mendapat tambahan pasukan yang akan memperkuat pertahanan mereka, atau malah akan mendapatkan musuh baru yang akan menjadi penghalang langkah mereka menuju Selatan Persei.
Di desa Peran, nama perkampungan manusia buangan itu. Ada sebuah keluarga peri yang dulunya merupakan prajurit perang raja Elf, Rapher dimasa kejayaan kerajaan Elf, tapi mereka mengungsi dan menyembunyikan diri diantara petarung-petarung buangan dari pusat kota. Mereka masih siap untuk bertarung, hanya saja tujuannya kini bukan lagi untuk memperjuangkan sebuah kemenangan tetapi untuk bertahan hidup.
Wedden, Ren, Ley, Tao, Raseel dan Hatt berjalan dengan langkah cepat melintasi padang rumput yang terbentang ratusan meter di depan mereka. Hutan Gifor, hutan yang menjadi petunjuk akan keberadaan pegunungan mata gergaji sudah terlihat jelas dengan pantulan cahaya matahari yang berkelok di atas pepohonan yang lebat. Tanah di padang rumput ini kering, tanpa ada jejak hujan sedikitpun yang membasahi permukaan tanah ataupun pucuk dedaunan.
Langkah keenam petualang itu terasa ringan dengan sedikit hembusan angin yang membelai-belai tubuh mereka. Si muda Tao nampaknya telah terbiasa dengan perjalanan panjang yang melelahkan, dia sama sekali tidak ada mengeluh ataupun berkomentar tentang cahaya matahari yang menerpa tubuhnya dengan jumlah yang berlebihan dan membakar kulit mudanya.
Sesekali si keriting Wedden menoleh kebelakang dan ingin mengetahui seberapa jauh dia dan teman-temannya telah meninggalkan kerajaan peri lembah. Dia lalu kembali memandang kedepan, pepohonan dari hutan Gifor yang lebat sudah terlihat jelas dan hanya berjarak beberapa puluh meter lagi dari pasukannya.
"Apa ada yang mengikuti kita?" tanya Raseel kepada orang Vitran yang tampak resah.
"Tidak, aku hanya mulai merasakan lelah di kakiku," sahut Wedden sambil memutik pucuk dedaunan yang setinggi dirinya.
Pangeran Soutra yang memiliki pendengaran yang tajam tiba-tiba berbalik arah dan memandang ke langit yang tinggi di kejauhan. Semuanya terkejut dan segera mengikuti arah pandangan sang pangeran berambut merah muda.
Disana, perlahan tapi pasti. Langit Persei yang tadinya cerah dengan cahaya matahari yang menyinari dunia, kini berangsur menjadi gelap dan awan gelap itu bergerak menuju ke arah sekelompok kecil pengelana ini.
"Apa itu? Sepertinya dia bergerak," gumam si muda Tao memandanginya takjub.
Pangeran peri yang banyak bicara, Hatt telah menyiapkan anak panahnya pada busur emasnya dan siap menembak.
"Jangan!" Ren mencoba menahan Hatt, tapi dia terlambat karena Hatt telah melepaskan anak panahnya dan melesat menembus benda hitam yang menutupi langit Persei itu.
Hatt mengagumi kecerdikannya dalam memanah sasaran, tapi dia berubah menjadi takut ketika menyadari kalau awan hitam itu adalah segerombolan gagak hitam anak buah Kimanh yang tengah berpatroli di langit perbatasan.
"Aku sudah mencoba memperingatimu!.," ujar Ren seraya menarik Wedden dan berlari menuju hutan dengan cepat. Segerombolan gagak hitam itu terbang menukik menuju ke arah si pemanah yang telah membunuh salah satu pasukan mereka dan berkoak dengan nyaringnya dan bergema di telinga keenam pengelana itu.
Hatt berlari dengan berkali-kali mengatakan maaf kepada teman-temannya. Dia sungguh menyesali perbuatan yang bodoh itu, dia hanya ingin membuktikan kalau dia bisa memanah dari kejauhan.
Hanya beberapa meter sebelum memasuki hutan, pasukan gagak hitam yang marah telah berhasil menyerbu para petualang dan mencakar serta mematuk dengan terus berkoak dengan nyaring. Mata gagak-gagak hitam itu berwarna merah terang dan sudah bisa dipastikan kalau mereka adalah anak buah dari sang raja iblis. Wedden tidak sempat mencari perlindungan, dia hanya membalas serangan dari pasukan burung itu dengan anak panahnya yang belum sempat ia pasang di busur dan memanah.
Rambut keritingnya menjadi tempat bertengger salah satu gagak dengan cengkeramannya yang kuat, untung saja Raseel melihat itu dan dia segera melepaskan anak panahnya dan berhasil membuat gagak yang bertengger di kepala si pria Vitran terjatuh dan mati.
Hatt menyerang pasukan gagak dengan membabi buta, dia sekaligus melepaskan lima anak panahnya dan membidik ke arah gerombolan gagak yang akan menyerangnya. Tepat sasaran dan dia kembali menyunggingkan senyum puasnya.
Pangeran Soutra, ley dan si muda Tao tengah sibuk bertarung dengan pedang mereka. Mereka membabat sederetan gagak yang berusaha menyerang mereka dari arah manapun. Dan itu membuat pedang mereka berlumuran darah.
Ribuan gagak masih menyerang dengan tanpa ampun kepada para pengelana, mereka semua mencakar dan mencengkeram tubuh para pria itu dengan kuat dan meninggalkan bekas luka di tubuh mereka.
***