webnovel

PHILOPHOBIA

Steve berusaha keras membuat Sonia kembali berbicara dengannya. Namun dia juga berusaha keras bahkan untuk tidak bertatap muka dengan Steve. Padahal di kamarnya bayangan sentuhan Steve terus terngiang.

Kemudian Steve memberanikan diri menunggu Sonia keluar dari kamarnya, ia langsung masuk begitu dia membuka pintu. "Apa yang kamu lakukan, ada pegawai di jam ini!" Sonia panik karena mungkin asisten rumah tangga melihat Steve masuk ke kamarnya.

"Aku lebih panik kamu tidak memberikan kesempatan padaku untuk bicara"

"Apa yang mau kamu bicarakan?" Sonia duduk di kursi ujung kamarnya.

Steve menekuk kakinya dan memegang tangan Sonia, membuat perempuan itu menatapnya dalam-dalam.

"Aku bukan memperlakukan ku demi kesenangan, ini pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini!" jelas Steve.

Sonia memalingkan wajahnya tidak percaya atas ucapan Steve. Mana mungkin lelaki berusia 29 tahun itu tidak pernah berkencan dengan wanita.

"Aku tidak pernah tinggal dengan orangtuaku karena aku tidak tahu mereka mencintai ku atau tidak, aku berpikir hanya Edward yang mereka sukai! Kemudian adikku hanya memberikan perhatiannya padaku bukan pada Cerine dari situlah aku lebih nyaman tinggal dengan nya."

"Apakah kamu gay?"

"Bukan seperti itu Sonia, ini masalah perasaan aku mengalami Philophobia aku banyak memiliki ketakutan lain dalam diriku sehingga ayah tidak mempercayakan perusahaan padaku melainkan pada Edward,"

"Apakah begitu?"

Philophobia, philo bermakna 'tercinta atau mencintai' sedangkan phobia memiliki arti 'takut'. Bila kedua kata tersebut dikaitkan, philophobia merujuk pada makna sesorang yang merasa takut untuk jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan seseorang.

Steve tidak ingin berkencan, ia tidak mau memulai hubungan dengan wanita. Sonia adalah perempuan pertama bahkan satu-satunya yang ia sentuh. "Jika aku tahu ini menyakitimu aku minta maaf, aku juga berusaha mengendalikan ini Sonia!"

Sonia akhirnya paham dan mengangguk. "Aku masih harus memikirkan apa yang kamu ucapkan Steve, semuanya terasa tidak meyakinkan bagiku. Lagi pula kamu benar aku hanya membutuhkan hak seperti itu, karena Edward tidak mampu."

Sonia bangkit dan menyuruh Steve keluar dari kamarnya, dengan kecewa Steve menuruti ucapan Sonia yang tampaknya tak percaya.

Begitu keluar asisten rumah tangga kaget karena Steve keluar dari sana, begitupun dengan Steve. Namun ia tak berbicara apapun begitupun Steve yang biasa-biasa saja kemudian turun ke lantai satu.

Sonia duduk di meja kerja suaminya membuka laptop dan mencari tentang Philophobia. Dan benar saja apa yang di ucapkan Steve kemudian ia juga melihat berita tentang keluarga Leonardo lainnya, dan kenyataan mengejutkan juga ia baca bahwa dari kecil memang yang di banggakan orangtuanya adalah Edward, Sonia paham bahwa Steve kesepian selama ini.

Di Australia Edward sudah melakukan operasi, namun ia butuh waktu untuk pulih dan memilih bed rest. Ia menelepon Sonia.

"Sayang, bagaimana harimu?" tanya Edward di balik telepon.

"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?"

"Aku juga baik, apa kamu merindukan ku? aku kan pulang besok?"

"Besok?" Sonia panik bukan main, warna merah di leher dan dadanya bahkan kini membiru lebih gelap.

"Tidak aku bercanda, aku akan pulang setelah pulih!"

. "Pulih?" tanya Sonia penasaran atas ucapan Edward.

"Maksudku ketika perkembangan nya berjalan lancar, aku akan segera pulang dan membuat bayi denganmu"

Ah ucapan Edward malah membuat Sonia memejamkan mata mengingat permainan nya di ranjang bersama Steve. "Aku akan berusaha memberikan mu keturunan juga," lanjut Edward.

"Tentu saja, kau pun begitu," balas Sonia, mereka menghabiskan bercerita ringan setelah melepas kerinduan, tapi hanya Edward yang rindu tidak dengan Sonia.

Sonia menyelesaikan mandi dan berniat pergi ke restoran. Kemudian Steve bertanya. "Mau kemana?" tanya nya melihat Sonia sudah rapih.

"Mau ke restoran" jawab Sonia, melihat gelagat Steve mungkin lelaki itu ingin melarang tapi tak berani "Mau ikut?" lanjut Sonia.

"Aku? bolehkah?"

"Tentu saja!"

Mereka akhirnya berangkat bersama. "Kenapa kamu mengajakku ke restoran ayahmu?"

"Kenapa apa kamu tidak mau?"

"Aku hanya penasaran biasanya kamu pergi sendiri"

"Karena seseorang akan marah jika aku pulang larut di antar pria lain!"

"Siapa?"

"Leonardo bersaudara" Sonia tertawa.

Steve juga mendengus tertawa karena malu, ia juga tidak tahu akan bereaksi seperti kemarin saat Sonia pulang malam.

"Maaf karena membuat mu tak enak hati Son,"

"Aku juga minta maaf karena tak bisa berpandangan dengan sisi mu, aku seharusnya mendengarkan lebih dulu"

"Apa kamu menyesal melakukannya denganku?" tanya Steve, ia mengerem mobilnya di lampu merah.

"Tidak, lagi pula itu sudah terjadi"

Stevw memandang ke depan dan menyentuh tangan Sonia, perempuan itu juga membiarkan Steve melakukannya. Perasaan campur aduk tumbuh di keduanya.

Mereka sampai di restoran, Jimmy kaget Sonia membawa kakak iparnya alih-alih sang suami. "Steve Leonardo?" sapa Jimmy dengan ramah.

Steve tidak menyangka kalau Jimmy se ramah itu, ia mungkin tidak akan cemburu jika tahu Jimmy sebenarnya seperti ini.

Sonia menaikan alisnya pada Steve. "Aku membawa kakak iparku, dia ingin melihat kamu memasak dengan hebat" lirih Sonia.

"Benarkah, kakak iparku tampan sekali Son!"

Mendengar seorang pria memuji tampan pada pria lain membuat Steve sedikit aneh.

"Aku akan mengadakan nanti untuk kalian, sekarang kamu bisa mencoba hal-hal baru dengan menu baru mu kemarin Son! Aku mau bahas menu yang akan kita daftarkan di webfood" jelas Jimmy.

Sonia mengangguk. Kini hanya mereka di dapur karena jam buka restoran masih sekitar satu jam lagi.

Sonia mengikat rambutnya membuat Steve terpesona akan kecantikan adik iparnya itu lagi dan lagi. Sonia membantu memasangkan pakaian milik Jimmy dari lemari cadangan nya.

Steve benar-benar terlihat seperti Chef.

"Mau aku ajarkan masak apa? atau kita coba dari hal paling biasa!" Sonia menantang Steve rupanya.

"Biarkan saya yang memasak dan anda mencicipi nona muda!" Steve membungkuk seraya melipat satu tangan dan tangan lainnya di belakang punggung seperti menghormat pada seorang putri di film Frozen.

Sonia mengangguk tersenyum dan melipat kedua tangannya. "Okay, laksanakan" gelak tawa terdengar dari keduanya.

Steve mengambil bahan-bahan makanan. Ia mulai berpikir untuk memasak sesuatu yang bisa membuat Sonia terpesona.

Rupanya kini giliran Sonia yang terpesona dan mengira Steve tak pintar memasak.

Steve sangat cekatan dalam mengolah bahan makanan yang sudah ia ambil dari persediaan yang ada di FOODWORLD'S.

"Sepertinya jika ayahku melihat, kamu akan langsung diterima menjadi pegawai resmi FOODWORLD'S!" ucap Sonia.

"Bagaimana jika bayaran nya menjadi menantu?" Steve menggoda.

"Tapi sayang, aku anak perempuan satu-satunya dan sudah menikah!"

"Ah benar, aku kecewa sekali karena dari itu aku tidak ingin bekerja di FOODWORLD'S karena mungkin bayaran ku akan sangat tinggi"

Steve tampak membanggakan dirinya dan membuat Sonia juga dia tertawa bersama, sembari terus memperlihatkan kepiawaian nya dalam memasak.

Chương tiếp theo