Sekarang yang dilakukan Bianka dan ibunya hanyalah berjalan mondar-mandir tidak jelas. Tak tenang dengan ayah Burhan yang berada di dalam ruang operasi itu. Sedang berjuang antara hidup dan matinya. Bianka terus mengeluarkan air matanya sedari tadi, bahkan dia hampir terjerembah karena kesedihannya itu. Beruntung Bisma berada di dekatnya dan langsung memegangi bahunya, makanya Bianka tidak jadi terjatuh.
"Ehhh terimakasih, Pak," ucap Bianka penuh rasa syukur kepada Bisma dengan kecanggungannya. Suaranya benar-benar lirih. Tangannya pun seketika menepis tangan Bisma yang masih memegangi bahunya, setelah itu ia memundurkan langkahnya dengan agak jauh. Menjaga jarak dari Bisma, karena takut ibunya akan salah paham dan memarahinya.
"Oooh maaf, tidak sengaja! Saya tidak bermaksud lancang, Bianka," balas Bisma dengan sangat sopan karena sikap Bianka yang seperti itu kepadanya. Bisma tak menaruh kemarahan kepada Bianka, hanya saja di samping dia merasa tak enak terhadap Bianka, juga mencoba menjaga harga dirinya. Lagian Bisma harus menjaga sikap supaya tidak terlihat terlalu mencolok kalau dia ingin mendekati Bianka. Rasanya Bisma ingin membungkam bibir mungil Bianka saja saat memanggilnya dengan sebutan bapak itu. Seperti dirinya sudah terlihat tua saja. Namun, tetap saja Bisma tak mau memprotesnya. Belum saatnya.
Ibu Bihana yang menyaksikan itu semua, beliau pun berdehem dengan keras. Kakinya dilangkahkan ke arah Bisma. Setelah jaraknya dekat. Tangan kusutnya karena sudah tak muda lagi itu menyentuh pundak Bisma. Menepuknya lembut. "Nak, terimakasih atas bantuanmu, tapi maaf. Ibu harap kamu segera kembali saja! Ibu tidak mau ada fitnah apapun itu yang mengakibatkan semakin rusaknya harga diri keluarga ini. Mengingat masih banyak kejadian di keluarga ini! Jadi harap kamu memakluminya ya, Nak. Maafkan Ibu," usir ibu Bihana dengan sopan.
Ada rasa tak tega bagi ibu Bihana ketika mengusir Bisma seperti itu. Meskipun usirannya sungguh sopan tapi serasa beliau tak tahu terimakasih saja karena sudah mengusirnya. Soalnya Bisma sangat berjasa membantunya membawa suaminya ke rumah sakit, jadi dia sangat menyeganinya. Namun bagaimana lagi? Beliau sungguh takut akan desas-desus yang akan semakin menggerogoti keluarganya. Beliau sadar diri dan sangat jelas mendengar tiap gunjingan saat membawa suaminya itu. Makanya harus menjaga keluarganya sekarang, selaku menggantikan posisi suaminya menjadi kepala keluarga untuk sementara.
Bisma tersenyum saja, mengangguk penuh pasrah. Dia bisa apa kalau sudah diusir seperti itu. Walaupun usiran ibu Bihana sungguh sopan, tapi aslinya Bisma tak tega meninggalkan Bianka yang sedih seperti itu. Rasanya dia ingin mendekap Bianka ke dalam pelukannya, tapi dia sadar diri kalau dia hanyalah orang asing baginya. Bisma berjanji akan mendekati Bianka sampai bisa mendapatkan hatinya. Intinya Bisma memaklumi itu semua dan akan mencari penyebabnya sekarang juga. Mumpung sekarang dia tidak ada kerjaan sama sekali.
"Baiklah, Ibu. Maaf Bisma telah mengganggu keluarga, Ibu. Kalau begitu Bisma pamit yaaaa," jawab Bisma tanpa keraguan dengan menatapi ibu Bihana dan sesekali menatapi Bianka. Dia masih mempunyai banyak rencana untuk ke depannya, makanya dia sungguh tenang. Tapi memang begitulah sikap alami Bisma yang selalu tenang dalam menghadapi apapun.
"Mari, Bianka, saya pergi dulu!" tambah Bisma yang berniat mencari sedikit perhatian kepada Bianka. Namun sayang hanya anggukan yang didapat. Bianka mengangguk, ibu Bihana juga mengangguk saja. Keduanya serasa cuek kepada Bisma karena pikirannya sungguh kacau, kalut, sedih bercampur menjadi satu saat ini.
Bianka pun akhirnya duduk di kursi tunggu yang berada di dekatnya. Ketika melihat Bisma sudah berjalan menjauh darinya. Lagian Bianka merasa letih juga karena sedari tadi mondar-mandir seperti itu. Sama halnya dengan ibu Bihana yang juga sama capeknya. Beliau juga ikut duduk di samping Bianka. Menatapi Bisma yang masih terlihat punggungnya walaupun sudah terlihat sangat mengecil. Beliau mengandai-andai. Andai Bianka bersama Bisma dan tidak mengenal Betran pastinya hal ini tidak akan terjadi.
"Nak, Nak Bisma baik juga yaaaa. Dia juga sangat tampan dan bisa diandalkan. Sepertinya dia orang sini saja. Mungkin dia bagian dari rumah sakit ini karena mengenal jelas para suster yang ada di rumah sakit," celoteh ibu Bihana. Membahas semua itu untuk menenangkan hatinya, bermaksud menghibur hatinya agar tidak terlalu sedih mengingat suaminya.
Bianka yang mendengar itu, dia sangat tau jelas maksud ucapan ibunya itu, yang pasti mengarah kepada membandingkan antara Betran dan Bisma. Padahal aslinya ibu Bihana tidak berfikiran seperti itu sama sekali, tapi pikiran Bianka yang sungguh kacau hanya bisa berfikiran buruk dan mengarah ke sana saja. Meskipun begitu Bianka tidak meladeni ibunya. Ia hanya mengangguk dan tersenyum kecut saja. Menghembuskan nafasnya dengan kasar seraya mengusapi wajahnya dengan agak kasar juga. Bianka sungguh frustasi rasanya.
***
Sementara Bisma dia berjalan dengan langkah dipercepat. Tadinya dia membawa mobil ke rumah sakit itu. Namun, tidak mungkin kan kalau dia ke rumah Bianka dengan memakai mobil. Mobil juga tidak akan masuk ke gangnya itu. Makanya Bisma memutuskan untuk menaiki motor saja. Meminjam motor pak satpam yang ada di parkiran itu. Dengan senang hati pak satpam meminjamkan motornya.
Tapi tidak mungkin juga kalau Bisma berpakaian secara terbuka seperti ini dan terang-terangan ke rumah Bianka untuk mencari tahu semuanya. Maka dari itu Bisma terlebih dahulu mengambil topi yang ada di bagasi mobilnya, tak lupa memakai kaca mata yang juga dibawanya. Beruntung dia membawa semua itu jadinya bisa menyamar untuk mencari tahu semua permasalahan itu.
"Hati-hati ya, Mas Bisma!" pesan pak satpam kepada Bisma dengan sangat ramahnya. Beliau menahan tawanya ketika melihat Bisma sudah menyamar seperti itu. Pak satpam hanya mampu memberi pesan, tidak kepo bahkan bertanya tentang penyamaran Bisma dengan sangat lancangnya.
Bisma mengangguk lalu pergi dengan mengendarai motor pak satpam itu. Meskipun dia menyamar tetap terlihat tampan dari segi apapun. Pada dasarnya sudah tampan maka mau dipoles apapun tetap saja tampan.
"Pokoknya aku harus berhasil. Kalau sudah tau inti permasalahan pastinya bisa sedikit demi sedikit memasuki hati Bianka. Salah sendiri membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama," celoteh Bisma di tengah perjalanannya. Senyumannya terus terukir di bibir sexynya. Semakin menambah ketampanannya. Dan dia sungguh bersemangat. Yang pasti dia akan berjuang sampai akhir. Apapun masa lalu Bianka itu.
Dan tak lama kemudian, sampailah Bisma tepat tak jauh dari rumah Bianka. Memang Bisma sengaja tidak berhenti tepat di depan rumah Bianka, supaya tidak terlalu mencolok dan membuat para tetangganya curiga. Dia menatapi sekitar yang tak lain kompleks di situ sangat sepi sekarang. Menjadikan Bisma kebingungan, bagaimana cara mencari tahu kalau seperti ini? Begitu pikir Bisma.
Lama dia menunggu di kompleks Bianka itu, berharap akan ada seseorang yang lewat. Akhirnya ada juga 2 orang wanita yang melewatinya. Keduanya menatapi Bisma dengan seksama, memicingkan kedua matanya, merasa familiar dengan wajah Bisma. Bisma yang ditatap seperti itu semakin membenarkan kaca matanya supaya tak terlepas, dengan begitu tidak akan ada yang mengenalinya.
"Haloooo, permisiiii!"