webnovel

Bertemu untuk Pertama Kalinya

Pada pagi hari di kastil yang diperuntukan kepada Ras Peri, seorang pengunjung sudah duduk dengan nyaman di sofa ruang tamu. Meminum cangkir teh untuk kedua kalinya, si pengunjung bertingkah seolah dia adalah pemilik kastil itu.

"Jadi, Hazel ingin berterimakasih kepadaku sehingga kau membawanya ke sini." Rose bertanya penuh minat kepada remaja tanggung yang duduk di depanya.

"Iya. Dia ingin memberi Kakak hadiah karena sudah membuatnya berdamai dengan dua kucing lainya." Johan berujar seolah mengatakan hal yang patut untuk disyukuri.

"Kalau begitu Hazel, apa kau mau ikut denganku ke istana peri." Rose mencondongkan tubuhnya untuk membelai kepala kucing berbulu coklat yang sedang berbaring dengan nyaman di pelukan sang remaja.

"Meong.." merasakan sentuhan yang lembut, sang kucing mengeong pelan.

"Tidak." si bocah remaja berteriak.

"Itu artinya Hazel tidak mau ikut dengan kakak." bocah itu menjelaskan dengan buru-buru.

"Hm.. sayang sekali." Rose merasa terhibur melihat tingkah remaja tanggung itu. Setidaknya, tidak semua vampir itu bersikap buruk.

"Jadi apa yang Kakak inginkan." si remaja buru-buru mengalihkan perhatian gadis peri itu dari kucingnya.

"Kalau begitu, biarkan aku bertemu dengan ketiga kucingmu." Rose tidak menginginkan apapun dari remaja lelaki itu. Tetapi jika di hadapkan dengan kucing-kucing lucu, dirinya tidak bisa menahan perasaan menggelitik yang muncul di hatinya.

"Aku tidak akan membawa mereka." gadis itu menambahkan saat melihat ekspresi bermasalah yang muncul di wajah tampan remaja vampir itu.

Setelah Johan pergi, Hana menyuruh pelayan lain untuk membereskan cangkir dan piring yang digunakan untuk tempat makanan ringan.

"Ganti saja dengan yang baru." Rose memerintahkan kepada pelayan itu.

"Aku merasa bahwa pemuda itu bukan satu-satunya pengunjung kita hari ini." Rose menjelaskan saat mendapatkan tatapan bingung dari sang pelayan. Mendengarnya, pelayan itu tidak berani menunda pekerjaanya lagi. Langsung bergegas untuk menyiapkan teh dan cemilan baru.

Benar saja. Tidak lama setelah pelayan itu pergi, seorang pemuda tampan yang memiliki kulit pucat muncul di pintu kastilnya. Pemuda itu memiliki mata dan rambut berwarna hitam. Tatapanya tegas dan Ia mengeluarkan aura menyendiri yang menjadikanya seolah tidak tersentuh. Pemuda itu mempunyai kemiripan sebanyak enam puluh persen dari remaja laki-laki yang beberapa saat lalu keluar dari kastilnya.

"Salam kepada Nona Rosalia. Perkenalkan saya Gerald Destray Lumie." sang pemuda membungkuk untuk membuat salam penuh hormat.

"Tidak perlu terlalu sopan Tuan Gerald. Silahkan duduk." Rose menyambut pemuda itu yang dikenalnya sebagai perwakilan dari Ras Vampir saat perjamuan kemarin malam.

"Kedatangan saya kesini adalah untuk meminta maaf atas kekasaran yang dilakukan oleh anggota ras kami." Gerald mengutarakan maksud dari kedatanganya mengunjungi putri peri itu.

"Itu bukan salah Tuan Gerald. Beberapa orang memang sudah mempunyai sifat bawaan yang tidak mudah diubah. Harus ada semacam tindakan tegas untuk memperbaikinya." Rose tidak bersikap rendah hati dalam menerima permintaan Gerald.

"Anda tidak perlu khawatir. Adik perempuanku sudah mendapatkan hukuman yang seharusnya." Gerald menjelaskan.

Putra mahkota itu tidak bersikap sombong dalam menyampaikan permintaan maafnya. Ia juga dengan tulus memberikan kompensasi beberapa pelatihan militer kepada Ras Peri sebagai imbalan atas kejadian yang menimpa gadis itu.

Ras Vampir unggul dalam indra mereka yang tajam. Mereka bisa melihat dan mendengar dengan sangat baik. Bahkan gerakan mereka sangat gesit. Pasukan mereka bisa menahan pasukan dari Ras Werewolf yang terkenal akan kekuatan ototnya.

Gerald pergi setelah menyampaikan maksud dan tujuanya. Rose dengan sopan mengantarkan Gerald sampai ke depan pintu kastil. Menunjukan etikat santun yang Ia pelajari.

"Hah.." ternyata perjamuan itu melelahkan sekali. Ia belum sempat untuk bersantai tetapi sudah harus mulai mempersiapkan perjamuan untuk nanti malam.

Perjamuan hari kedua lebih bersifat pribadi karena masalah yang akan dibahas adalah kerjasama yang akan dijalin oleh antar ras. Mereka akan saling menawarkan kerjasama dengan keunggulan masing-masing. Seperti yang terjadi saat ini.

"Kami menawarkan alat-alat ajaib sebagai ganti dari permata merah yang hanya ada di Ras Peri." ucap perwakilan ras penyihir.

"Kami mempunyai senjata kelas terbaik. Yang kami inginkan adalah bijih besi hitam dari Ras Peri." perwakilan dari ras dwarf tidak mau kalah.

"Kesehatan adalah yang terpenting, Ras Peri mempunyai berbagai macam tanaman langka yang tumbuh subur. Kami bisa mengolahnya menjadi obat-obatan dan memberikan pengobatan gratis untuk setiap anggota kerajaan." pemuda dari ras elf juga ikut berdebat.

Mereka semua menawarkan kerjasama timbal balik sebagai ganti dari kekayaan alam yang dimiliki oleh Ras Peri. Rose mengetahui semua keuntungan jika Ia menjalin kerjasama dengan mereka semua. Tetapi Ia tidak boleh terlalu serakah. Ketamakan bukanlah hal yang baik. Bahkan dapat menjerumuskan ke dalam masalah yang tidak perlu.

"Saat ini kami ingin memperkuat pasukan kami setelah perisai yang melindungi kami selama lebih dari 100 tahun hancur. Oleh karena itu, saya sebagai perwakilan Ras Peri menerima kerjasama dari Ras Dwarf untuk pertukaran senjata." Rose mengumumkan keputusanya.

Perjamuan itu berakhir dengan damai. Mungkin karena aggotanya hanya dari perwakilan ras masing-masing sehingga tidak ada kerusuhan yang terjadi.

Rose berbaring dengan nyaman di ranjang kamarnya. Merasa bahwa kedatanganya kali ini tidak sia-sia. Ras Peri memperoleh dukungan senjata dari Ras Dwarf. Dan Ras Vampir akan membantu melatih pasukan. Memejamkan mata, Ia berharap bahwa perjamuan besok juga akan berjalan dengan lancar.

***

Ballroom yang digunakan untuk pesta kali ini sangat besar. Dengan aula tengah yang megah dan di sekelilingnya terdapat meja-meja kecil untuk para tamu yang ingin beristirahat. Sebuah lampu kristal besar terletak di tengah ruangan. Membuat ruangan itu tampak menakjubkan.

Alunan musik biola yang merdu terdengar dari para musisi yang sengaja dihadirkan. Membujuk orang-orang untuk berdansa mengikuti iringan musik.

Rose tengah duduk bersama dengan Kapten Jerome di salah satu meja. Mengamati saat para muda-mudi berdansa di tengah aula besar itu.

"Apakah saya bisa mendapatkan kehormatan berdansa dengan Nona?" suara maskulin seorang pria terdengar saat pemuda itu mengulurkan tanganya.

"Dengan senang hati Tuan Gerald." Rose menerima uluran tangan dari putra mahkota Ras Vampir.

Keduanya berjalan berdampingan melewati kerumunan pesta. Sang lelaki meletakan tanganya di pinggang sang gadis, dan si wanita meletakan tanganya di leher si pemuda. Keduanya terlihat harmonis saat dipasangkan bersama.

Posisi mereka berubah mengikuti alunan musik. Kini langkah kaki mereka menjadi fokus utama. Gerald mengikuti langkah kecil Rose supaya tidak membuat gadis peri itu kesulitan. Tangan mereka saling bertaut saat langkah mereka saling melengkapi.

Tap..tap..tap..

Suara langkah terdengar bergema karena suara musik tiba-tiba berhenti. Hening. Atmosfer berubah menjadi menyesakan. Tekanan berat mengelilingi seluruh ruangan. Aula yang tadinya ramai dan harmonis kini seolah tenggelam dalam suasana mencekam.

Beberapa orang yang tidak dapat menahan aura yang mencekam itu bahkan pingsan, yang lainya terjatuh namun tidak kehilangan kesadaran mereka. Sedangkan yang merasa lebih baik meringkuk melindungi jantung mereka yang bergetar kesakitan.

Tap.. tap..

Langkah kaki itu berhenti di depan seorang wanita yang mengenakan gaun biru. Senada dengan matanya yang berwarna biru dan kalungnya yang berpendar mengeluarkan cahaya biru.

"Nama saya Stevan Devartania Silega. Izinkan saya berdansa dengan nona." suara acuh terdengar dari sang pemilik langkah kaki.

"Saya Rosalia Devonia Razak. Suatu kehormatan berdansa dengan Tuan." Rose menjawab pemuda itu dengan sopan. Mencoba menyembunyikan telapak tanganya yang berkeringat karena gugup saat melihat sayap hitam yang baru saja menghilang dari punggung sang pemuda.

Ras Zeros dikenal sebagai monster karena kebengisan mereka. Ras terkuat diantara tujuh ras lainya. Ras yang mengaku bahwa mereka tidak membutuhkan ras lainya karena mereka terlalu lemah. Dan menjadi satu-satunya ras yang dapat mengeluarkan sayap dari punggung mereka. Ras ketujuh yang tidak dimasukan ke dalam agenda pertemuan ras selama lebih dari 300 tahun karena kebengisan mereka terhadap ras lainya.

Pemimpin dari Ras Zeros itu kini tengah mengulurkan tanganya kepada satu-satunya gadis yang dapat berdiri dengan tegak di bawah penindasan auranya.

Kristal pelindung peri langsung mengeluarkan fungsi perlindungan saat pertama kali merasakan aura yang mencekam. Membuat putri peri itu tidak terpengaruh oleh penindasan yang menekan seperti orang lain.

Tetapi sepertinya itu memperoleh hasil yang tidak diharapkan. Karena perisai itu melindunginya, kini Rose menjadi satu-satunya orang yang menarik perhatian sang pemuda bermata merah.

Chương tiếp theo