webnovel

Bab 15. Tidak Mungkin

Masih tidak menyangka kalau akan menjadi seperti ini. Nara juga tidak ingat masa-masa kecil mereka, hanya tahu bagaimana Manu dulu sangat baik dan nakal. Beda dengan Manu yang sekarang lebih nakal dan kurang ajar mesumnya. Kedua orang tua mereka sangat menyetujui hubungan ini. Sedangkan Nara, masih tidak mau berhubungan dengan Manu. Cowok itu banyak sekali pacar. Nara tidak mau tersakiti oleh cowok itu.

"Bagus dong, kalau kalian sudah saling mengenal ternyata nggak susah ya." ujar Liana mendapat respon baik dari Tante Zara.

"Ih Manu kan ud--" ucapan Nara terpotong karna tiba-tiba mulutnya dibekap oleh Manu.

"Jangan buka kartu gue," bisik Manu, agar Nara mendengarnya sendiri.

"Iighh." Nara memberontak, huh matanya menatap kesal ke arah Manu.

"Nyebelin." umpat Nara.

"Kalian kenapa, akrab banget keliatannya." ujar Tante Zara.

"Nggak tante, cuma temen biasa aja kok." elak Nara.

"Temen tapi mesra dong." sahut Manu.

"Apaan sih, hiiih kok lo jadi ngeselin sih." greget Nara pada Manu, kenapa cowok ini sekarang membuatnya darah tinggi.

"Lah emang itu kenyataannya." jawab Manu.

"Sudah-sudah, ayo Nara dan Manu duduk di sini." pinta Zara seraya mengayunkan tangan menyuruh kedua anak itu untuk duduk.

"Mah, kayaknya salah server deh. Ini tuh bukan Nara yang dulu, masa ia Nara judes kek begini. " ucap Manu, kepada Mama nya.

"Heh, meski gue nggak inget masa kecil gue. Manu juga nggak mungkin tengil kayak lo. Huh," sewot Nara.

"Nara nggak mau di jodohin sama dia." ujar Nara.

"Gue juga ogah." sahut Manu.

"Terus tadi apa lo, ngajak gue pacaran ha? Huh. gerutu Nara.

Kedua orang tua mereka hanya menggelengkan kepala, kenapa sampai seribut ini padahal kan belum ada pembicaraan apa pun apalagi perjodohan. "Kalah kalian ribut kayak gini, hati-hati nanti saling jatuh cinta beneran loh." ujar Liana.

"Ma, Nara nggak mau sama dia!" tiba-tiba Nara mengucapkan hal yang berbanding balik dengan dirinya. Sebenarnya Nara juga sudah membuka hati untuk Manu. Tapi dilihat cara Manu gaya cowok itu yang tengil, tebar pesona dan selalu mempermainkan perasaan cewek.

"Sok nolak, padahal juga naksir." cibir Manu.

"Dih, lu aja yang kepedean?!" cetus Nara.

Mulai hari ini mereka akan seterusnya bersama, sebenarnya Nara keberatan karena akan sulit jauh dari cowok itu. Apa jadinya nanti di sekolah, menjadi perbincangan satu sekolahan. Aigu ... Nara lebih baik di jodohkan oleh Hyunjin daripada dengan Manu.

****

Keesokkan harinya....

Manu sedang mengendarai motor besarnya, dengan kecepatan biasa matanya tertuju pada gadis yang sedang berjalan kaki. Gadis itu mengenakan seragam yang sama, sepertinya Manu mengenal gadis itu.

"Hei, kenapa jalan kaki? " tanya Manu, gadis itu menoleh nampaknya begitu lelah sekali.

"Iya nih, nasib anak broken home ya gini." ujar Arina pada Manu, wajahnya memasang wajah melas. Kemudian Manu memberinya tumpangan, bukan karena ingin menggoda tapi niat nya memang untuk menolong Arina.

"Makasih ya Nu, kalau gini kan gue nggak jadi telat hehe." ucap Arina.

"Iya," jawab Manu.

Entah sengaja atau tidak, Arina benar-benar memeluk Manu seperti orang pacaran. Karena hubungannya dengan Deby masih status pacaran, sudah jelas pacarnya cemburu melihat Manu dengan gadis lain. Apalagi pegangan Manu saja, pakai pelukan erat. Manu agak risih namun ia mengira Arina takut jatuh, karna Manu membawa motor cukup kencang alias ngebuuuut.

Deby yang memandanginya dari gerbang sekolah, nampak tak suka sekali. Wajar saja, dirinya adalah pacar Manu. Lili saja ia labrak saat mengetahui bahwa Lili memiliki hubungan dengan Manu.

Flashback on ....

"Heh, dasar cewek kegatelan!" bentak Deby setelah masuk kedalam kamar mandy, sejak tadi Deby memang mengawasi Manu dan Lili didepan kelas.

"Maksud lo apa?" tanya Lili yang kebingungan dengan kedatangan gadis berambut pirang coklat ini.

Deby geram, rasanya ingin menampar berkali-kali pipi Lili. Wajahnya yang polos, membuat Deby menatap jijik pula.

"Lo masih nanya, hem.. Ada hubungan apa lo sama Manu. Ha?" tanyanya lagi, sampai Lili mundur was-was mengenai wastafel.

"Gu..gue cuma deket aja sama Manu." jwab Lili. Gadis itu takut menatap ke arah Deby.

"Sekali lagi lo deketin Manu, liat aja lo!" peringat Deby pada Lili.

Lili mengangguk, tak mau melawan Deby. Lili sebenarnya bukan hanya dekat, melainkan memang pacar Manu. Jika mengatakan yang sejujurnya Deby akan menamparnya berkali-kali. Cari aman:v.

Deby mendapat panggilan masuk dari Manu, menagih janji ke ruang perpustaskaan. Deby pun memukul dinding, tak sekeras tenaganya. Itu akan sakit.

Melihat Lili ketakutan, Deby pun membiarkan gadis itu di kamar mandi. Pintu dikunci dan dibuang ke tong sampah.

Flashback off..

"Kamu ngapain berangkat sama Arina? Hm? Pacaran?" tanya Deby setelah duduk disamping Manu didalam kelas. Meski tak satu bangku, Manu sekelas dengan Deby.

"Oh itu, dia tadi jalan kaki jadi aku kasih tumpangan buat dia." jawab Manu sembari mengeluarkan ponselnya dari saku.

"Kasih tumpangan? Tapi Arina sampe meluk kek gitu sih. Males banget aku liatnya, genit banget sih." protesnya pada Manu, rasa kesal dan cemburu menguasainya.

"Kamu cemburu? Aku tetep suka sama kamu kok." dengan tatapan yang meluluhkan, Deby pun luluh dan tersenyum pada Manu.

"Ya jelaslah aku cemburu, orang kamunya aja mau dipeluk-peluk ama dia." ujar Deby.

"Arina mungkin takut jatuh, soalnya aku tadi ngebut banget. Udah siang tau,"  jawab Manu.

"Iya tetep aja aku nggak suka liatnya." ucap Deby.

"Udah ah jangan cemburu, lagian aku nggak kecantol sama dia." ujarnya, sembari memainkan ponselnya.

"Hem, iyaiya. Nanti temenin aku ke mall yah. Mau beli sesuatu." Ajak Deby, dengan cepat Manu pun menoleh karna hari ini tak bisa menemani Deby.

"Kayaknya aku nggak bisa deh, soalnya ada urusan keluarga." sebisa mungkin tak membuat deby marah.

"Kenapa? Urusan apa?" tanya Deby kepo, sebenarnya Deby ingin dekat dengan keluarga Manu, tapi Manu tak mengizinkan Deby.

"Ya ada urusan pokoknya, besok aja ya." ujar Manu.

"Hemm, iya udah. Tapi full time ya sekalian main ke Apartemen aku." ucap Deby, sudah pasti Manu senang.

"Ah, aku suka itu." goda Manu sembari tersenyum nakal. Namun, itu hanya mengiyakan saja agar Deby tidak marah. Manu akan lebih sibuk datang ke rumah Nara, entah kenapa cowok itu tidak bisa jauh dari Nara. Padahal jauh sekali dengan Deby yang cantik, manis bahkan bodynya mulus.

Chương tiếp theo