webnovel

Bab 4. Nakal

"Cup," dengan berani Manu mengecup bibir Nara. Nara membulatkan matanya terkejut kemudian dengan kasar mendorong tubuh Manu tapi sayangnya Manu lebih kuat darinya.

Manu memberikan sedikit lumatan di bibir gadis itu, karena Nara tak kunjung diam. Manu menggigit bibir bawah Nara, gadis itu kemudian terdiam. Tangannya juga lemas sejak tadi memberontak.

Manu menyelusupkan lidahnya bermain di sana, menghisap-hisap lidah Nara. Tangan Nara kini mencengkram seragam Manu, jantungnya tiba-tiba berdebar kencang.Nara tak membalas pagutan Manu, sampai Manu kesal sendiri.

Manu melepaskan pagutannya, matanya menatap ke arah Nara yang tadi terpejam kini ia membuka perlahan. Tatapan Manu meneduhkan matanya, hatinya berdetak normal kembali.

"Udah, puas lo? Enak banget lo ya main nyablak aja, dasar brengsek!" ketus Nara .

"Nggak waras," kemudian Manu meninggalkan Nara sendirian. Nara kesal, seenaknya saja Manu menciumnya. Jujur, saat dia berpacaran dengan seseorang tak pernah ia berciuman seperti ini. Hanya kecup kening saja, seperti yang dilakukan oleh Gavin mantannya.

"Dasar brengsek! Dia kira gue jalang apa," gerutu Nara kesal, bisa-bisanya dia diperlakukan seperti itu dengan Manu. Cowok brandal yang cuma ingin merusak perempuan, memang perlu dibasmi.

****

Manu sedang merokok di belakang sekolah, cowok itu malah kepikiran Nara. Akibat bibir cewek itu begitu lembut bahkan ia ingin melakukannya lagi. Tapi, Nara telah membuatnya kesal. Manu berpikir apa gadis itu tak bisa berciuman? atau memang sengaja tak membalas ciumannya.

"Argh,"

"Kenapa lu cuk? Mikirin dosa?" celetuk Jake baru saja datang sudah membuatnya kesal.

"Berisik lu," cetus Manu.

"Dih, tumben lu mikirin dosa." 

"Dosa nya sejagat si," sahut Keano.

"Lu mau? Gue sumbangin ke elu pada ha?"

"Soal dosa kagak mau gue, kalau duit gue mau."

"Eh, Liat deh Nara lagi ngobrol sama Gavin. " ujar Keano, Manu dengan cepat menatap ke arah Nara diseberang sana.

Benar, Nara tengah berbincang dengan Gavin. Setahu Manu, Gavin itu mantan Nara tapi mereka masih berhubungan baik. Tapi kata Deby, Nara tak selera dengan cowok? Lalu? Tadi Manu mencium Nara pun tak ada balasan apa mungkin memang benar.

"Heh, malah bengong?" ucap Jake menyenggol lengan Manu.

"Ayo, cabut ke kelas." ujar Manu kemudian pergi menuju kelas.

"Kenapa lo? Kusem gitu?" tanya Jake,

"Peduli amat lo." ketus Manu.

"Nggak dapet skidipapap? Atau kurang mantap-mantap pan." ceplos Jake, bar-bar sekali kedengarannya. Membuat telinga Keano risih. "Lo ada masalah?" tanya Jake serius kepada Manu, raut wajahnya berbeda tidak seperti biasanya.

"Otak lu mesum bener, ya kali Manu doyan begitu. " sahut Keano sembari menjitak kepala Jake, mulut anak itu terlalu mengandung unsur pernganuan.

"Ya kali aja kan, apa salahnya gue tanyain." balas Jake.

"Gila lu," ucap Keano.

Manu hanya diam, dirinya merasa kesal melihat Nara bersama Gavin. Kenapa dengan dirinya? Belum apa-apa sudah merasakan kesal apa karena ciuman tadi pagi? Agak aneh sih tapi biasalah Manu mana bisa jatuh cinta sepenuh hati. Gaetannya banyak, gugur satu tumbuh seribu.

****

Sepulang sekolah Nara langsung menuju parkiran menghampiri motornya ia melihat Ban depan kempes alias kurang angin. Huft, karena tak mau berpikiran buruk kepada orang lain. Kemudian Nara terpaksa mendorong motornya. "Haduh, ban kempes segala mana bengkel masih jauh." gumam Nara.

"Padahal tadi pagi kan nggak kenapa-kenapa ini motor," gerutunya, siang hari panas berjalan tanpa bantuan dari siapapun.

Saat dirinya mendorong motor baru saja sampai keluar gerbang sekolah. Manu datang dengan gaya cool Manu turun menghampiri Nara. Mau apa dia?

"Motor lo kenapa?" tanya Manu, kemudian Nara menoleh ke arah sumber suara itu.

"Kempes," singkat Nara.

"Mau gue bantu?"

"Nggak perlu, gue bisa sendiri."

"Nggak baik lo nolak bantuan orang,"

"Kalau orangnya nggak ikhlas bantuin, buat apa gue nerima." ketus Nara.

"Maksud lo apa sih? Gue beneran mau bantu elo," sentak Manu memaksa.

"Nggak perlu, Sultan Manu Mahendra terganteng di sekolah." ujar Nara sembari senyum tipis menatap ke arah Manu.

Tiba - Tiba Manu tersenyum melihat gaya Nara yang tersenyum tipis padanya. Terlihat lesung pipit di pipinya, manis sekali.

"Serlan!" Panggil Manu ke salah satu teman sekolahnya yang sedang berjalan.

"Apaan Nu?" tanya Serlan.

"Bawa motor ini ke bengkel, Nah 300 rb. Cukup kagak?" ujar Manu

"Cukup, oke siap!" ujar Serlan kemudian membawa motor Nara ke bengkel. Tak rugi jika berurusan dengan anak sultan seperti Manu.

"Ya ampun, kan gue udah bilang nggak usah. Maksa banget sih," ujar Nara.

"Udah lah, ikut gue." ujar Manu sembari menarik tangan Nara menuju motornya. Nara menurut, jika ia menolak pasti tetap saja Manu akan terus memaksanya.

"Naik," perintah Manu.

"Kalau cewe lo liat sih gimana urusannya?" tanya Nara.

"Bodo amat, cepetan!"

Nara naik agak jaga jarak dengan Manu, namun saat Manu mengegaskan motornya Nara terkejut tak sadar jika tubuh nya menempel ke punggung Manu.

"Manu yang bener ih, malu diliat orang."

"Nggak akan ada yang berani mencibir kita," kata Manu

"Rumah lo dimana?" tanya cowok itu,

Kemudian Nara memberitahu dimana tempat tinggalnya, Manu kira rumah Nara sangat jauh agar dirinya bisa lebih lama dengan Nara. Ternyata hanya 10 menit bersama bukan waktu yang lama. Sesampainya di rumah Nara turun di depan gerbang rumahnya. Karena tak mau memasukkan cowok kerumahnya tanpa izin Papanya. Nara tak menawarkan Manu untuk masuk, tapi Manu dengan sengaja menawarkan diri.

"Nggak nyuruh gue mampir dulu gitu?" tawar Manu dengan logatnya.

"Sorry, gue takut sama bokap." ujar Nara.

"Oh, okelah. Gue balik dulu." ujar Manu kemudian menghidupkan motornya.

"Manu?"panggil Nara

"Apa? Berubah pikiran? "

"Apa sih, gue cuma mau bilang. Makasih ya udah nganterin gue pulang." ujar Nara sembari tersenyum kemudian menggigit bibirnya bawahnya.

"Sama-sama Tuan putri, Btw jangan goda gue dengan cara sepele Nar. " ujar Manu.

"Maksud Lo?" Nara bingung,

"Bibir lo jangan digigit, mending saling gigit-gigitan sama gue." sengeh Manu membuat Nara malu. Sedangkan cowok itu hanya terkekeh tanpa malu dengan ucapannya barusan.

"Apaan sih. Udah sana balik lu keburu Debby tau kalau lu abis nganterin gua."

"Lo cemburu gue pacaran sama Debby, oke deh setelah putus sama dia. Kita bakal pacaran, oke?!" gercap Manu, membuat Nara mengernyitkan alisnya heran. Ada saja yang Manu katakan secara spontan dan tidak begitu nalar. Dia pikir pacaran nggak pakai perasaan apa.

Chương tiếp theo