webnovel

07. Rasa Aman

'Ada yang aneh. Karena rasa-rasanya sentuhan dan kalimatmu menenangkan hati.'

...

Beberapa minggu kemudian, setelah rumah Yoongi di pulau Hong Do selesai dibangun.

...

Hanya ada dua nama yang tahu kartu mati Yoongi. Jeon Jungkook dan Min Jun Gi. Benar, ayahnya juga mengetahui kelemahan pria itu. Berada satu ruangan dengan wanita bagi Yoongi kecil adalah petaka. Di umurnya yang kedelapan ia bahkan tidak bisa masuk kelas jika gurunya wanita. Hingga ia harus pindah sekolah beberapa kali.

Min Yoongi memiliki satu ketakutan yang cukup jarang dipunyai orang lain. Bukan hantu atau gelap, melainkan wanita. Sebuah penyakit mental akibat trauma mendalam terhadap seorang wanita atau disebut gynophobia.

Lima tahun lalu saat ia memutuskan untuk menjadi seorang mafia, adalah terakhir kalinya ia memiliki hubungan dengan wanita. Yoongi sudah membaik ketika Jungkook bersusah payah mencari seorang psikiater untuknya. Maka di usia remaja, Yoongi mulai bisa berbicara dengan lawan jenisnya. Ya, hanya bicara. Tidak ada sentuhan fisik dalam bentuk apapun meski hanya berjabat tangan. Penyakitnya ini sudah dideritanya sejak umur enam tahun. Kakinya melemas dengan peluh di seluruh tubuh. Badannya terasa panas dan gatal bahkan memerah. Jika kecemasannya meningkat ia bisa langsung tak sadarkan diri.

Dari sekian tahun berkonsultasi, baru kali ini ia bisa menahan banyak sentuhan. Jungkook menyadarinya. Kehadiran seorang istri palsu dalam hidup Yoongi membahayakan namun juga sedikit membantu.

Setelah beberapa kali bertemu Dokter Jung, psikiater Yoongi, Jungkook mendapat pencerahan bahwa Jang Mi dapat membuka jalan baru bagi hyung-nya.

Masih terbayang kejadian saat Jang Mi pingsan setelah melarikan diri dari kejaran kelompok Kim. Yoongi tak merasakan gejala apapun saat menggendongnya ke kamar. Jika saja Jungkook tahu bahwa Yoongi pernah mencium kening gadis itu tanpa sengaja.

"Hyung, jika benar begitu. Kau bisa sembuh jika berada didekatnya. Manfaatkan satu tahunmu untuk pulih juga." Jungkook berbicara pada Yoongi yang duduk disofa memandangi perubahan warna langit di luar jendela. Sejujurnya bukan ia tak memiliki keinginan untuk sembuh, hanya terlalu jenuh membahas ini.

"Aku melihatnya sendiri. Gejalanya tak muncul saat itu. Mungkin kau bisa mencoba dengan sering - sering berada disampingnya dulu, hyung. Baru kemudian ..."

"Stop, Jungkook. Sudahi saja omong kosong ini. Masa bodoh dengan penyakit itu."

Pembicaraan pun berakhir begitu saja. Jungkook tak mampu membujuk Min Yoongi. Ini sudah ketiga kalinya. Bukannya Jungkook mau, ia hanya mencoba saran dokter Jung. Dari awal, Jungkook sudah tidak menyukai keberadaan Ahn Jang Mi. Namun saran dari ahlinya mengatakan lain. Obrolan semacam ini mungkin tak pernah terjadi lagi. Jungkook benar - benar menyerah kali ini.

...

Ungu dihadapannya menghampar luas. Wanita itu menengadah agar lebih bisa menikmati pemandangan. Sebuah anugrah ia memiliki waktu untuk bersantai mensyukuri nikmat Tuhan.

Bertelanjang kaki menyusuri pasir putih sambil mengulas senyum. Sejak pukul lima sore ia mengistirahatkan batinnya disini. Butuh lima menit berjalan kaki dari rumah Mr Min untuk sampai ke pantai ini. Pertama kalinya ia keluar seorang diri setelah beberapa lama tinggal di Hong Do dengan status seorang istri. Geli. Entah apa yang merasukinya hingga mengakui statusnya itu.

Oh, ayolah Jang Mi. Sekarang bukan waktunya berpikir yang berat - berat. Setelah berbagai peristiwa ia lewati, otaknya pantas menerima hadiah kecil ini. Dibiarkannya rok yang dikenakan itu menyentuh pasir. Jang Mi duduk acuh di atas pasir pantai menghadap laut malam.

Menikah dengan seorang mafia berarti kau harus memiliki banyak 'nyawa' dan jantung yang sehat. Mr Min membuatnya ikut dalam pelarian kelompok mereka. Entah itu dari incaran mafia lain atau ayahnya seperti tempo hari. Biarpun berat, Jang mis berusaha meyakinkan diri bahwa bertahan sebentar lagi akan membuatnya meraih kursi itu, kursi direktur di kantor ayahnya.

Belum seberapa lama ia melamun, benda ditas kecilnya bergetar. Jang Mi memeriksa ponselnya dan mendapat pesan multimedia. Foto sebuah kotak hitam berpita. "Baju lagi? Kemana lagi kali ini?"

Baiklah, sepertinya sudah waktunya ia kembali ke rumah. Toh dirinya masih bisa kesini kapan saja. Pantai tak bernama.

...

Ini bukan yang pertama kalinya Jang Mi ikut dengan Mr Min dan kelompoknya. Kali itu di pub, beberapa kali di restoran. Malam ini di club. Telinganya menangkap suara berisik dari lantai dansa. Matanya juga melihat orang - orang yang sudah hilang sadar bergerak tak karuan. Malah Jang Mi sudah hampir terbiasa dengan lampu warna - warni itu.

Dengan hari ini terhitung sudah lebih dari sepuluh kali Mr Min membawa Jang Mi ke acara seperti ini. Mungkin bisa dibilang pertemuan penting di kalangan para mafia. Ia juga tak begitu paham. Tugasnya disana hanya membatu. Ya, membatu disini maksudnya cuma diam dan tak berbicara apapun. Aneh, bukan? Untuk apa membawanya jika ia tak melakukan apapun.

Merapatkan jaket bulunya, Jang Mi cukup terganggu dengan AC ruangan disini. Mereka baru tiba di VIP room. Dominasi merah dan hitam pada interior ruangan membawa kesan elegan. Terdapat beberapa sofa dan meja yang sudah di hiasi dua botol wine berikut beberapa gelas.

Semua berjalan seperti biasanya. Obrolan serius dan suasana kaku. Sebelum akhirnya seseorang mengetuk pintu dengan tidak sabaran menyebabkan semua berdiri.

"Hei, apa masalahmu?"

Tepat saat pintu terbuka, seorang pegawai club rupanya terlihat berdiri di ruang VIP ini. "Ma.. ma.. maaf tapi seseorang mencari gadis yang ada disini." Mulutnya terbata - bata.

"J.. j.. ja.. jang mi.." Lalu setelah itu sang pegawai pria ambruk di depan pintu. Ada darah di punggungnya. Siaga satu, semua orang disana bersiap dengan senjata masing - masing. Sama halnya dengan Yoongi. Mereka keluar dari ruangan diikuti tembakan dari arah pintu utama.

Dan dalam hitungan detik, club malam itu berubah menjadi arena lapangan tembak. Porak poranda. Inilah hal yang ditakutkan saat ikut dengan Mr Min. Suara gaduh manusia dan senjata.

Tepat saat itu, sebuah tangan menariknya keluar dari rasa takutnya. Menyembunyikannya dari orang - orang yang mengincarnya. Min Yoongi heran sekarang siapa lagi yang hendak mengancam nyawa gadis ini.

Jang Mi tertarik kesana kemari mengikuti arah gerak Yoongi dengan badan yang gemetar. Ia merunduk dan menjaga posisinya agar tetap berada dibelakang Yoongi. Tangan kanannya menggenggam erat jemari pria itu sambil menenangkan diri sebisa mungkin. Yoongi fokus dengan lawan - lawan dan pistolnya. Hingga akhirnya mereka sampai di pintu keluar darurat. Lalu menaiki taksi yang terparkir disitu.

"Park Hyatt Hotel, pak. Cepat!" Terpaksa meninggalkan Jungkook di parkiran, sebab tak ada waktu menunggu. Jika tidak ia akan tertangkap. Maka taksilah pilihannya.

Yoongi mengatur napasnya. Lalu melirik wanita disebelahnya yang nampak seperti mayat hidup. Pucat pasi dengan pandangan kosong. "Jang Mi! Bangun! Yak!!" Percayalah Yoongi lumayan panik saat ini. Kondisi Jang Mi memang mengkhawatirkan.

"Turunkan aku."

"Apa? Kau kenapa?"

"Turunkan aku dari mobil, SEKARANG!"

Apalagi ini, pikirnya. Yoongi kebingungan dengan sikap Jang Mi yang mendadak berteriak minta turun dari mobil. Sejurus kemudian ia baru ingat bahwa orang tua Jang Mi terbunuh dimobil dalam suasana yang mirip dengan peristiwa barusan. Berarti, Jang Mi sedang dalam keadaan neurosisnya.

"Jalan saja, pak."

Mendengar perintah Yoongi, gadis itu menoleh dengan wajah sayunya. "Aku tau," ucap Yoongi. "Kalau takut jangan dipikirkan. Buanglah semua padaku. Kau boleh berteriak atau menangis tapi jangan turun dari sini. Berbahaya, eung?"

Darimana pria itu belajar kata - kata manis seperti barusan. Yoongi juga tidak mengerti.

"Lupakan suara - suara itu, lihat aku." Dengan sebuah kalimat ajaib itu, Jang Mi mulai mengeluarkan pedih air matanya. Ditatapnya langsung mata hitam legam milik Yoongi. Tatapan pria itu tidak dingin sama sekali. Kemudian tubuhnya mendekat untuk memeluk pria itu. Walau sedikit terkejut, keinginan Yoongi agar bisa menenangkan gadis ini lebih besar. Jadi, satu tangannya bergerak menepuk pelan punggung Jang Mi.

"Kau aman sekarang." Berkat tindakan dan kalimat Yoongi tangisannya kini semakin deras. Namun memang benar ada rasa aman dan lega dalam hati Jang Mi.

*bersambung*

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Hana_Lestari_5455creators' thoughts
Chương tiếp theo