"Sheina!!!!" Teriak seseorang dengan suara melengking dari arah belakang saat Sheina baru saja memarkirkan mobilnya.
"Kenapa? Lo teriak teriak kayak gitu ngak malu apa? Semua orang liatin lo bego." Ucap Sheina sambil melirik ke sekitarnya yang dimana teman- teman sekolah mereka sedang menatap mereka berdua.
"Bodo amat. Gue emang suka teriak- teriak ya mau gimana lagi, jalanin aja dulu."
"Jalanin apaan? Emang lo kira pacaran." Ucap Sheina yang langsung membuat Adel tertawa keras yang kembali mengundang tatapan dari sekitarnya.
Sheina yang merasa malu karena menjadi pusat perhatian orang orang karena ulah dari Adel langsung bergegas meninggalkan Adel di sana.
"Ehhh tunggu gue dong Shei!!! Lo kok ninggalin gue sih." Ucap Adel sambil mengejar Sheina.
"Lo bisa ngak sih kalo ngomong ngak usah teriak teriak, gue malu diliatin orang orang bego." Ucap Sheina memperingatkan Adel.
Adel yang memang pada dasarnya anak yang usil, langsung memikirkan cara untuk mengerjai Sheina. Adel melirik ke sekililingnya dan melihat banyak anak anak yang sedang berkumpul di sana sini.
"Sheina!!!! aaaaaaa Sheinaaaaaa." Teriak Adel seperti orang gila. Sheina langsung membekap mulut Adel dengan tangannya.
"Ehhh lo bego, gila apa kesurupan sih? Lo ngapain teriak teriak sih?" Tanya Sheina sambil terus membekap mulut Adel, sesekali Sheina menunduk kepada anak anak lain, yang merasa terganggu karena teriakan Adel.
"Maaf kak, temen gue emang rada rada bego kak, mungkin dia juga lagi kesurupan sekarang." Ucap Sheina sambil sesekali menunduk kan kepalanya. Saat Adel melihat Sheina mulai lengah, Adel langsung melepaskan tangan Sheina dari mulutnya.
"Sheina!!! Aaaa Sheina!!!!" Adel kembali berteriak dan lebih keras dari suaranya yang tadi. Sheina yang sudah sangat malu langsung pergi meninggal kan Adel yang sudah mulai gila disana.
Sheina menunduk kan kepalanya menahan rasa malu dari teman teman terutama kakak kelasnya.
Saat Sheina berjalan, tiba tiba dia tidak sengaja menabrak seseorang. Sheina melirik ke arah sepatu orang yang baru saja dia tabrak, lalu pandangannya naik dan deggggg.
Sheina langsung terdiam saat melihat orang yang dia tabrak adalah Vincent. Sheina langsung salah tingkah melihat Vincent yang ada di depannya.
"Emmmm ma... maaf kak. Tadi gue ngak sengaja, permisi." Ucap Sheina lalu melangkahkan kakinya untuk meninggal kan Vincent.
Sheina menghentikan langkahnya ketika tangannya di tahan oleh Vincent. Sheina berusaha menarik tangannya dari genggaman tangan Vincent namun gagal.
"Maaf kak, bisa lepasin tangan gue ngak? Gue mau masuk kelas." Ucap Sheina masih berusaha sopan ke pada Vincent.
"Ikut gue bentar." Ucap Vincent.
"Maaf kak, gue ngak bisa. Gue ada piket harian yang harus gue kerjain sekarang. Tolong lepasin tangan gue." Ucap Sheina.
Vincent tidak menjawab apa apa dan langsung menarik tangan Sheina dengan paksa. Sheina yang tidak bisa menolak langsung mengikuti Vincent. Sheina bingung Vincent akan membawanya kemana.
"Lepasin gue kak. Lo mau bawa gue kemana sih?" Tanya Sheina sambil terus mengikuti Vincent yang terus menuntunnya.
"Nanti lo juga bakal tau. Sekarang mending lo diem dan ikut gue." Ucap Vincent.
"Lepasin kak. Kalau lo mau bunuh gue gimana? Gue harus tau dong lo mau bawa gue kemana." Ucap Sheina blak blakan.
Kini Sheina dan Vincent sedang sudah sampai di depan sebuah gudang yang terletak di daerah paling belakang sekolah ini. Bulu kuduk Sheina langsung merinding ketika melihat bangunan tua itu.
Sheina langsung mendekat kan tubuhnya ke arah Vincent dan menggandeng lengan laki laki itu. Vincent menatap Sheina yang kini sudah menempel padanya.
"Lo kena.. "
"Stttttt. Lo jangan ribut kak. Nanti kalau mereka bangun gimana?" Sheina meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir Vincent. Vincent mengernyit kan keningnya bingung maksud perkataan Sheina.
"Maksud lo siapa? Terus lo kenapa kayak takut gitu sih? Emang di sini ada apa? Ada set...." Lagi lagi Sheina memotong ucapan Vincent dengan jari telunjuknya yang di letakkan di bibir Vincent.
"Ssssttt.. lo ngak boleh manggil manggil nama mereka kak. Lo tau ngak cerita di sekolah ini? Katanya di sekolah ini ada gudang angker gitu karena katanya di situ kayak ada penunggunya gitu, dan sekarang tempat yang injek sekarang ini adalah gudang yang di maksud itu." Ucap Sheina berbisik.
Vincent tertawa mendengar ucapan Sheina. Sheina bingung dengan sikap Vincent, bukannya takut malah tertawa. Sheian benar benar tidak habis pikir dengan pemikiran kakak kelasnya itu.
Vincent menggeser badannya dan menghadap Sheina. Vincent mengangkat tangannya dan menangkup wajah kecil Sheina. Lalu menatap mata gadis itu.
"Sheina!! Gue udah lama di sekolah ini. Gue ngak pernah denger tuh berita tentang gudang gudang angker kayak yang lo denger. Itu cuman gosip gosip semata Sheina. Lo ngak usah takut gitu kali, lagian kan ada gue. Jadi lo bisa peluk gue kalo lo emang ketakutan, gue ngak akan keberatan kok." Ucap Vincent menggoda Sheina.
Sheina yang mendengar ucapan Vincent melirik ke tangannya yang sedang menggenggam jaket milik Vincent langsung melepas dan menjauhkan tubuhnya dari Vincent.
"Ngak usah kegeeran ya, gue ngak akan mau meluk meluk lo, dihhhh ogah banget gue." Ucap Sheina.
brakkkkkk
"Aaaa... tolongin gue kak." Teriak Sheina dan langsung melompat ke pelukan Vincent saat mendengar ada barang yang jatuh di belakang mereka.
Sheina memeluk erat tubuh Vincent. Vincent tersenyum kecil lalu memeluk kembali tubuh Sheina.
"Kata nya lo ogah meluk meluk gur, tapi kok sekarang lo malah meluk gue gini?" Ucap Vincent. Mendengar sindiran dari Vincent, Sheina langsung melepas pelukannya dan kembali menjauhkan tubuhnya dari Vincent.
"Ta... tadii kan suasana urgent makanya gue meluk lo. Kalau bukan karena urgent juga gue ogah kali meluk lo." Ucap Sheina sambil mengibas ibaskan tangannya ke tubuhnya seakan membersihkan sesuatu.
"Ohhh jadi lo ogah meluk gue tadi? Terus kalau itu setan datang lagi, lo mau meluk apa lagi? Meluk meja, kursi atau apa?"
"Ehhh kok lo ngomong gitu sih, lo doain mereka biar dateng lagi? Dan asal lo tau ya, kalau pun mereka datang lagi gue ngak akan meluk lo lagi. Masih banyak yang bisa gue peluk di sini." Ucap Sheina penuh percaya diri.
"Ohhh ya udah kalo gitu. Gue tinggalin aja ya lo di sini, biar setan setan di sini pada datang trus lo peluk tuh meja." Ucap Vincent sambil melangkah kan kakinya.
"Ehhh lo mau kemana? Kan lo yang bawa gue ke sini, kok lo ninggalin gue sendirian." Ucap Sheina sambil menahan tangan Vincent.
Sheina melirik ke sekelilingnya membayangkan dirinya akan bagaimana jika dia hanya sendirian di sini.
"Katanya ngak mau peluk peluk gue. Jadi ngapain juga gue nemenin lo di sini."
"Kan lo yang bawa gue ke sini. Ya tanggung jawab dong. Gue sendiri juga ngak tau kali lo mau bawa gue ke sini mau ngapain. Dan asal lo tau ya kak, kalo bukan karena lo paksa gue tadi, gue juga ogah kali ikut lo ke sini, gue lebih baik mak---- aaaaaa."
brukkkk
Sheina kembali melompat ke pelukan Vincent saat mendengar suara lagi dari arah belakang mereka.
"Kak... gue takut. Jangan tinggalin gue." ucap Sheina dengan lirih sambil terus memeluk tubuh Vincent.
Vincent yang mendengar nada sendu Sheina dan terlihat sangat ketakutan langsung memeluk tubuh Sheina dan mengelus punggung gadis itu untuk menenangkan nya.
Vincent yang merasakan pundaknya basah langsung menuntun Sheina untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
"Heiiii. Jangan nangis. Jangan takut.. gue di sini kok, gue ngak akan tinggalin lo sendirian kok Shei." Ucap Vincent berusaha menenangkan Sheina sambil menghapus air mata Sheina yang membasahi pipi gadis itu.
"Gue takut kak. Lo ngak akan ninggalin gue sendirian kan di sini?" Tanya Sheina berusaha meyakinkan dirinya. Vincent jongkok dan memeluk tubuh Sheina lalu mengelus puncak rambut gadis itu.
"Iya.. gue janji gue ngak akan ninggalin lo sendirian. Tadi gue cuman bercanda kok. Udah... Sekarang lo jangan nangis lagi ya. Ucap Vincent lalu Sheina menangguk di pelukan Vincent.
Saat mereka masih dalam posisi berpelukan tiba tiba seekor kucing lewat dari hadapan mereka. Sheina yang melihat kucing itu langsung melepas pelukan nya dari Vincent dengan perlahan.
"Kucing?? Jadi tadi yang bikin barang jatoh itu kucing bukan setan?" Tanya Sheina.
"Gue juga baru sadar kalo di sini ada kucing. Gue pikir tadi itu tikus. Emmm sekarang lo ngak takut lagi kan, itu cuman kucing doang kok, jadi ngak usah percaya sama setan setan oke." Ucap Vincent yang di balas anggukan oleh Sheina.
"Emmm oh iya. Jadi lo mau ngomong apa kak sampe bawa gue ke sini?" Tanya Sheina kembali ke permasalahan mereka pertama.
Thankyou udah sampe sini ya gaes. Berharap kalian seneng sama cerita ini, mungkin habis ini Lamore Non Esiste bakal kunci bab ya gaes. Karena jujur lagi butuh duit hehhehe. Semoga kalian tetep baca ya. Sayang kalian banyak banyak deh pokoknya.