webnovel

22. Mendengarkan keluhan Audy

Brakk!

"Ahh!"

Suara dentuman pintu yang dibuka secara paksa. Membuat Audy menjerit histeris ketakutan. Tubuh mungilnya gemetar dengan hebatnya. Pandangan kedua mata gadis itu terlihat tidak fokus. Karena ia merasakan rasa cemas dan takut yang berlebihan.

Setelah mendobrak pintu kamar, Rey bergegas melangkah masuk ke dalam. Pemuda itu bermaksud menghampiri Audy yang sedang bersembunyi di sudut ruangan. Sepasang mata dark brown milik Rey menatap kekasihnya dengan tajam. Seperti seekor elang yang mengintai mangsanya.

Aura suram dan dingin berasal dari tubuh Rey, menguar keluar memenuhi setiap sudut ruang. Membuat siapa pun yang berada di sekitar menggigil kedinginan. Pelayan wanita di belakang Rey segera mengurungkan niatnya untuk memasuki kamar Audy. Ia lebih memilih melihat apa yang terjadi di dalam kamar dari luar ruangan.

Langkah kaki pemuda itu terhenti tepat di hadapan Audy. Ia melihat kekasihnya menyusut mundur hingga ke sudut ruang. Terlihat dari bahasa tubuh, Audy mencoba menghindar darinya. Kemudian Rey membungkukkan tubuh tegapnya. Supaya posisinya dapat sejajar dengan Audy.

Tangan kanan pemuda itu menjulur ke depan. Lalu ia meraih tubuh mungil kekasihnya. Dengan sekali sentak, tubuh gadis tersebut berhasil berada dalam pelukan. Ada pemberontakan yang dilakukan oleh Audy.

Namun, perlahan gerakan Audy melemah. Seiring waktu gadis itu menyadari usahanya tidak akan membuahkan hasil. Karena Rey memeluk tubuhnya dengan erat tanpa memberi ruang sedikitpun. Kemudian ia dapat merasakan kehangatan di punggungnya yang berasal dari usapan lembut tangan pemuda tersebut.

Isak tangis mulai terdengar keluar dari bibir tipis milik Audy. Air mata gadis itu terjun bebas tanpa henti. Bukan keinginannya menjadi cengeng di hadapan Rey. Namun, pertahanannya sekali lagi runtuh, karena perlakuan hangat pemuda tersebut terhadap dirinya.

"Kau jahat! Kau tega menyakiti sahabatmu! Kau keterlaluan! Aku sangat membencimu! Benar- benar membencimu!" racau Audy.

Gadis itu menangis dengan sangat keras. Ia tidak malu untuk mengungkapkan keluhan yang menganjal di dalam hati. Kedua tangan terkepal erat berulang kali memukul dada bidang milik Rey. Audy tidak lagi merasa takut akan kemarahan kekasihnya.

"Hatiku sangat sakit! Sakit sekali! Kau berhasil membuatku merasa bersalah pada Aland! Kenapa harus dia yang dihukum? Kenapa bukan aku? Bukankah semuanya karena kesalahanku! Aland hanya ingin melindungiku dari semua hal gila yang kau lakukan! Kau dengan semua sikap brengsekmu!" seru Audy dengan emosi.

Dengan tenang pemuda itu mendengarkan semua keluhan Audy. Tidak ada tanda- tanda perubahan emosi pada wajah tampannya. Namun, ada rasa sakit melihat kekasihnya berurai air mata. Akan tetapi, Rey lebih memilih menyembunyikannya.

Kemudian pemuda itu mencoba merubah posisinya. Supaya ia maupun kekasihnya menjadi lebih nyaman. Dengan hati- hati Rey mengangkat tubuh mungil Audy ala bridal style. Lalu kedua kaki panjangnya melangkah mendekati sebuah sofa yang berada di dalam kamar.

Disisi lain, gadis itu segera berhenti mengoceh dan menghentikan pukulannya. Lalu dengan cepat mengalungkan kedua lengannya pada leher Rey. Rasa takut terjatuh terlukis pada raut wajahnya. Namun, kekhawatirannya ternyata sia- sia belaka. Kenyataannya Rey berhasil mendaratkan pantatnya di atas sebuah sofa.

Rey meletakkan tubuh langsing Audy di atas pangkuannya. Sehingga membuat wajah gadis itu menjadi merah merona karena tersipu malu. Ia memilih menundukkan kepala dan tidak berani mengangkat pandangannya kearah Rey. Namun, pemuda tersebut tidak membiarkan kekasihnya melarikan diri begitu mudah.

Salah satu tangannya langsung menjepit dagu Audy. Kemudian mengangkatnya ke atas, agar pandangan mereka bertemu. Rey dapat melihat dengan jelas keluhan yang terdapat pada diri Audy melalui kedua iris mata gadis tersebut. Sehingga ia tidak dapat menahan senyumannya.

"Ayo, lanjutkan." ucap Rey dengan suara serak.

"Hah?"

"Keluhanmu baby girl." lanjut Rey.

"Aku.. ng.. lupa mau ngomong apa lagi!" jawab Audy dengan wajah polos.

Lalu terdengar suara tawa renyah keluar dari bibir pemuda tampan itu. Sehingga paras Audy kembali merona. Gadis itu melengos dan langsung menyembunyikan wajahnya pada dada bidang kekasihnya. Tingkah Audy terlihat mengemaskan di kedua mata Rey.

"Kau brengsek! Beraninya menertawakanku!" keluh Audy.

"Tidak ada aturan yang melarangku tertawa" balas Rey sambil mengedikkan bahunya.

"Kau sangat menyebalkan." cibir Audy dengan wajah cemberut.

Hatinya masih merasa kesal terhadap semua perbuatan Rey. Lalu ia memutuskan beranjak dari pangkuan pemuda itu. Namun, sepasang tangan berhasil melilit pinggang ramping Audy. Menahan tubuh mungil gadis tersebut agar tetap berada di atas pangkuannya.

"Lepaskan!" ketus Audy.

"Tidak mau!"balas Rey dengan acuh tak acuh.

"Rupanya kau belum mengerti isi pesan yang kukirimkan kepadamu."ucap Audy emosi, ia mendadak teringat pada pesan yang ia kirim.

"Aku tidak mau mengerti!" sahut Rey sekenanya.

"Kembalilah! Aku tidak ingin bertemu denganmu!" usir Audy.

"Tidak mau! Aku merindukanmu, jadi masih ingin bersama denganmu!" balas Rey dengan santai.

"Argh! Kalau begitu minta maaf pada Aland!" putus Audy cepat.

"Tidak mau! Harusnya dia yang meminta maaf padaku karena berani mengusik kehidupan pribadiku." tolak Rey.

"Aland hanya ingin melindungiku!" terang Audy.

"Aku bisa melindungimu, jadi dia tidak perlu khawatir." sela Rey.

Pasangan kekasih tersebut berdebat tidak ada habisnya. Tidak memperdulikan waktu yang semakin larut, Rey terus mematahkan perkataan Audy. Tanpa disadari oleh gadis itu rasa marah yang bersarang di dalam hatinya memudar. Akhirnya Rey mampu mengembalikan senyum Audy.

"Sampai kapan kau akan berada di kamarku?" tanya Audy.

"Kalau bisa setiap hari." sahut Rey tak tahu malu.

"Ini sudah larut malam! Pulanglah!" sambung Audy dengan sabar.

"Aku menginap di sini ya?" tanya Rey dengan wajah memelas.

"Aish! Tidak boleh!" jawab Audy cepat.

"Berbahaya loh pulang selarut ini, kamu ngga kasihan? Kalau terjadi apa- apa denganku bagaimana? Nanti kamu jadi jomblo lagi." terang Rey panjang lebar.

"Ya, baguslah." celetuk Audy sambil memalingkan wajahnya.

"Loh kok malah bagus?" tanya Rey.

"Aku bisa cari pacar lagi!" sahut Audy sekenanya.

"Hah! Tega sekali pacarku ini, mungkin hatinya terbuat dari batu kali ya." ejek Rey.

"Udah sana balik ke kandang!" usir Audy lagi.

"Huft! Baiklah... Tapi awas kalau berani cari pria lain! Hukuman raja yama akan menanti." balas Rey dengan tegas.

Mendengar perkataan Rey barusan, Audy langsung bergidik ngeri. Sehingga gadis itu hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Kemudian Rey meletakkan tubuh kekasihnya ke atas sofa kosong yang ada di sampingnya. Ia menjulurkan salah satu lengannya, untuk menepuk puncak kepala Audy dengan pelan.

"Selamat malam... mimpi yang indah my baby girl." bisik Rey dengan lembut.

Tidak lupa ia layangkan ciuman ringan pada surai indah milik kekasihnya. Lalu beranjak berdiri dari sofa dan melangkah meninggalkan kamar Audy. Disisi lain, gadis itu mengantar kepergian Rey sampai depan pintu.

Chương tiếp theo