"Elia, mulai sekarang kamu harus dengarkan aku baik-baik, aku akan memberitahumu cerita tentang tiga dunia."
Max bicara perlahan dengan Elia yang masih berusaha mencerna fakta-fakta baru yang memporak-porandakan realitanya.
"Kamu harus dengarkan karena tanda-tandanya sudah muncul dan supaya kamu bisa melindungi dirimu sendiri meskipun aku tidak ada di sampingmu nanti."
Max menantikan tanggapan Elia. Dengan sabar akhirnya dia mendapatkan kepastian, siap atau tidak, Elia memperlihatkan kemauan untuk mendengarkan ceritanya. Ini awal yang baik, pikirnya. Nanti sambil jalan dia akan menyesuaikan diri.
"Jika kamu pernah membaca Bible, Tripitaka, Weda, Al-qur'an dan juga Bhagavatgita atau cerita Ramayana dan Mahabaratha, juga cerita-cerita lain yang menyangkut masa awal penciptaan dunia, cerita ini ada sangkut pautnya dengan semua itu. Kisah hidup kita selalu memiliki awal mula. Dunia Bawah Tanah yang kamu pikir sebagai dunia esek-esek, salah kaprah, dunia Bawah Tanah ibumu literary adalah dunia yang dihuni oleh makhluk-makhluk dalam tiga dimensi lainnya. Dunia ini memiliki ribuan lapisan, tidak, tapi ratusan juta lapisan, yang kubicarakan ini hanyalah garis besarnya saja, singkatnya ada tiga dunia, dunia bawah, dunia tengah, dan dunia atas. Dunia bawah atau yang kita sebut dengan Bawah Tanah adalah dunia makhluk-makhluk seperti siluman beraktifitas, dunia tengah adalah tempat kita, tempat di mana manusia dan binatang tidak bisa bicara satu sama lain, tapi di dunia Bawah Tanah akan berbeda, sama halnya dengan Dunia Atas, tempat itu tempat untuk mereka yang disebut-sebut tercipta dari cahaya."
Max jeda sebentar. Dia ingin memastikan Elia sudah mulai membuka pikirannya. "Sejauh ini, bagaimana?"
Elia menggumam, "Aku rasa aku cukup bisa memahami pembagian tentang tiga dunia ini, apa tidak ada aturan yang melarang makhluk dari dunia bawah berhubungan dengan makhluk dari dunia tengah dan dunia atas?"
Max tersenyum. "Jangan mengira ada pembagian teritori yang melarang sesama makhluk untuk saling berhubungan dengan jelas seperti sebuah benteng yang membatasi wilayah antar manusia. Tidak ada yang seperti itu. Semuanya berhak untuk berhubungan satu sama lain, kita boleh dan bisa berkomunikasi dengan makhluk dari dunia atas maupun dunia bawah, tapi akan selalu ada konsekuensi dari komunikasi itu. Jika kamu pernah mendengar ada larangan siluman berhubungan dengan manusia, itu karena baik manusia maupun siluman menyadari hubungan kedua belah pihak bisa menciptakan ketidakharmonisan, karena itu lebih baik, kita sama-sama menjaga, sehingga lebih baik jika manusia berhubungan dengan manusia, binatang dengan binatang, siluman dengan sesamanya. Semua makhluk saling terhubung, ada yang berhubungan secara langsung ada yang tidak, sama halnya dengan manusia yang bisa berhubungan untuk saling membangun, tapi ada juga tipe manusia yang hanya bisa merusak. Dunia manusia hanyalah sebagian kecil dari jaringan alam semesta yang maha luas ini. Karena kamu sejauh ini telah hidup sebagai manusia, kamu bisa melihat sendiri bagaimana manusia saling berhubungan bukan? tidak semuanya mendatangkan keharmonisan."
Max menunggu reaksi dari Elia. Sementara itu, Elia sedang menggumam, "Ada konsekuensi dari setiap komunikasi."
Kalimat itu dikatakannya berulang kali dengan kening mengkerut. Max dengan sabar menantikan pertanyaan selanjutnya dari Elia.
"Umm, bisakah kamu perjelas soal pembagian waktu mereka? apa mereka abadi? maksudku yang tinggal di dunia bawah dan dunia atas, aku tahu manusia, maksudku yang tinggal di dunia tengah tidak abadi."
Max mencoba untuk menggunakan kata-kata yang paling sesuai dengan frekuensi bahasa Elia saat ini. "Tidak ada yang abadi dari ketiganya."
"Hah?! tunggu dulu! aku pernah dengar kalau iblis, setan, jin, dan malaikat itu abadi."
"Tidak. Tidak ada yang abadi. Kita semua terikat pada sang waktu, sang pemilik kehendak, sang pencipta, yang abadi hanyalah dia : sang waktu atau sang pencipta atau sang pemilik kehendak, kita bisa menggunakan istilah Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Wenang, untuk menyebut keberadaanNYA. Tidak ada yang abadi dari semua makhluk. Perbedaannya hanyalah ikatan mereka pada sang waktu. Jika ikatan hidupmu dengan sang waktu mencapai 100 tahun, maka kamu akan mencapainya, begitu juga yang terjadi dengan makhluk lainnya. Manusia harus menempuh berbagai syarat jika ingin hidup mencapai 100 tahun atau lebih, syarat itu seperti jaga kesehatan mental dan fisik, juga harus memenuhi kebutuhan untuk melindungi dirinya. Hal yang sama juga berlaku pada makhluk lainnya, hanya saja bentuknya berbeda."
"Aaaaa....a..aku bingung."
"Kalau tidak maka aku yang terkejut," ungkap Max. "Manusia butuh makan untuk hidup, makhluk-makhluk lain juga butuh makan untuk hidup, hanya saja bentuk makanan itu berbeda dengan manusia, sampai di sini kamu masih mampu?"
Elia terlihat mengangguk dengan ragu.
"Oke, katamu kita setengah manusia, apa itu yang membuat kita bisa menikmati makanan manusia?"
"Benar. Kita juga bisa menikmati makanan ala siluman."
Sejauh ini Max mulai yakin takkan ada masalah dengan transfer pengetahuan lainnya nanti. Meskipun begitu, dia akan memberikannya sedikit demi sedikit sambil jalan. Elia tidak mungkin bisa menerima semuanya dalam sekejab. Dia harus dibuat melihat dan merasakan sendiri dari waktu ke waktu, pikir Max, terutama tentang cara melindungi diri dari makhluk yang mengincar setengah siluman.
"Apa tidak ada hukuman untuk siluman yang berhubungan dengan manusia?"
Max ingin tertawa tapi menahan diri. Dia mulai melihat kebingungan Elia nampak seperti stand up comedy. Dia menebak, Elia kepikiran soal ibunya yang berhubungan dengan siluman dan mulai berpikir kalau kematian ibunya ada hubungannya dengan hukuman itu. Dia mungkin berpikir, ibunya diekspos untuk memperingatkan kedua belah pihak agar saling menjauh, Max geli sendiri karena itu mirip dengan skenario film yang pernah ditontonnya. Meskipun ada kemungkinan seperti itu, tapi dia tidak sanggup untuk berpikir seperti itu. Jika itu terjadi, maka ibu Elia adalah wanita pertama yang melakukan hubungan dengan siluman, kenyataannya kini sudah banyak setengah siluman yang lahir lebih dulu daripada Elia. Artinya, ibu Elia tewas bukan untuk tujuan memperingatkan kedua belah pihak. Ini memiliki arti politis yang lain.
"Hukuman itu selalu ada. Hukuman itu tidak perlu ditulis dan tidak memerlukan hakim khusus untuk menjatuhkan hukuman kepada pelaku seperti di dunia manusia, hukum itu berjalan otomatis bersamaan dengan ketika masing-masing pihak memutuskan untuk berhubungan, baik untuk berhubungan intim atau hubungan bisnis. Karena itu ada beberapa tindak kriminal yang tak dapat diungkap sampai sekarang di seluruh dunia."
Elia tercengang. Sementara itu, Max senang dengan reaksi Elia yang seperti bocah mendengar dongeng tentang keajaiban para peri. Mulai dari sini, Elia menanyakan berbagai macam hal secara random. Sepertinya ada banyak hal yang selama ini di dengarnya atau dilihatnya pernah menarik perhatiannya tapi sikapnya dulu meremehkan situasi itu dan kini muncul di kepalanya.
"Aku pernah nonton di Yutub, kasus-kasus misterius yang belum dapat diungkap oleh FBI dan CIA. Ah, kalau begitu, kasus yang berhubungan dengan sekte tertentu, apakah itu termasuk buah dari berhubungan dengan makhluk dunia bawah? oh ya, bagaimana dengan pesugihan? apakah itu contoh nyata dari tindakan berhubungan dengan makhluk dari dunia bawah, ummm, maksudku Bawah Tanah?"
Ini akan menjadi jam kuliah yang sangat panjang, 10 sks tidak akan cukup untuk menjelaskan semua ini, keluh Max dalam hati.