webnovel

Bab 15 [Mr. X (bagian 3)]

_____________________________

Dalam ruang tengah yang minim pencahayaan, kemungkinan lampu sengaja dimatikan dan membiarkan cahaya televisi mengenainya, Doyoung duduk diam pada sofa. Kedua mata tertuju pada layar televisi yang sedang menayangkan drama populer saat ini. Namun, pikirannya justru berada di tempat lain.

Ia tidak ingin asal menuduh orang tanpa bukti, tetapi rekaman CCTV secara tidak langsung menargetkan Do Si Jin sebagai salah seorang pelaku pun membuatnya harus mencurigai pria itu. Gestur tubuh dan cara berjalan sangat meyakinkan.

Mungkinkah 'X' adalah kelompok pembunuh bayaran? Tidak. Rasanya mustahil. Mengingat istri Do Si Jin juga telah menjadi korban.

Tak lama kemudian, Doyoung merasa seseorang masuk ke dalam rumah. Terdengar dari suara pintu yang terbuka lalu menutup. Benar saja. Jeno baru saja kembali entah dari mana.

Langkah lelaki itu berhenti setelah melihat Doyoung di ruang tengah. Duduk bersandar sambil melipat kedua tangan di depan dada. Dari raut wajah, sang kakak sepertinya sedang kesal.

Doyoung melirik jam di dinding, lalu beralih ke arah Jeno. Suasana horor seketika dirasakan lelaki dengan hoodie putih berlapis jaket berbahan jeans di sana.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam dan dirinya baru pulang. Sudah pasti Doyoung akan marah besar. Mengingat jika ia pamit pergi sejak siang, sepulang sekolah tadi. Kini Jeno siap dan pasrah, hukuman apa pun yang akan kakaknya berikan.

"Dari mana?" Terdengar dingin, membuat bulu kuduk berdiri.

"Hm ... g–gyeonggi," jawab Jeno, cemas dan gugup.

"Mau apa di sana?"

"Menjenguk Jaemin."

Mulanya ingin marah, tetapi suasana mereda saat adiknya menyebutkan nama Jaemin. Ia tak bisa menghukum seseorang hanya karena menghabiskan waktu untuk menemui temannya yang sedang ditimpa kemalangan, bukan?

Doyoung menghela napas dalam-dalam, lalu membuangnya. "Sudah makan?"

Dijawab gelengan kepala dari Jeno. Membuat dirinya segera berdiri, lalu berjalan menuju kamar dan kembali beberapa saat kemudian dengan mantel hitam di tangan.

"Ayo, makan di luar."

Doyoung sempat mengacak pelan rambut hitam sang adik sebelum berjalan melewati lelaki itu untuk keluar lebih dahulu.

Wajah bengong Jeno seketika berubah sumringah. Ia segera menyusul Doyoung.

Di atas meja, pada sebuah restoran kecil di wilayah Yeoksam-dong, tak jauh dari tempat kerja Doyoung, sudah tersaji satu menu makanan dalam porsi besar.

Budae Jjigae. Sup Korea kuah merah segar dengan banyak komponen bahan dan pelengkapnya, seperti garaetteok atau yang biasa disebut kue beras seperti pada bahan makanan tteokpoki, mie kering, sosis, tahu, keju, kimchi, gochujang, dan jenis rempah lain. Paling nikmat jika ditambah sayuran, telur, dan daging slice seperti ham.

Doyoung sengaja memesan porsi besar, sebab, tahu betapa besarnya nafsu makan sang adik. Ia bahkan baru memakan sedikit dan membiarkan lelaki muda di hadapannya itu menikmati makanan dengan lahap.

"Bagaimana kondisi Jaemin?" tanya Doyoung di tengah kegiatan menyantap makanan.

"Dia baik-baik saja. Katanya, dokter-dokter di sana memperlakukan dia dengan baik. Dia juga agak gemuk. Mungkin kebanyakan makan."

Doyoung tersebut mendengar penjelasan Jeno. Ia merasa lega mengetahui jika Jaemin baik-baik saja.

Suara televisi kecil di atas meja kasir yang menghadap langsung pada pelanggan, tepat di belakang Doyoung, berhasil menarik perhatian Jeno yang sangat leluasa melihat siaran berita yang disiarkan.

Melihat Jeno menunjukkan raut wajah tidak suka, membuat Doyoung menoleh ke belakang dan ikut menonton.

Berita kesuksesan sebuah perusahan makanan instan bernama JS Food. Reporter bahkan mewawancarai pemilik perusahaan besar tersebut. Pria berusia 50 tahun yang sedang disorot oleh kamera merupakan pusat perhatian keduanya. Kim Jaeseok.

"Pria itu hidup dengan baik. Andai media tahu bagaimana sosok dia yang sebenarnya."

Jeno melanjutkan makan setelah berucap demikian.

"Kenapa? Apa kau merindukannya?" canda Doyoung, lalu mendengkus menahan tawa, setelah memalingkan wajah dari layar televisi.

"What?! Aku?!" Jeno menunjuk diri sendiri menggunalan sumpit di tangan. "Owh, itu tidak akan pernah terjadi."

"Walau begitu, dia tetap ayahmu."

"Cih!" Jeno menanggapinya acuh dan kembali fokus pada makanan di atas meja. Membicarakan pria tak bertanggung jawab itu membuat suasana hatinya menjadi buruk.

Tak lama kemudian, beberapa pria masuk ke dalam restoran. Jumlah mereka yang banyak menyebabkan suasana hening tempat tersebut seketika pecah. Tawa dan candaan memenuhi ruangan. Sangat berisik.

Bersamaan pula dengan masuknya seseorang dengan keranjang besar di tangan. Gadis dengan jeans panjang dan sweater rajut kebesaran berwarna peach itu segera menghampiri pria yang berdiri dibalik meja kasir.

Setelah meletakkan keranjang di atas meja dan berbincang ringan dengan pria paruh baya yang tak lain adalah ayahnya itu, ia menoleh ke belakang untuk memperhatikan pelanggan dari meja ke meja. Namun, perhatian terhenti pada Jeno.

"Eo? Jeno-ya!" panggilnya, lalu menghampiri lelaki muda yang kini melihat ke arahnya.

"Karina?" Jeno terkejut. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan teman sekelasnya di tempat tersebut.

Ketika Doyoung menoleh, Karina yang sudah berdiri di dekat meja mereka pun segera menyapanya, dibarengi dengan senyum terbaik. Memperlihatkan deretan gigi putihnya ke arah sang detektif.

"Kau sedang apa di sini?" tanya Jeno.

Sebelum menjawab, gadis berparas cantik berwajah kecil dengan rambut hitam panjang yang dikuncir ke belakang itu duduk pada kursi kosong di sebelah Jeno, setelah dipersilakan oleh Doyoung. Ia lalu menjelaskan jika restoran tersebut milik ayahnya. Juga mengatakan bahwa ia baru saja kembali mengantarkan makanan pesanan pelanggan tetap sang ayah.

Doyoung memandangi gadis bernama Karina itu lekat. Bibir kecil, mata bulat, hidung yang tak terlalu mancung, serta alis tajam menjadi perpaduan sempurna pada wajah mungil berpipi agak chubby tersebut.

Tidak ingin mengganggu pertemuan kedua muda-mudi itu, Doyoung memilih diam saja. Menyantap makanannya sambil sesekali melirik ke arah mereka berdua yang tampak sangat akrab. Walau diam-diam ia tersenyum miring pendengar setiap candaan bak pasangan kekasih itu.

Di tengah asyik berbincang dengan Jeno, salah seorang pria pada meja di belakang yang berjalan menghampiri kasir menarik perhatian Karina. Ia mengernyit, seperti berusaha mengingat sesuatu.

Doyoung menyadari kediaman Karina. Tidak seperti sebelumnya yang begitu semangat membicarakan apa saja dengan Jeno. "Kau kenapa?" tanyanya kemudian.

Karina mengalihkan perhatian dari pria tinggi berjaket hitam di sana, lalu menjawab, "Ani, keundae ...." (Tidak, tapi ....)

Gadis itu tak sanggup melanjutkan ucapannya, sambil melirik takut ke arah pria tersebut.

"Keundae wae?" (Tapi apa?)

"Pria itu ...." Karina menunjuk si pria. "Aku bermimpi melihatnya melenyapkan seseorang."

Tanggapan kedua kakak-beradik itu sangat berbeda. Jeno terkejut mendengar ucapan Karina. Lalu melirik ke arah si pria. Sementara Doyoung hanya menatap aneh karena merasa jika gadis itu asal bicara.

Melihat ketidaknyamanan Doyoung setelah Karina berucap demikian, Jeno mulai menjelaskan kebenaran tentang Karina. Bahwa gadis bermarga Yoo itu bisa melihat kejadian yang akan terjadi di dalam mimpi.

Tentu saja akan sulit dicerna oleh otak orang awam seperti Doyoung. Menganggapnya sedang berhalusinasi atau terpengaruh oleh film-film bergenre thriller lainnya. Lalu pergi tanpa memperdulikan si pembicara.

Berbeda dengan mereka yang sudah melihat secara langsung. Jeno salah satunya. Ia pernah mendengar Karina mengatakan jika Haechan dan Jaemin akan mengalami nasib sial. Awalnya tidak percaya, tetapi setelah melihat kematian Haechan dan ditangkapnya Jaemin secara langsung, dia mulai mempercayai gadis itu.

Doyoung tidak langsung percaya, ia berusaha meminta bukti atas penyataan tak mendasar Karina tentang pria yang bahkan tak gadis itu kenal.

"Dia bersama orang lain."

Karina mengeluarkan gawai dari saku celana dan berusaha mencari sesuatu. Tak butuh waktu lama, ia akhirnya menemukan yang dicari dan segera memperlihatkan kepada Doyoung. Foto tangkapan layar saat seorang pria berbicara di depan kamera ketika ditanyai oleh media pada kasus pembunuhan Shin Ji Hyun. Dia tak lain merupakan suami korban. Do Si Jin

.

.

Chương tiếp theo