webnovel

11

***

rumah sakit jiwa. tempat dimana banyaknya orang yang kehilangan harapan hidup dan dirinya sendiri, Hikaru melangkah didalamnya, disini ada ibunya. satu-satunya keluarga nya, Kazuya hanya diam saja sepanjang perjalanan. seperti menyembunyikan sesuatu, mengetahui sesuatu yang akan terjadi. Hikaru menunggu Kazuya yang mengurus pertemuannya dengan ibu.

melihat ke arah sekitar. rumah sakit jiwa yang seharusnya terlihat menakutkan.

namun Hikaru memandangnya sebagai hal yang lainnya, dimana orang-orang yang tampak begitu bebas, tanpa adanya beban hidup. orang-orang yang kembali pada masa kanak-kanaknya.

yang tidak mengetahui tentang keadaan yang sebenarnya dan tetap berbahagia, setidaknya jauh lebih baik dari dirinya yang mengetahui segalanya, yang menyadari segala rasa sakit yang di rasakan nya. dan harus selalu berusaha menahannya, dan mereka. meksipun merasakan rasa sakit dengan cepat melupakannya, mungkin saja karena rasa sakit itu terlalu menyakitkan dan mereka tidak bisa menahannya lagi.

sehingga mereka menjadi gila untuk mengatasi semuanya. untuk melupakan hal yang membuatnya hancur.

apa Hikaru akan seperti mereka, jika Hikaru mengetahui segalanya-?

apa rasanya akan lebih menyakitkan-?

"Hikaru.."panggil seseorang, Hikaru menoleh dan Kazuya mengarahkan tangannya ke arah sebuah kamar. Hikaru mengangguk, melihat lagi orang orang gila yang terlihat berbahagia.

meksipun semuanya memandang mereka dengan tatapan lain, namun mereka tidak mempedulikannya dan tetap berbahagia dengan dirinya sendiri. meksipun semuanya meninggalkan mereka sendirian dalam dunia mereka.

mereka terlihat berbahagia.

kebohongan yang lebih baik daripada kenyataan yang sebenarnya.

***

Hikaru membuka pintu, dan melihat Kazuya yang hanya berdiri di pintu luar, Kazuya tidak mempedulikannya.

Hikaru hanya terdiam, dan menerimanya perlahan masuk ke dalam kamar.

dimana semuanya putih, tanpa adanya warna sedikitpun. dan seorang wanita tua yang meringkuk di pojokan kamar, apa ini ibuku-? Hikaru mendekatinya, melihat tubuh yang semakin renta. dan perlahan menepuk pundaknya, wanita itu terlihat ketakutan dan gemetaran.

apa dia selalu sendirian-?

sama seperti dirinya-?

"Ibu.." bisik Hikaru. wanita yang tadinya ketakutan tadi langsung berbalik, dan membulatkan matanya melihat ke arah Hikaru. dia meremas kasar kedua pundak Hikaru membuatnya meringis kesakitan. wanita itu mendekatkan wajahnya pada Hikaru, ibu terlihat begitu menyedihkan dan begitu kesakitan, Hikaru bisa melihatnya.

betapa ibu berusaha untuk bertahan dengan semua keadaannya.

"hi..Hikaru?" bisiknya pelan.

Hikaru mengangguk, ibunya malah menangis. dia tertawa terbahak-bahak, ketika menyadari bahwa orang yang di depannya adalah Hikaru, anaknya.

"be-bebaskan ibu dari sini nak,.." seru ibunya memohon. Hikaru menatapnya dengan tatapan datarnya, kerinduan yang mendalam. Hikaru memeluk ibunya, ibunya tertawa dengan tangis yang masih membasahi wajahnya.

"anakku...hahaha..bebaskan ibu nak, ibu tidak gila... tidak mungkin ibu gila.." seru ibunya dengan nada menyedihkan.

"ibu.." gumam Hikaru, merasakan kasih sayang yang didambakannya.

apa yang harus ditakutkan-?

ternyata ibunya menyayanginya-?

sebelum ibunya menyadari sebuah kabel infus Hikaru, ibunya memandangi dengan tatapan kosongnya. Hikaru masih tidak menyadarinya dan menutup matanya menikmati pelukan ibunya.

"apa ini nak-?" tanya ibunya.

"ah..ibu..aku harus memakainya..", ibunya tampak gemetaran, giginya yang

saling bergesekan marah dan dengan cepat menarik kabel itu hingga terputus begitu saja dari tangan Hikaru. Hikaru merintih kesakitan, dan sontak menjauh dari ibunya. memegangi tangannya.

"A..apa yang ibu lakukan?", tanya Hikaru, menahan rasa sakit di tangannya yang mulai berdarah. Hikaru terdiam , tidak percaya saat ibunya memandanginya seperti memandangi sebuah kotoran.

"ke..kenapa Hikaru seperti ini..?, anakku. harus sempurna...kenapa kau harus penuh perban?" rintih wanita tua itu, mendekat dan mendorong Hikaru hingga terjatuh paksa di lantai, dan mencabut kasar perban yang menutupi kepalanya dengan membabi buta.

"anakku tidak boleh tidak sempurna!" seru ibu. Hikaru berusaha menghentikan nya namun tidak bisa, dia adalah ibunya. tidak mungkin Hikaru mendorongnya.

"ibu berhenti!" seru Hikaru mengenggam tangan ibunya yang begitu rapuh.

ibunya seperti kehilangan akal. dan terus mencabuti perban di kepala Hikaru. hingga perban itu terlepas sepenuhnya dari kepala Hikaru, dan Hikaru hanya bisa menerimanya.

"A..apa ibu sudah puas?" seru Hikaru tersenyum, saat ibunya sudah selesai melepaskan perbannya secara paksa. dengan kedua mata hitamnya yang kosong. terlihat begitu terbiasa dengan semuanya, dengan semua kesakitan.

perban putih yang perlahan berhamburan. Hikaru hanya ingin semuanya bahagia, ibunya mendekati nya dan tersenyum mengelus kepala Hikaru. Hikaru terdiam, merasakan elusan yang mendadak di bencinya.

kenapa-?

"ah anakku... lihatlah ini adalah hasil dari didikan kami...kau ternyata adalah anakku.." seru ibunya tersenyum.

didikan-?

entah kenapa Hikaru merasa ketakutan, elusan yang terasa menjijikan.

bukankah itu ibunya-?

kenapa dia merasa begitu takut-?

ibunya mendekatinya, bayangan hitam yang mendadak menyerupai ibunya.

bayangan yang sangat ditakutinya.

"nak, terimalah cinta dari ibu.." seru ibunya hendak memberikan ciuman, sebelum Hikaru dengan cepat menepisnya. ibunya hanya diam dengan wajah tidak percayanya, dan Hikaru yang tidak bisa melihat ibunya. hanya sebuah bayangan hitam tanpa wujud.

wajah Hikaru yang terlihat begitu ketakutan dan Hikaru yang menolaknya dengan seluruh badannya gemetaran.

ibunya mengigit bibirnya merasa tidak adil, dan menampar Hikaru hingga Hikaru bisa merasakan darah di mulut nya, ibunya menamparnya berkali-kali tidak peduli dengan Hikaru yang terluka.

dan terjebak dalam kegelapan aneh.

"kenapa anakku?! kau anakku bukan?, kau menolak kasih sayang ibu?!" seru ibunya berteriak. Hikaru merasakan ketakutan dan mendadak semuanya menjadi begitu sesak, ibunya kini hanya seperti monster yang sangat di takutnya. Hikaru tidak dapat bergerak maupun melawannya,..kenapa Hikaru seperti ini-? kenapa Hikaru ketakutan-?.

kenapa Hikaru tidak dapat bergerak-?

Brak!

"Hikaru!" sebuah suara yang sangat di kenali nya. Hikaru menutupi kedua sisi kepalanya dan meringkuk di lantai, seperti waktu itu. seperti saat Hikaru selalu dipukuli, kenapa rasanya familiar-? Hikaru menutupi kedua sisi kepalanya dan bergumam maaf maaf berkali-kali dengan tubuh gemetaran.

matanya yang terlihat kosong, dan nafasnya yang terasa begitu sesak. semuanya seperti bayangan hitam yang seakan begitu menakutkan, Kazuya mendecih kesal dan ibu Hikaru yang masih memukulinya bahkan menginjak Hikaru yang tidak melakukan sedikitpun perlawanan. ibunya menatap Hikaru dengan tatapan ganas, dan tangannya yang mendorong kasar Kazuya yang berusaha sekuat tenaga menahannya.

lebih tepatnya tidak akan bisa. Hikaru tidak akan bisa melawannya. Hikaru sudah terlalu takut untuk semuanya.

bahkan untuk bernafas rasanya sangat sulit. rasanya begitu menyiksa.

beberapa petugas rumah sakit, berusaha menenangkan Hikaru yang masih sangat ketakutan. Hikaru tidak ingin mendengarkan apapun, Hikaru tidak ingin merasakan apapun dan Hikaru hanya ingin melupakan apapun.

ibunya yang semakin berteriak. Hikaru dapat mendengarkannya dengan jelas.

"bebaskan ibu dari kegelapan ini Hikaru! haha! hanya kau anak ibu!"

"tolong Hikaru, kita keluarga kan?"

"ibu sangat menyayangimu"

seru ibunya, semuanya hanyalah kebohongan. dan Hikaru mengeleng, menolak semua rasa kasih sayang itu. jangan berikan padaku, jauhi aku, jangan pernah sentuh aku..jangan sakiti aku, namun Hikaru tidak dapat mengatakan apapun. bahkan rasa sakit ditangannya semakin tidak terasa, Hikaru hanya ingin menutupi telinganya rapat-rapat.

agar tidak mendengarkan apapun.

dan semuanya mengelap. waktu yang seakan terhenti. kebenaran yang seakan menghancurkan dirinya. dan membuat trauma terbesarnya kembali lagi.

***

Chương tiếp theo