webnovel

17. Untuk Kak Yoon Seok.

Dengan langkah yang tidak bisa menjawab semua pertanyaan dari Ji Min pada akhirnya Jung Ki memilih berjalan mendekat ke Min Yoon Seok dengan tangan kosong dua datang.

Berjalan cukup santai duduk di depan kursi Yoon Seok, dan mulai menyapa pria itu dengan baik. "Kak Yoon Seok, kau apa kabar?"

Jung Ki bertanya dengan suara halus dan meminta Yoon Seok untuk membalas senyumannya karena pria manis itu melemparkan senyuman yang sama untuknya juga. "Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" Jung Ki menganggukkan kepalanya pelan, pria itu menarik kursinya untuk lebih dekat pada Jung Ki karena ada beberapa hal yang perlu dia bicarakan.

"Semua lukamu, aku datang karena itu, dan seperti biasa. Kau tahu maksud kedatanganku, bukan?" Jung Ki terkekeh mendengar bagaimana pria irit bicara itu menjelaskan kedatangannya pada Jung Ki yang mungkin saja mendapat perintah dan permintaan tolong dari Tae Woo pria yang sama. "Aku tahu Kak." Setidaknya sekarang Yoon Seok menghela nafasnya berat. "Bagaimana keadaanmu? Apa banyak?" Jung Ki terkekeh, dia menjawab dengan gerakan kepala dan memilih untuk tetap diam tanpa suara.

"Aku melihat luka wajahmu tidak seburuk bulan kemarin, apa yang dilakukan Ji Hoon sampai kau harus mendapat semua luka ini?" tanya Yoon Seok seperti sudah cukup tahun dengan semua luka yang Jung Ki dapatkan dan masalah sampai mana yang Jung Ki terima dari Ji Hoon sepupu dari Jung Ki.

"Bukan karena Jeon Ji Hoon. Kali ini karena kecerobohanku," jawab Jung Ki tidak ingin mengundang kemarahan lain yang akan membuat Yoon Seok atang ke rumah pamannya hanya untuk sesuatu yang tidak perlu diperjelas.

"Aku baik-baik di sana, Kak Yoon Seok tidak perlu mengkhawatirkanku. Bukankah kau sendiri yang mengatakan jika aku akan aman juga di sana?" Yoon Seok merasa tertekan sekarang, dia tidak bisa mengatakan apapun lagi.

Semua memang berawal dari Yoon Seok, anak laki-laki yang tidak tahu apapun yang mendapat arahan dan bimbingan baik dari Min Yoon Seok yang remaja saat itu.

"Maafkan aku jika saranku bukan yang terbaik untumu." Jung Ki terkekeh mendengarnya, pria itu memilih untuk tetap diam dan berbicara sebisanya karena dia masih memilih diam tidak menjawab.

"Aku bisa membayangkan bagaimana wajah Tae Woo yang kalut karena semua lukamu, dia bahkan sampai tidak memakan makan siangnya hanya karena dia menelfonku untuk memintaku datang. Tolong makan makanan yang ku bawa, itu dari Tae Woo. Pria itu selalu membayar semua yang ku berikan padamu dengan uangnya. Sejujurnya aku juga tidak tahu." Jung Ki menghela nafasnya berat, dia juga sama sekali tidak bisa menangani sikap Tae Woo.

Sedikit saja, hanya saja didalam hubungan, baik Tae Woo ataupun Jung Ki keduanya memiliki masalah yang berbeda. Mereka tidak bisa melupakan untuk siapa meraka hidup, dan dalam individu apa mereka menjalani kehidupan masing-masing manusia.

Tangan Yoon Seok mengambil tangan milik Jung Ki sekarang, pria berkulit kontras putih susu itu menaruh tangannya ke atas kepala Yoon Seok untuk membambuat janji.

"Aku tidak akan membocorkan infomasi pribadimu pada siapapun, aku hanya merasa hanya itu yang bisa ku lakukan untuku. Itu janjiku pada adik kecilku," ucap Yoon Seok melepas tangan Jung Ki di kepalanya karena dia hanya ingin menujukkan pada Jung Ki jika memang dirinya salah mengusulkan dan memberi jalan hidup yang buruk untuk pria manis itu maka Yoon Seok akan membalasnya dengan tidak huka mulut soal masalah pribadinya.

"Jangan beritahu apapun pada Kak Tae Woo, aku masih memiliki mulut untuk berbicara." Yoon Seok menganggukkan kepalanya pelan, pria itu memilih menganggukkan kepalanya pelan karena setuju.

"Aku tahu itu privasimu, Jung Ki." Yoon Seok terkekeh melihat bagaimana senyum manis Jung Ki saat samar-samar pria itu benar-benar menyembunyikan sisi buruknya dari semua orang.

"Kau butuh seseorang untuk menemanimu menangis? Kirim pesan padaku, aku akan datang diwaktu apapun."

Jung Ki menghela nafasnya berat, pria itu sama sekali tidak bermaksud untuk itu, hanya saja Jung Ki memang memiliki hubungan simbiosis yang lengket dengan Yoon Seok. Walaupun maksud keduanya tidak untuk dekat dan saling merugikan, merwka benar-benar akan mensapat keuntungan yang lebih dari yang Yoon Seok bayangkan dan Jung Ki harapkan juga.

"Aku akan selalu menghubungimu, Kak Yoon Seok. Terimakasih atas semuanya." Yoon Seok menganggukkan kepalanya pelan, pria itu sama sekali tidak merasa keberatan. Bahkan kali ini pria itu tersenyum dan saling melempar senyum satu sama lain untuk saling berbicara senggunakan tatapan mata, seseorang yang sejak kedatang pria berkulit putih itu memilih mentapa diam-diam dari kejauhan.

Matanya melihat dari semua gerakan Jeon Jung Ki dan juga Min Yoon Seok. Pria itu masih teliti dan serius melihat bagaimana Jung Ki benar-benar menjadi dirinya yang lain saat berbicara dengan Yoon Seok.

Berteman selama ini dengan Jung Ki membuat Ji Min cukup terkejut, nyatanya memang Ji Min bisa melihat sebaik dan seceria apa seorang Jung Ki yang tertutup benar-benar menjadi manusia yang sempurna hanya saat berbicara serius dengan Min Yoon Seok.

Park Ji Min. Pria itu Park Ji Min, pria yang sejak tadi diam-diam mencari infomasi dan mengali begitu banyak hal serius yang hasilnya tidak ada. "Apa yang sebenarnya terjadi," gumamnya tidak nyaman. Pasalnya Ji Min dengan matanya benar-benar bekerja dengan sangat baik.

"Bagaimana seorang Jeon Jung Ki bisa tersenyum selebar itu, mau disentuh orang asing, dan berbicara banyak hal dengan pria asing."

"Dan juga, darimana sisi manja dan rengekan itu ada." Ji Min masih melihat ke arah Jung Ki dan Yoon Seok dengan bicara yang tidak enak didengar. Mata tajam yang sejak tadi berusaha mencari infomasi lebih dari Jung Ki yang membuatnya sangat terkejut berusaha Ji Min dengar lebih jelas dan serius lagi.

Begitu melihat tangan Jung Ki dianggap oleh pria tersebut, ditaruhnya di atas kepala pria itu lagi-lagi membuat Ji Min masih tidak menyangka bagaimana sisi serius mereka benar-benar ada sampai sesakral itu.

Melihat bagaimana Jung Ki yang terkekeh, berbicara hal serius, dan beberapa kali juga Jung Ki terlihat spontan memegang tangan Min Yoon Seok membuat begitu banyak tanda tanya yang masuk ke dalam kepala Park Ji Min.

"Aku tidak yakin dengan mereka." Kali ini pria itu meragukan bagaimana Jung Ki yang terlihat aneh, dan bagaimana Min Yoon Seok yang terlihat benar-benar sanhat dekat dengan Jung Ki.

Kali ini Ji Min mulai menjauhkan pandangannya dan memilih untuk melayani pelanggan yang mulai pergi dengan membayar padanya sebagai perhitungan transaksinya. "Terimakasih telah berkunjung." Park Ji Min terus tersenyum disetiap transaksi yang dia lakukan, pria itu berusaha keras untuk menjauhkan pikiran negatif antara dirinya dengan Jeon Jung Ki.

Memang Park Ji Min yang bodoh, pria itu sudah berpikir yang tidak-tidak mengenai pertemuan Jung Ki dengan Yoon Seok. Bagaimana bisa seorang pria memiliki hubungan dengan sesama pria? Jung Ki tidak akan mengambil resiko kotor dengan melakukan hubungan menjijikan tersebut.

Dan lagipun, Ji Min tidak pernah mendapati Jung Ki memiliki hubungan dengan seorang pria.

Tunggu!

Ji Min juga tidak pernah melihat Jung Ki memiliki hubungan dengan seorang wanita. Tapi, itu tidak menutup kemungkinan apakah seorang Jeon Jung Ki memiliki hubungan menjijikan. Setidaknya Park Ji Min merasa aman, dan tidak perlu harus tidak nyaman juga dengan kedekatan Jung Ki dengan Yoon Seok.

Saat beberapa kali Park Ji Min bergulat dengan isi kepalanya sendiri dengan melamun seseorang menyadarkannya dengan suara. "Kak Ji Min, kau melamun?" Itu suara kecil milik Jung Ki, pria itu langsung tersadar dengan kesalahan dan mulai berbicara dengan Jung Ki. "Ah, itu. Bukan, iya." Jung Ki terkekeh mendengar jawaban gugup Ji Min yang tertangkap basah sedang melamun.

"Satu milikmu tadi kau bisa mengambilnya. Itu titipan dari seseorang untukku dan juga untukmu, Kak Ji Min. " Lagi, kali ini Jung Ki berbicara tidak dengan suara yang lembut namun terdengar halus namun satkas.

"Apa dari Min Yoon Seok?" tanya Ji Min menyakinkan hatinya jika yang dia pikirkan bukanlah hal yang benar juga. "Bukan." Jung Ki langsung mengambil langkahnya untuk menyiapkan minuman untuk Yoon Seok sampai jam makan siangnya habis.

"Lalu?" Jung Ki menggelengkan kepalanya pelan, pria itu sengaja menjawabnya agar menghentikan pertanyaan Ji Min yang sejak lama dia biarkan saja. "Semua makan siang dan makan malam kita, itu semua fans ku yang membelikannya. Kau benar Kak Ji Min, aku memang memiliki penggemar rahasia." Dengan aksi tangannya yang membuat minuman kopi dingin dengan kadar kafein yang tinggi pada akhirnya Jung Ki menyelesaikan minuman pesanan Min Yoon Seok.

"Minuman ini?" Jung Ki menganggukkan kepalanya pelan, tangannya kembali mengambil dua roti isi yang biasa ada di stuk cemilan yang dijual di ceffe tersebut.

"Untuk Kak Yoon Seok, dia sengaja memesannya untuk menyelesaikan makan siangnya yang belum selesai," jawab Jung Ki menyelesaikan permasalahan yang ada, dan berniat langaung pergi menuju ke Min Yoon Seok setelah berbicara dengan Park Ji Min.

"Tunggu dulu." Terlihat Ji Min menghentikan langkah Jung Ki dengan minuman yang sengaja Ji Min halangi untuk diberikannya pada Yoon Seok. "Ya, apa ada masalah?" Ji Min menghela nafasnya berat, dia melirik ke arah Jung Ki untuk berbicara.

"Jika meminum kopi dengan kafein yang tinggi terlalu sering, itu bisa membunuhnya." Sebuah larangan yang Ji Min berikan pada Jung Ki bermaksud memperbaiki pola hidup sehat milik Yoon Seok terlihat memperdebatkan masalah yang ada.

"Kak Ji Min." Jung Ki mulai meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Sebagai manusia yang baik kita memang sepantasnya memberi nasihat pada sesama manusia."

"Tapi terkadang, tidak semua orang bisa menerima atau bahkan menganggap nasihat itu baik untuknya menurut orang lain. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengannya, Kak Ji Min. Karena kita belum mengenalnya dengan baik." Jung Ki sedikit berbicara mengenai bagaimana Jung Ki ingin menasihati bagaimana Ji Min selalu membatasi hidup seseorang.

"Jung Ki, apa kau ingin membunuhnya? Kau seorang barista." Kali ini Ji Min langsung bertanya dengan suara yang menuduh, Jung Ki menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak akan ada yang ingin kehilangan pelanggan sekalipun aku seorang barista, Kak Ji Min. Ini hanya soal kesenangan dan kebiasaan."

Jika kalian menyukainya, tolong tinggalkan jejak agar saya nyaman juga. Nyaman itu dua, bukan satu.

sakasaf_storycreators' thoughts
Chương tiếp theo