Ikut makan malam lalu ngobrol bareng sodara sodara ku, untuk istri ku biarkan dia nimbrung dengan ipar lain dan Qinqin.
6 anak laki laki Hasinam sudah besar semua, kami bercerita soal masa kecil kami.
Kelucuan soal diriku yang dipukul oleh ayah ketika main di sungai, atau putra ke 5 yang mandi lumpur karena jatuh ke sawah.
.
.
"Ayah apa kamu tak punya pemanis di sini?" Tanya ku
"Pemanis apanya, aku seret kantong sekarang asal kamu tau" Ayah bilang sejujurnya
"Huo, belikan aku dua botol anggur dan beberapa bungkus rokok, sisanya tolong belikan kacang atau apalah" Ku berikan uang 50 yuan padanya
"Eh jangan Hajin, kamu yang berkunjung kenapa juga kamu yang keluar uang, ayo kalian bertiga kumpulkan uang" Ayah menyuruh putra ke 123
"Tidak masalah yah, aku lebih suka berpesta dengan tak merepotkan orang lain, Huo kamu pergi sekarang"
"Em oke, tapi bukannya ini kebanyakan kak? Dua botol anggur saja hanya 8 yuan, rokok tak sampai 2 yuan per bungkus, masa sisanya makanan, ini kebanyakan" Huo berkata jujur
"Belikan anggur yang bermerek, beli yang harganya 10 yuan per botol, dan rokoknya yang filter"
"Oh oke kalau begitu"
"Sumpah ya Hajin, tak perlu sampai buang buang uang begitu, cukup beli yang murah saja" Ayah tak enak
"Tak apa tenang saja"
.
.
20 menit kemudian Huo datang membawa pesanan ku.
"Mari buka dan ngobrol lagi" Ucap ku
Sodara pertama jarang minum apalagi minuman bermerek, jadi dia sedikit antusias dan mengambilkan kami gelas untuk minum.
"Jangan malu malu kak, ambil saja rokoknya atau minum jika ingin" Ucap ku
Ayah hanya berani minum, urusan merokok dia sudah berhenti total.
.
Ngobrol sampai jam 12 malam sebenarnya bisa berlanjut namun itu di bubarkan oleh ibu sebab besok masih ada kegiatan kerja untuk tiap anggota keluarga.
Sebelum masuk, kakak kedua menghentikan ku.
Punya firasat tak enak ini.
"Adik, bisa kita bicara sebentar?"
"Oh tentu bisa saja kak"
Jalan ke samping rumah.
"Begini, maaf sebelumnya apa kamu punya uang lebih, aku mau pinjam 300 yuan kalau bisa, kamu tau kan anak ku kedua Shuyan itu menderita penyakit paru paru basah, aku ingin sekali memeriksakan kondisinya ke rumah sakit kabupaten, aku sudah menyisihkan namun aku takut uang ku tak cukup untuk menebus obat"
Mari ingat kembali di kehidupan sebelumnya.
Keponakan ku Shuyan itu, punya riwayat penyakit paru paru basah itu benar, namun tak terlalu berbahaya sebab perawatan rumahan bisa untuk menyembuhkannya, jadi kemungkinan kakak ku berbohong jika ingin memeriksakan kondisi putranya ke kabupaten.
Namun aku tak mungkin juga langsung membongkar kebohongannya, itu bisa menyebabkan rusaknya hubungan keluarga.
"Apa kondisi memburuk?" Tanya ku
"Memburuk lebih cepat" Jawab kakak ke 2
"Aku hanya bisa meminjamkan uang 50 yuan, kakak tau kan aku sudah kebanyakan membeli untuk oleh oleh, aku tak bisa memberi lebih itupun jika mau"
"Ayolah adik, apa kamu tak kasihan pada keponakan mu, dia tiap malam batuk dan aku tak kuasa mendengarnya, jika aku mampu aku pasti sudah membawanya ke rumah sakit ibu kota provinsi, jangan terlalu pelit begitu dengan keluarga, uang mu juga pasti akan ku ganti"
"Aku benar benar tak pegang banyak uang kak, aku bukan pelit atau gimana, tapi pengeluaran ku sudah banyak untuk datang kemari"
"Kamu saja bisa membiayai Qinqin sampai habis puluhan ribu yuan tanpa mengharapkan imbalan, masa membantu keluarga yang lain susah begitu, jangan khawatir adik aku pasti mengembalikannya"
"Aku hanya pegang 50 yuan, silahkan ambil jika ingin, jika tidak tak masalah, urusan keponakan memang aku bisa membantu namun tak sepenuhnya, urusan Qinqin aku perlu membantu dan itu memang tanggung jawab ku sebagai kakaknya, jadi jangan samakan"
"Ku ambil kalau begitu!"
Diterima dengan raut muka masam.
"Kalau begitu aku kembali dulu, kembalikan saat sudah ada tak perlu terburu buru" Ucap ku
..
Di kamar Qinqin
Qinqin di ranjang dengan Wanqiu.
"Loh Qinqin kamu kok tidur di atas, tidur di bawah dong masa kakak mu yang hanya bermalam sehari kamu biarkan tidur di lantai hanya beralas tikar" Keluh kesah ku
"Aku sumpah tak ingin mendengar raungan saat tidur jadi aku perlu menjaga kesucian kamar ku" Qinqin sangat fasih dan paham
"Heh?" Wanqiu yang kaget
"Dasar adik nakal, bisa biasanya berpikiran mesum pada kakaknya, hihh" Ucap ku kesal
"Tidak masalah suami, kamu tidur saja di lantai" Wanqiu mendukung ide kesucian kamar Qinqin
"Lah, gak adil dong" Portes
"Ini adil, kakak tidur saja di lantai, itu bantal dan selimut sudah ku sediakan, jadi tidur yang nyenyak ya"
Huh... Aku hanya bisa menurut kalau begitu daripada ada suara malam malam begini karena bertengkar.
.
.
Jam 6.30 sarapan.
Jam 8 aku dan Wanqiu pamit untuk pergi ke rumah Keluarga Su.
Sebelumnya ku berikan sedikit amplop untuk ibu, tak banyak hanya 100 yuan, serta tambahan 100 yuan untuk membantu putra ke 5 menikah nantinya sebab jika ku perkirakan aku akan susah membantu persiapannya.
.
Naik angkutan roda tiga sampai sana, perjalanan 1 jam lebih sedikit
Tiba di rumah pukul 9 lebih sedikit.
Disambut dengan ramah, walaupun aku jarang berkunjung tapi keluarga Su sudah tau seberapa baik Hajin itu, tiap bulan Wanqiu mengirimkan uang untuk orang tua, namun mereka tau uang tersebut nyatanya adalah uang Hajin.
Beruntung adik adik Wanqiu belum menikah, jadi rumah masih terasa longgar walaupun ada banyak orang di sana, ada kakek nenek, ayah ibu, dan 4 adiknya.
Memberi salam dulu pada mertua lalu ke kakek nenek.
Semua adik Wanqiu itu perempuan.
Berikan oleh oleh yang ku bawa dari kota sebagai rasa sopan santun.
.
Ini masih pagi jadi mari melakukan aktivitas terlebih dahulu, aku sudah bilang sebelumnya pada mereka untuk tak menyambut kami dengan repot namun sekarang yang terjadi adalah banyak makanan dan keluarga lain di kumpulkan.
Tapi itu baik juga sih, sebab lunar tahun ini aku tak bisa berkumpul dan berkenalan dengan keluarga lain.
.
.
Ngobrol ringan dengan ayah mertua dan mengakrabkan diri dengan adik ipar.
.
Aku menginap di sini satu malam dan akan kembali pukul 7 besok.
.
Di malam hari, tidur di kamar yang sama dan tanpa gangguan seperti Qinqin kemarin.
Wanqiu memeluk ku dengan erat dan berkata jangan pergi terlalu lama.
Ku tau ini berat namun ini terbaik untuk saat ini, Wanqiu menangis dalam diam karena enggan berpisah, ku tenangkan dan ku katakan hari itu singkat jadi tak perlu khawatir.
"Untuk mengurangi rasa kangen mu nantinya aku berencana memasang telepon di rumah ini, biayanya mungkin mahal tapi itu lebih baik daripada kirim surat yang lama datangnya" Ucap ku ke Wanqiu
"Telepon yang sama seperti di apartemen kita?"
"Iya, karena ini pemasangan pribadi tagihan akan lebih tinggi, namun aku tak mempermasalahkan"
"Aku setuju pasang saja" Wanqiu gak mau mikir soal harga pasang ataupun tagihan
"Iya iya tenang, pemasangan mungkin memakan waktu 1 minggu"
"Umm"
.
.
Besoknya jam 4 pagi aku pamit, pelukan hangat dari Wanqiu menghangatkan ku di hari yang masih dingin ini.
"Jangan menangis, aku aku kembali ketika anak kita lahir, namun jika aku bisa lebih cepat maka akan ku lakukan" Ucap ku
"Jangan nakal di luar sana"
"Tidak akan, aku pamit ya"
.
.
Bye (perpisahan demi kebaikan)
Naik kendaraan roda tiga yang mengantarku kemarin menuju langsung ke bandara.
Menoleh ke belakang dan ku lihat Wanqiu masih menangis di sana di temani oleh keluarganya.
"Tetap kuat Hajin, ini demi Wanqiu dan anak mu juga" Ucap ku dalam hati
"Kerja demi keluarga itu memang susah pak, apalagi meninggalkan istri yang sedang hamil" Sopir bicara padaku
"Memang berat, namun demi memenuhi kebutuhan demi hidup lebih baik aku perlu melakukan" Balas ku
.
Sampai bandara jam 5.20.
Masih ada waktu 40 menit sebelum check in, aku tak bawa bagasi jadi aman saja.
Sarapan dulu dengan bekal yang di buatkan oleh Wanqiu.
.
.
Masuk ke pesawat pukul 6.10.
Tidur di sana agar aku punya cukup tenaga ketika sampai di Beijing nantinya, semalam aku tak terlalu tidur nyenyak karena tangisan Wanqiu.
Pukul 7 penerbangan dimulai, kondisinya aku sudah tertidur saat itu.
...
Di rumah keluarga Su.
Wanqiu masih belum bisa melupakan kepergian Hajin dia hanya duduk melamun di kursi teras.
"Wanqiu tak perlu melamun, suami mu pergi kerja bukan pergi berperang" Ayah mengajak bicara
"Tapi rasanya berat saja yah berpisah ketika hubungan kami baik" Wanqiu
"Duh duh, anak ku sepertinya sudah di mabuk cinta, itu wajar saja sebab usia pernikahan kalian sedang dalam masa manis sebab masih seumur tunas jagung"
"Apa ayah dan ibu juga pernah merasakannya, sekarang sepertinya di hatiku kosong begitu" Wanqiu berkata jujur (Wanqiu lebih dekat dengan ayahnya daripada ibunya begitu juga dengan adik adiknya)
"Ayah tak tau perasaan seorang wanita itu bagaimana, namun ayah mengetahui perasaan Hajin sebagai seorang suami dan pria yang harus memindahkan tanggung jawab karena keadaan itu seperti apa, percayalah dia lebih terpukul kondisinya daripada dirimu, ku yakin dia sedang memikirkan ketidakmampuan diri sendiri untuk tetap menyatukan keluarga dalam jarak" Ayah tau rasanya sebab dia pernah merantau jauh dari rumah
"Tapi ku rasa suami ku itu hanya terlalu khawatir padaku yah, aslinya aku bisa mengurus diri sendiri ketika dia pergi, cuma karena kesalahan lalu membuatnya jadi marah padaku"
"Dia marah ya wajar, kamu pendarahan dan saat itu dia tak menemani mu, dia khawatir namun masih dalam hal positif, Hajin tak terlalu membatasi aktivitas mu namun kamu sendiri yang membuat masalah"
"Ish, ayah tak tau bagaimana rasanya, seperti begini loh, aku merasa di jatuhi hukuman terbesar hanya satu kesalahan padahal itu juga tidak di sengaja"
"Wanqiu, keputusan Hajin sudah tepat, jangan pernah kamu memikirkan celah kesalahan dalam keputusannya, sebab itu malah membuat mu semakin bodoh" Ayah memberitahu anaknya
"Astaga apa ayah membela orang lain daripada anak sendiri?"
"Hajin juga anak ku sekarang, dia berstatus menantu tapi"
"Ish, aku benci bicara dengan ayah" Hanya dengan ayahnya Wanqiu jadi seperti anak anak
.
.
Di rumah keluarga Yu.
Putra pertama (Hyun) sedang berbicara dengan Qinqin.
"Qinqin aku tau semalam kamu pasti mendapatkan lebih dari Hajin, aku ingin minta tolong sedikit saja, bisakah kamu meminjamkan sedikit untuk kakak mu ini, aku akan menjaganya dan mengembalikan ketika kamu butuh" Hyun tak malu meminta (dia tau dan putra lain tau bahwa hanya Qinqin adik kesayangan Hajin)
"Kak Hajin hanya memberiku baju satu set, untuk apa kakak pertama minta? Bukannya kakak ipar semuanya dapat?" Qinqin pura pura polos
"Bukan pakaian tapi uang, kamu mendapatkan amplop merah bukan dari Hajin?"
Qinqin menggeleng.
"Aku tidak mendapatkannya, hanya ibu yang dapat, ayah saja tak dapat bagaimana aku bisa dapat" Qinqin menjawab
"Ayolah Qinqin jangan berbohong begitu, tak mungkin Hajin tak meninggalkan apa apa untuk adik tersayangnya, aku di sini hanya ingin meminjamnya bukan untuk mengambilnya"
"Kak Hajin beneran hanya memberikan ku pakaian satu set, tak lebih" Qinqin ingin menjaga rahasia antara dirinya dengan Hajin
"Mana mungkin aku percaya, ayolah Qinqin apa kamu lupa kebaikan apa yang ku berikan padamu" (Aslinya tak banyak, namun kebaikannya kentara ketika Qinqin baru kembali dari kota setelah pengobatannya)
Qinqin tentunya tak bisa tak mengakui kebaikan kakaknya yang lain itu, apalagi kakak iparnya.
"Kakak butuh berapa" Qinqin sebenarnya memang tak menerima uang dari Hajin namun dia masih punya simpanan dari uang pemberian teman Hajin sewaktu di rumah sakit walaupun hanya sebagian sebab sebagian lainnya ibu gunakan untuk membantu membayar rumah sakit
"Tak banyak, hanya 500 yuan" Hyun menetapkan uang setinggi itu karena dia tau gaji Hain itu berapa, dia berpikiran gajinya pasti melebihi kepala desa yang sampai 2000 yuan.
Qinqin kaget tentunya.
"Kakak ini mau pinjam karena kebutuhan atau keinginan, aku mana mungkin punya sebanyak itu" Qinqin agak kasar
"Lalu berapa yang kamu punya" Hyun tau nilai itu memang tinggi (500 yuan sama dengan gajinya 7-8 bulan)
"50 yuan" Qinqin
"Jangan terlalu pelit Qinqin" Hyun ganti yang kasar
"50 itu jumlah yang besar kak, itu setara gaji menjahit ku satu bulan bahkan lebih"
Hyun mendecih tak suka.
"Ambil jika mau, jika tidak aku tak masalah juga" Qinqin
Hyun mengambilnya dan sangat sangat kasar.
.
.
Setelahnya Qinqin di ajak bicara oleh putra ke 2,3,5 dan 6, inti pembicaraan juga sama yaitu meminjam uang.
.
...