webnovel

16. Kecemburuan

Yusuf mengambil pelicin yang selalu mereka siapkan di laci lemari kecil di samping ranjang. Yusuf dan Mario selalu menggunakan pelicin dikarenakan penetrasi menggunakan air liur itu tetap saja menyakitkan dan tidak nyaman bagi Mario. Jauh berbeda jika menggunakan pelicin, lagipula Yusuf tidak tega melihat kekasih yang Ia cintai kesakitan. Setelah melumuri penisnya dengan pelicin, Yusuf kembali naik ke atas ranjang, tanpa butuh konsentrasi atau pengarahan, penis Yusuf sudah tahu dimana harus bertengger. Sangat mudah bagi Yusuf menerobos liang bokong Mario yang sudah beradaptasi dengan baik. Yusuf tahu, rasanya memang tidak sama seperti saat awal-awal Ia mencicipi bokong yang Ia suka. Tapi Yusuf tak mempermasalahkan, yang membuat liang bokong Mario seperti saat ini karena ulah Yusuf sendiri. Makanya Yusuf tidak mempermasalahkan ukuran liang yang membesar atau sempit, karena cinta Yusuf tidak sebatas seberapa sempit ukuran liang bokong Mario.

"jadi gampang ya mas," ucap Mario sedikit muram saat merasakan penis Yusuf masuk dengan mudah kedalam liang bokongnya.

"sayang..., liat mas!" ujar Yusuf menatap lekat kedua bola mata Mario. "bukan ini yang bikin mas tergila-gila sama kamu, tapi yang ada di hati kamu. Dan sampai kapanpun, bokong kamu akan tetap jadi bokong yang ku suka."

Yusuf mendaratkan bibirnya untuk bertemu bibir Mario, saling memberikan pagutan dalam kebinaran mata yang saling menyayangi. Dalam pagutan yang berirama, pinggul Yusuf mulai menari dengan gerakan teratur yang maju mundur, membuat penisnya menusuk dengan tajam kedalam rektum Mario. Yusuf masih sangat menyukai rasa yang diciptakan oleh pijatan dinding anus Mario yang menghangatkan. Yusuf tak pernah bosan menyetubuhi Mario hanya karena cincin anusnya mulai longgar. Lagipula Mario tahu cara menyiasatinya. Mario menekan otot bokongnya, sehingga gundukan bokongnya menghimpit dan bisa menjepit penis Yusuf yang keluar masuk atas izin si pemilik bokong. Tak ada yang keluar dari bibir mereka, selain desahan tertahan, karena melepas kecupan mereka enggan. Sepasang kekasih itu seperti tidak rela melepas apapun yang menempel diantara tubuh mereka. Bibir berpagutan, tangan saling menggenggam, dada saling bersentuhan dengan penis Yusuf yang terkunci di liang bokong Mario, ditambah lagi, kaki Mario yang disilangkan di pinggang Yusuf. Kedua tubuh itu seperti menyatu, erat, terikat dan tak ingin lepas.

Mereka tak perduli dengan peluh yang mulai membasahi tubuh, tak perduli dengan sinar mentari yang mengintip dari celah jendela kamar, keduanya tetap berpacu bersama untuk mencari puncak kenikmatan dunia dalam ikatan saling cinta. Yusuf sangat merasakan perbedaan saat bercinta dengan memprioritaskan nafsu semata dan bercinta dengan penuh rasa cinta. Rasanya sangat jauh lebih indah jika bercinta dengan berlandaskan rasa saling mencintai. Yusuf tak mencoba berbagai macam gaya seperti sebelumnya, karena apapun gaya yang dilakukan, akan tetap terasa indah bagi Yusuf dan Mario.

"aku cinta kamu mas" ucap Mario membelai wajah Yusuf saat pagutan mereka lepaskan untuk menghirup nafas yang membuat dada mereka lega, sedangkan Yusuf terus menatap lekat kedua bola mata Mario sambil terus menggerakkan pinggulnya agar batang penisnya tetap merasakan nikmatnya gesekan dinding anus Mario.

Realitanya, saat berciuman juga butuh menghirup nafas bebas. Dengan bibir yang saling melumat dan hidung yang saling menghimpit serta adrenalin yang terpacu, semua itu berpengaruh pada otot otot diafragma, sehingga berciuman dalam waktu yang lama memang sedikit menyulitkan pernafasan Yusuf dan Mario.

"berjanjilah tetap terus bersamaku Yo, karena cuma kamu yang aku butuhin saat ini dan selamanya" ujar yusuf tak pernah mengalihkan tatapan matanya dari kedua bola mata Mario, menatapan bayangan dirinya yang ada disana, sama halnya yang dilakukan Mario. Keduanya tersenyum tanpa ragu dan kembali terlibat dalam alunan bibir yang menyatu.

Pernahkah bercinta dalam tangis bahagia?, itulah yang dirasakan Mario dan Yusuf saat ini. Tak terasa bulir-bulir air mata menetes dalam tangis bahagia disela penyatuan tubuh mereka berdua. Ya, tidak ada desahan seperti di film film porno yang terlalu hiperbola, mereka bercinta dengan saling menyeka air mata. Apa rasa nikmat dari bercinta berkurang?, tentu saja tidak, Yusuf tetap memacu tubuh Mario tanpa henti, tetap menjelajahi puncak kenikmatan dalam setiap hujaman kejantanannya di dalam liang senggama Mario, Justru inilah kenikmatan yang sesungguhnya bagi Yusuf dan Mario, bercinta dengan penuh rasa cinta. Bahkan waktu berjalan begitu cepat. Percaya atau tidak, mereka sudah bercinta lebih dari satu jam lamanya. hingga akhirnya Yusuf menyemaikan benih cintanya kedalam rahim Mario, tapi sayangnya itu hanya perumpamaan saja, karena Mario tidaklah memiliki rahim.

aghh...., aaah, Yusuf mendesah, desahannya pun kecil, hanya sebagai simbol bahwa Yusuf puas, Yusuf lega dan Yusuf bahagia telah membuahi Mario dengan cairan cintanya.

"Makasih sayang" Yusuf menghadiahi kecupan di kening Mario yang berkeringat.

Setelah Yusuf rasa semua benihnya menyebar merata hingga tak ada lagi tetesan yang keluar. Yusuf mencabut senjata andalannya dan berbaring di samping Mario. Mario meringsut dan meletakkan kepalanya di dada Yusuf serta tangan yang memeluk Yusuf. Yusuf menatap langit-langit kamar seraya tangan yang terus memberikan belaian pada rambut Mario. Hatinya mulai dipenuhi rasa takut. Takut kebahagiaan ini tidak berlangsung lama, Yusuf tak bisa membayangkan jika sampai hal itu terjadi pada dirinya.

"Enduut..," panggil Mario sedikit kencang, membuyarkan lamunan Yusuf. "Kamu ngelamun?, aku dari tadi panggil kamu."

"nggak kok, cuma capek aja" Yusuf berbohong menutupi kegundahannya.

"aku lupa, semalem aku udah janji, kalo sore ini mau bantu cici buat ambil kopi di rumah temennya di jatinegara, suaminya lagi ke luar kota, stock kopi di coffeshopnya udah mau abis, kamu ..."

"iya, aku mau kok nemenin kamu" potong Yusuf.

"belum juga selesai ngomong, makasih ya endutku, tapi nggak usah karena aku sama cici perginya, aku justru mau ngomong kamu nggak apa-apa kan ditinggal bentar?" tanya Mario memainkan perut Yusuf yang menggemaskan bagi Mario.

Yusuf menghela nafas pasrah, "ya udah, tapi aku ke tempat Yogi boleh ya?"

"boleh, aku pulang agak maleman ya ndut, kamu nggak apa-apa di rumah yogi dulu, nanti jam 9 malem ketemu disini," jawab Mario.

* * *

Yusuf dan Mario telah berpisah di parkiran menggunakan mobil masing masing meninggalkan apartement secara bersamaan. Yusuf melajukan mobilnya menuju rumah Yogi untuk menghabiskan waktu dengan sahabatnya itu sebelum Yogi pergi meninggalkan Indonesia. Setibanya di depan rumah Yogi. Yusuf sudah disambut di depan rumah oleh Yogi karena Yusuf sempat menelpon Yogi terlebih dahulu. Yusuf memarkirkan mobilnya di depan rumah dikarenakan Garasi rumah Yogi hanya muat satu mobilnya saja.

"penganten baru, roman-romannya abis ngewek nih, muka cerah banget" ledek Yogi diiringi tawanya saat Yusuf keluar dari mobil, "kok sendiri? Mario mana?" tanya Yogi.

"lagi bantuin cicinya," jawab yusuf, "lu sendiri, mana Andrew?"

"calon gua mah siang begini jadwal gereja, tadi gua anter, cuma katanya nggak usah ditungguin, ada acara gitu sama anak-anak gerejanya, dia kan jadi semacam guru gitu, ngajarin bocah bocah baca surat al-ikhlas, al-fatihah," jawab Yogi tertawa.

"goblok!!, agama dibecandain!"

"ya elah, baperan amat, maafin Yogi ya Allah, maafin juga karena Yogi mau nikah sama cowok, tapi mau gimana lagi ya Allah, Yogi beneran cinta" seloroh Yogi berdoa mengadahkan kedua tangannya ke atas memandang langit siang.

"doain gua juga dong!" timpal Yusuf.

"doa aja sendiri, dosa punya lu, masa gua yang minta ampun," balas Yogi. "Ya udah yuk masuk!"

Yogi mengajak Yusuf masuk ke dalam rumahnya. Rumah Yogi sudah tampak kosong, beberapa perabotan yang biasanya Yusuf lihat sudah tidak ada, di ruang tamu saja hanya menyisakan sofa yang saat ini Yusuf duduki. Yogi yang saat masuk langsung menuju dapur kembali menghampiri Yusuf dengan membawakan dua botol air minum isotonik.

"perabotan pada kemana?" tanya Yusuf.

"ada yang dijual, ada yang gua kasih ke sodara-sodaranya si Andrew, ini sofa kalo lu mau bawa aja!" jawab Yogi menyodorkan botol minuman ke Yusuf.

"nggak usah, makasih, buat apaan gua, menuh-menuhin tempat aja" tolak yusuf.

"ya kan kenang-kenangan sebelum gua pergi" ujar Yogi duduk di sofa yang ada di seberang Yusuf.

"kenangan sama lu kan ada di hati" timpal Yusuf tersenyum geli.

"sorry lerr, gua masih normal, masih doyan bottom, nggak doyan gua ama top" sahut Yogi tertawa.

"nggak nyangka gua, lu beneran serius nikah sama Andrew, gua kirain becanda" ucap Yusuf tersenyum bahagia, Ia jelas ikut merasakan apa yang sahabatnya rasakan.

"udah jalannya, dan gua beruntung, abangnya Andrew setuju, dia mah masa bodoh ama pilihan adeknya" ujar Yogi meneguk air di botol yang Ia pegang.

"terus keluarga yang lain, kayak om ama tantenya?' tanya Yusuf penasaran.

"ada sih yang nentang, tapi bodo amat, mereka nggak ada hak, restu gua kan sebatas abangnya doang, bini abangnya juga setuju, Omnya Andrew kebetulan nikah ama cewek belanda, mereka juga udah paham urusan begini, jadi gua dibantu ama mereka buat nyiapin pernikahan gua di belanda" celoteh Yogi penuh kebahagiaan, "lu jangan lupa hadir ama Mario, tenang..., tiket ama akomodasi gua tanggung."

"seandainya gua bisa kayak lu ler," lirih Yusuf mengungkapkan keiriannya.

"saran gua nih ya, jujur aja udah ke abah sama ibu, masalah respon ya udah terima aja, abis itu tergantung lu mau bersikap gimana, yang penting lu udah ngomong, bukan gua jahat nih ler, tapi..., kalo mereka nggak setuju, ya udah cuekin aja, kabur aja udah sama Mario, tar gua tampung di belanda, susul gua" Yogi memberikan saran dengan penuh keyakinan.

"gua coba deh cari waktu yang tepat dulu" ujar Yusuf masih dengan kebimbangan yang masih menyelimuti hatinya.

"ke coffeshop cicinya Mario aja yuk, nunggu mario disana, kebetulan deket tuh sama gerejanya si Andrew, tar ayang beb gua, gua suruh nyusul kesana aja" cetus Yogi.

"geli!!, manggilnya ayang beb, alay" ledek Yusuf.

"biarin, calon bini gua," timpal Yogi, "eh calon laki deng, ah nggak tau dah, lucu ya lerr" Yogi meralat ucapannya dan tertawa sendiri.

"kalo nikah kayak lu gini, jadinya suami-istri atau suami-suami. apa gimana lerr?" tanya Yusuf ikut kebingungan.

"nggak usah dipikirin, dinikmatin ajalah, yang penting gua yang nusuk," jawab Yogi tertawa, "yuk cabut, gua pengen ngopi" tambah Yogi.

* * *

Yusuf dan Yogi tiba sejam kemudian di coffeshop milik kakak perempuan Mario yang kala itu mereka datangi dan dilayani langsung oleh Mario. Keadaan semrawut jalanan ibukota membuat perjalanan meraka terhalang oleh kemacetan. Yogi dan Yusuf memutuskan untuk duduk di ruangan AC karena udara diluar yang panas. Mereka kembali berbincang-bincang yang tak ada habisnya sambil menunggu pesanan mereka datang.

"Yusuf kan...?" sapa seorang wanita yang menghampiri Yusuf.

"loh, Ci Martha, kok disini?" tanya Yusuf kebingungan.

"yee..., terus cici mau dimana, ini kan coffeshop cici" jawab wanita yang bernama Martha. Martha, wanita berparas menawan dengan kacamata yang menghiasi wajahnya itu adalah kakak perempuan Mario satu-satunya,

Mario sempat tinggal serumah dengan kakaknya saat pertama kali merantau ke jakarta meninggalkan kota kelahirannya di manado. Setelah mendapatkan pekerjaan, Mario memutuskan untuk mengekost sendiri. Yusuf dan Martha sempat bertemu saat Mario mengambil barang yang tertinggal di rumah Martha pada waktu kepindahan Mario ke apartemen Yusuf.

"bukannya cici katanya ke jatinegara?" tanya Yusuf.

"udah pulang, ngambil kopinya juga tadi pagi" jawab Martha, "Mario mana?, kok nggak ikut?" Martha balik bertanya.

"ada urusan sama temennya," jawab Yusuf berbohong.

"Mario ngerepotin nggak di apartement lu?" tanya Martha lagi.

"nggak, malah gua seneng ci, apartement gua bersih semenjak Mario nunggu kamar sebelah gua," jawab Yusuf menyembunyikan rasa penasarannya karena kebohongan yang dilakukan Mario hari ini.

"ya udah kalo gitu, cici tinggal ya, belum ngasih makan anak, lu berdua pesen aja nggak usah bayar" ujar Martha pergi meninggalkan Yogi dan Yusuf sendirian.

Yogi menatap Yusuf, Ia mengerti apa yang dirasakan sahabatnya. Sedangkan yusuf dipenuhi banyak pertanyaan, kenapa Mario berbohong kepadanya. Yusuf mencoba menelpon Mario namun nomor Mario tak bisa dihubungi. Hati Yusuf jadi tidak tenang memikirkan Mario. Tak berselang lama Andrew datang membuka pintu cafe dan ikut duduk di samping Yogi.

"loh, Mario mana?" tanya Andrew yang mendapat pelototan dari Yogi, "kenapa sih?, orang tadi aku ketemu kok, dia jemput Hans, kirain mau kesini."

"Hans!?, Hans siapa?" tanya Yusuf berusaha menahan emosinya.

"Temen gereja, temen kampusnya Mario, katanya sih gitu, soalnya waktu itu si Hans reply story gua, pas gua update sama Mario" jawab Andrew menjelaskan.

"lerr, kalo mau pulang, pulang aja!. Tapi mobil lu gua yang bawa, tar malem atau besok gua anter, gua tau lu lagi nggak mood" Yogi memberikan saran.

Kemudian Yogi melirik kekasihnya, Ia berbicara pelan namun Yusuf mendengarnya, "kamu ini malah bikin runyam, ngapain pake diceritain sih!"

"salahnya aku dimana?, aku kan cuma nyeritain, baru dateng udah dimarahin." sungut Andrew

"ya udah, gua duluan ya, sorry Ndrew, Yog. Gua titip mobil ya, biar gua naik taxi" Yusuf berpamitan dan langsung pulang ke apartementnya.

* * *

Selama di perjalanan hingga sampai Yusuf merebahkan diri di atas tempat tidur. Yusuf dihantui bermacam pertanyaan. Siapa hans? apa hubungan Mario dengan Hans?. Sebagai kekasih sudah pasti Yusuf cemburu. Yusuf terlihat stress sendiri, Ia melirik handphonenya yang mendapatkan kiriman foto dari Andrew, foto itu adalah screenshoot akun instagram Hans yang memposting dirinya bersama keenam laki-laki lainnya termasuk Mario. Tertulis caption 'reuni' di foto itu. Yusuf berusaha mengatur nafasnya, Ia mencoba bersabar, hingga Ia tertidur dalam kegelisahan yang melanda dirinya sambil menunggu kepulangan Mario.

Yusuf terbangun dan melirik jam tangannya sudah menunjukkan pukul 9 malam. Yusuf mendengar suara pintu apartement terbuka. Yusuf bangkit dan menghampiri Mario, Ia ingin menanyakan semua pertanyaan yang mengusiknya hari ini.

"kamu dari mana Yo?" tanya Yusuf berusaha untuk tetap sabar.

"kamu udah pulang?, kok aku nggak liat mobil kamu" ujar Mario.

"kamu kok nggak jawab aku, kamu dari mana sayang?" Yusuf masih berusaha bertanya dengan lembut.

"tadi kan aku udah bilang" jawab Mario memeluk Yusuf. Yusuf membalas pelukan Mario.

"tapi kamu nggak bilang kalo kamu reuni" ujar Yusuf menyinggung kebohongan Mario.

Mario melepas pelukan Yusuf. Ia menatap penuh selidik ke mata Yusuf.

"kenapa kamu harus bohong sama aku?, apa salahnya ngomong jujur, atau kamu punya sesuatu yang kamu sembunyiin dari aku?" tanya Yusuf, tak ada kemarahan sama sekali dalam wajah maupun nada bicara Yusuf, sekalipun hatinya merasa terpukul karena dibohongi, "terus..., kok ngejemput Hans, siapa Hans?"

"iya aku minta maaf, aku emang reuni sama temen-temen kampus" jawab Mario pelan.

Yusuf tersenyum getir, "lama ya reuninya, ngapain aja?, nggak ke hotel atau mampir ke kost salah satu dari cowok itu kan?" sindir Yusuf.

"jadi kamu nyurigain aku kalo aku ngapa-ngapain sama mereka?" tanya Mario yang tidak mau dipojokkan.

"gimana aku nggak mikir kesana, kamu ketemu cowok semua, reuni macam apa yang nggak ada ceweknya, ampe ngebohongin pacar biar bisa ke reuni itu" Yusuf masih mencoba untuk tidak meledakkan amarah karena kecemburuan yang ia rasakan.

"iya aku salah, aku emang boong, tapi aku nggak ngapa-ngapain" Mario melakukan pembelaan.

"ya udah kalo nggak ngapa-ngapain, besok kita ketemu mereka lagi ya, ajak aku!" ucap Yusuf pelan.

"apaan sih!!, kamu mau bikin malu, kamu mau temen-temen alumni kampus aku tau kalo kita pasangan gay, jangan ngaco!" hardik Mario.

"TERUS KENAPA KALO KITA PASANGAN GAY!!" bentak Yusuf yang tak terima di hardik dan mulai meledak dengan amarah dan kecemburuannya, "KAMU GAY UDAH DARI LAMA DAN KAMU YANG BIKIN AKU JADI KAYAK GINI!"

"JADI KAMU NYALAHIN AKU!!" Mario balas membentak, "denger ya Mas!, aku nggak pernah maksa kamu untuk cinta sama aku, aku juga nggak pernah minta kamu jadi pacar aku, aku cuma ngutarain cinta aku, aku nggak minta kamu bales perasaan aku. Kalu kamu nyesel to be gay, ya udah!!, balik sana sama jablay-jablay kamu!!."

"fokus satu dulu Yo, jangan merembet kemana-mana. Siapa Hans, dan kenapa kamu jemput dia?" tanya Yusuf.

"semuanya itu alumni temen kampus, sumpah aku nggak boong, aku nggak ngapa-ngapain" jawab Mario

"terus kenapa aku nggak boleh tau temen-temen kamu?" tanya Yusuf lagi.

"karena aku nutupin jati diri aku, kamu harus ngerti dong Mas, ruang lingkup kita itu kecil, cuma apartement ini. Di luar kita harus bersikap kayak laki-laki normal" Mario memelankan nada bicaranya bermaksud memberi pengertian.

"ya udah, kenalin aku sama mereka! salahnya dimana!?"

"ya nggak bisa dong Mas, jangan kayak anak kecil gini!" Mario mulai menitikkan air mata.

"salahnya dimana sayang?, aku kan cuma minta dikenalin" Yusuf mencoba bersikap lembut seperti Yusuf yang mencintai Mario. Karena pada kenyataannya Yusuf memang menyesal telah membentak dan kasar terhadap Mario.

"salahnya karena agama kamu Islam, temen-temen aku itu rasis, mereka anti sama orang kayak kamu mas, makanya aku boong dan nggak ngajak kamu, maafin aku mas, maafin karena aku udah boong sama kamu," Mario kembali memeluk Yusuf erat, menangis dalam pelukan Yusuf.

Yusuf membelai rambut Mario dan mengecup kepalanya, "gimana kamu mau nikah sama aku, sedangkan di depan temen-temen kamu, kamu aja nutupin jati diri kamu. Temen itu nggak butuh banyak Yo, satu tapi bisa nerima kamu apa adanya, itu lebih dari cukup daripada kamu harus punya seribu temen yang bikin kamu jadi orang lain, nggak jadi diri kamu sendiri".

Yusuf memang menerapkan hal itu pada dirinya, itulah sebabnya hanya Yogi yang menjadi teman Yusuf. Yusuf tidak menyukai pertemanan dalam kemunafikan.

"ya udah, kapan kamu mau bawa aku ke abah sama ibu?, kalo emang kamu yakin mau nikahin aku" tantang Mario.

"aku nggak butuh kenalin kamu ke orang tua aku, aku yang harus kenal orang tua kamu. Masalah keluarga aku, aku bisa nekat tinggalin mereka. Sebaiknya tanya diri kamu, kamu mau nggak ninggalin keluarga kamu demi aku?" balas Yusuf membalikkan pertanyaan.

Mario bungkam tak menjawab.

"bingung ya?" tanya Yusuf, "aku juga bingung Yo. Ya udah sana mandi terus tidur!, aku mau ke bawah dulu, mau nenangin pikiran. Maafin aku udah ngebentak kamu. Aku cinta sama kamu, jadi wajar kan kalo aku cemburu dan takut kehilangan kamu."

Yusuf mencium kening Mario dan pergi meninggalkan Mario menuju lantai Ground Floor yang memiliki kolam renang umum dengan ruko yang menjual makanan serta tempat duduk yang nyaman untuk bersantai. Yusuf membeli sebotol bir dan sebungkus rokok untuk menenangkan pikirannya lalu duduk dipinggir kolam, menjadikan rokok dan bir sebagai teman kegundahan hatinya. Apa harus Yusuf shalat?, Yusuf tidak yakin doa umat seperti dirinya akan diterima oleh tuhannya. Setelah menghabiskan beberapa batang rokok dan menegak sisa bir, Yusuf kembali ke kamar. Ia mendapati Mario sudah tertidur pulas tak berselimut. Yusuf menyelimuti tubuh Mario, mengecup kening kekasihnya dan membiarkan Mario tertidur sendiri di kamar. Yusuf lebih memilih untuk tidur di sofa ruang tamu. Walau bagaimanapun, hatinya masih belum menerima kebohongan Mario meski Ia tidak dapat membenci kebohongan yang Mario lakukan.

Chương tiếp theo