webnovel

12. Kerajaan

"Apakah dia yang akan kamu bunuh selanjutnya?"

Kalimat itu berhembus cepat menghantam Ravi dengan keterkejutan. Jelas bahwa pria ini melakukan sebuah percakapan penuh omong kosong, Ravi percaya pada Raymond bahwa dia tidak akan mungkin melakukannya, kan? Dia sendiri hampir tidak terdengar yakin. Namun, siapa pria itu hingga membuat Ravi bisa meragukan Raymond?

"Siapa dia?" Ravi menyela ketika Raymond berada di kamarnya yang terbuka, dia duduk di sebuah sofa kecil berwarna merah di sudut ruang. Raymond tampak tersentak dari lamunannya saat Ravi bertanya hal itu.

Dia melirik Ravi untuk menatap penuh ke arahnya. Ada ekspresi timbul di sana yang tidak mampu Ravi baca. Takut? Khawatir? Atau apa? Ravi tidak tahu.

Raymond hanya diam menutup rapat mulutnya, apakah hal ini juga merupakan bagian dari janjinya untuk tidak mengatakan pada Ravi?

"Baiklah, itu hakmu untuk tidak berbicara." Pada akhirnya Ravi mengatakan hal itu walaupun sebenarnya hatinya berkata lain, ingin memaksa Raymond untuk mengatakan semua hal yang tidak Ravi ketahui. Tetapi bagaimana jika pria itu yang benar?

Ravi memijat pangkal hidungnya ketika dia terlalu banyak berpikir dan kepalanya yang berdenyut menyakitkan. Dia tidak tahu jika rasa penasarannya dapat membuat Ravi seperti ini.

"Ravi?"

"Hm?" gumam Ravi membuka sedikit matanya yang baru saja menutup. Ravi malah mendapati Raymond telah berdiri dengan kedua lutut di depan dirinya yang duduk di kursi, mata berbeda warna Raymond berkilau tak luput dari pandangan Ravi yang juga tengah menatapnya. "Ada apa?"

"Boleh aku menyentuh Ravi?"

Kening Ravi berkerut mendengar hal itu. "Untuk apa?"

Pandangan Raymond menunduk menyisakan bulu mata panjang Raymond yang berbayang di antara batang hidungnya. "Aku hanya ingin menggenggam tangan Ravi satu kali saja."

Ada hening yang menyertai mereka dengan ketidakmampuan Ravi untuk mencerna apa yang Raymond pinta. Namun, pada akhirnya Ravi mengangguk dan mendapati bahwa Raymond tidak dapat melihatnya, dia langsung berkata, "Silakan."

Detik selanjutnya setelah Ravi mengatakan satu kata itu, mata Raymond merangkak naik hingga dia menangkap tatapan Ravi, senyumnya seketika mekar menciptakan rona kemerahan di pipi Ravi saat Raymond dengan perlahan menyentuhkan ujung jemarinya pada permukaan punggung tangan Ravi yang tergeletak di pangkuannya.

Ravi tanpa sadar menarik napas dalam ketika aroma Raymond semakin pekat di sekelilingnya, hingga Ravi harus mempertahankan badannya tetap tegak bertumpu pada sandaran kursi mencegah dirinya untuk lebih condong ke arah Raymond. Dia memperhatikan bagaimana jemari Raymond menyentuh tangannya dengan sangat perlahan seperti itu adalah sebuah kaca rapuh yang bisa pecah kapan saja. Kemudian dengan lembut Raymond membalik tangan Ravi, menelusuri garis-garis di telapak tangannya hingga Raymond pada akhirnya menggenggam tangan Ravi dengan lembut.

Ravi merasakan pipinya semakin menghangat ketika tangan besar Raymond yang dingin membungkus tangannya erat. Itu bukan genggaman biasa, lebih kepada seperti Raymond menyalurkan emosinya pada Ravi. Air mata Ravi rasanya ingin tumpah saat itu juga. Apalagi pada akhirnya Raymond mendongak ke arahnya, membagikan ekspresi yang membuat Ravi merasakan jantungnya seolah diremas dengan tangan tak kasat mata.

Dikala genggaman semakin erat, Ravi terkesiap tatkala sinar pudar berwarna putih muncul seperti sulur merambat dari pergelangan kanan Raymond dan mekar membentuk sebuah tulisan indah berpendar di kulit kecokelatannya. Mata Ravi melirik ke arah Raymond yang tampak terkejut dengan dirinya sendiri, nampaknya dia juga baru mengetahuinya. Lewat cahaya redup itu Ravi membaca tulisannya, 'Pureza na Luz'. "Apa ini?"

Raymond tampak menegang di genggamannya dan seakan sadar dari lamunannya sendiri, dia dengan cepat menarik tangannya menjauh dari Ravi hingga seketika itu juga tulisan yang yang berada di kulit Raymond menghilang seperti tertiup angin. Pandangan Raymond naik bersitatap pada Ravi dengan kebingungan dan ketidak percayaannya. Ravi sedikit kecewa ketika tulisan itu dengan cepat menghilang bersama tangan Raymond yang menjauh dari genggaman Ravi, bahkan sebelum Ravi sempat untuk mengagumi lebih lama lagi.

"Apa yang terjadi barusan?" tanya Ravi sekali lagi.

Rambut Raymond bergoyang karena gelengan kepalanya. "Itu adalah nama kerajaan di mana aku tinggal, tetapi Ravi, tanda bersinar tadi adalah tanda anggota kerajaan Pureza Na Luz."

Ravi mendengarkan Raymond dengan seksama, kepalanya telah menarik kesimpulan. "Lalu?"

Raymond tampak ragu, mulutnya terbuka untuk dia tutup kembali. Dia bangkit berdiri dengan gelisah dan mengedarkan matanya ke segala arah dan kembali memandang Ravi dengan alisnya yang turun. "Aku bukan siapapun, Ravi. Alam pasti melakukan kesalahan."

Ravi ikut bangkit berdiri tangannya melayang meraih pergelangan Raymond yang tersentak merasakan sentuhannya. Ravi menggenggam dengan lembut dan mengulang untuk mengagumi bagaimana sinar itu kembali terbit membentuk tulisan indah di kulit Raymond. Ravi lalu berkata hampir setengah berbisik. "Hal seindah ini, bagaimana bisa menjadi sebuah kesalahan?"

Tangan kiri Ravi naik menelusuri tulisan kursif itu dengan jemari panjangnya. Tangannya yang lain merasakan kehangatan mulai menjalar perlahan ke kulit Ravi yang tersalur dari Raymond. "Jika maksudmu kamu bukanlah bagiannya, biarkan ini terjadi. Itu artinya kamu istimewa Raymond, dengan memiliki ini ataupun tanpa ini."

Ravi masih mengagumi cahaya redup yang bersinar di hadapannya. Tiba-tiba tangan Ravi merasakan air menetes di sana. Mata Ravi naik untuk mendapati Raymond menangis tanpa suara dengan tubuh yang bergetar. Apakah Ravi salah berbicara pada Raymond?

"Maafkan aku Raymond, mungkin kata-kataku terlalu kasar bagimu," katanya terdengar gelisah di tempatnya berdiri, dia bergerak maju meletakkan salah satu tangannya di bahu Raymond.

"Ravi tidak pernah membuat kesalahan pada Ray. Hanya saja, tidak pernah ada orang yang mengatakan hal itu padaku," katanya lemah.

Mulut Ravi melengkung membentuk senyuman tulus. Dia mengangkat tangannya dari bahu Raymond dan dengan perlahan melepaskan tangannya yang lain. Dia sedikit kecewa ketika tulisan itu menghilang dengan suara desis imajiner di kepalanya. Ravi kagum bagaimana banyak hal berhubungan akan Raymond semua bagai sihir indah yang tidak pernah membuat Ravi bosan untuk melihat lebih banyak lagi dan bagaimana tulisan bercahaya pada kulit kecokelatan Raymond timbul karena reaksi bersentuhan langsung dengan Ravi cukup membuat pipi Ravi menghangat.

Ravi terbatuk kecil menarik atensi Raymond. "Apa arti tulisan itu?"

"Pureza Na Luz berarti kemurnian dalam cahaya. Itu adalah nama kerajaan di mana para elf cahaya murni tanpa persilangan antar manusia berkumpul membentuk sebuah kerajaan. Setiap keturunan raja serta anggota kerajaan yang merupakan elf cahaya murni pasti memiliki tanda ini yang akan terlihat jika melakukan kontak dengan ikatan pasangannya. Namun Ravi, aku bukanlah keduanya. Aku bukan keturunan raja, aku elf setengah manusia dan hubungan antara aku dan Ravi adalah lebih seperti antara budak dan majikannya."

Ravi menyimak setiap kata yang terlontar dari mulut Raymond dengan seksama sampai dia harus menggeleng ketika Ravi mendengar kalimat terakhir Raymond, tangannya terangkat untuk memegang tangan Raymond kembali ketika tiba-tiba berhenti karena tiba-tiba diinterupsi.

"Omong kosong apa yang kamu ucapkan?"

Ravi baru hendak membuka suaranya ketika ucapan dipotong bahkan sebelum Ravi berbicara. Dia langsung menegang dengan kepalanya tersentak ke arah ambang pintu. Mulutnya ternganga dengan mata memindai dan Ravi membuka mulutnya dengan perasaan terkejut serta rasa lega membanjiri setiap sarafnya. "Daniel?"

Chương tiếp theo