Singapura gadis berambut panjang sepunggung dengan poni dipotong rata tersebut tersenyum untuk menanggapi pertanyaan Kyoto. "Swiss, ah tampaknya dia sedang sangat sibuk. Lagi pula, ada suatu hal yang ingin kusampaikan secara khusus padamu karena itu aku yang mengatarkan obat padamu," katanya dengan suara halus khas miliknya. Suaranya mungkin terdengar halus namun entah mengapa di telinga Kyoto suara tersebut terdengar persis seperti bisikan iblis.
Kyoto menelan air liurnya sendiri. Gadis itu dengan ragu berusaha mengambil baki dari tangan Singapura, namun saat ia hampir melakukan itu. Singapura langsung berkata seperti ini pada Kyoto, "Kau tidak perlu repot-repot untuk melakukan itu. Kau cukup duduk di kasurmu dan biarkan aku yang memasukkan obat ini ke dalam mulutmu.
"Tidak ... tidak ... maaf aku bisa melakukannya sendiri," ucap Kyoto ketakutan.
Singapura menyeringai ia lalu menggenggam tangan Kyoto dengan sebelah tangannya kemudian menatapnya tajam. "Turuti saja. Kau tidak ingin semua ini menjadi semakin rumit bukan?" katanya dengan suara mengintimidasi.
Kyoto diam tidak berkutik dan pasrah membiarkan Singapura membawanya ke kasur.
BRUK
Singapura dan Kyoto duduk di atas kasur kemudian salah satu gadis itu memegang rahang gadis lainnya untuk memasukkan obat ke dalam mulut gadis itu. Setelah memasukkan obat ke dalam mulut Kyoto, Singapura kemudian menyodorkan segelas air putih di depan bibir Kyoto.
"Setelah minum obat sebaiknya kau minum, nanti kau bisa mati tersedak lho," kata Singapura.
Dengan perasaan menahan takut setengah mati, Kyoto meminum air tersebut sampai habis.
SRET
Singapura mengusap bibir Kyoto yang terasa sedikit basah, setelah meminum air.
DEG
Aksi Singapura tersebut, berhasil membuat jantung Kyoto berdegup semakin keras. Gadis itu ketakutan setengah mati sekarang.
"Kyoto Sayang, karena kau sudah minum obat dengan benar aku ingin mengatakan ini padamu. Jadi tolong dengarkan baik-baik," ujar Singapura sembari menyelipkan anak rambut lawan bicaranya tersebut ke telinga,
Kyoto hanya diam tidak bergeming sama sekali. Rasa takutnya sudah berada di puncak.
"Kyoto ... mulai sekarang kau harus menjaga sikapmu. Kau tahu, Mr Italia sempat menegurku karena beliau merasa, aku telah lalai dalam menjaga etika anggota asrama putri. Dan beliau memintaku untuk mulai mengawasimu karena kau adalah salah satu siswa yang menurut beliau cukup bermasalah," bisik Singapura di telinga Kyoto dengan suara mengancam yang halus. "Jadi, Kyoto cobalah berhenti untuk berbohong hanya untuk menjatuhkan teman sekelasmu sendiri. Atau kau yang nantinya akan mendapat masalah." Mengakhiri bisikannya Singapura sedikit memberi tiupan di telinga Kyoto dan berhasil membuat gadis itu merasa geli dan langsung menyentuh telinganya sendiri.
" ... Singapura aku berjanji tidak akan pernah melakukan hal itu lagi, tolong maafkan aku," ucap Kyoto ketakutan.
Singapura tersenyum lebar lalu menyentuh dagu Kyoto dan menatap tajam ke dalam netra gelap yang dimiliki oleh lawan bicaranya tersebut. "Cukup ingat perkataanku sebelumnya dan kau akan selamat. Simpel ... kau hanya perlu menurut di sini, kalau kau masih mau bertahan!" katanya mengancam.
***
Kamar Bandung
"Ah jadi begitu ... yah kau juga sebenarnya melakukan hal yang salah. Itu sangat tidak sopan dilakukan untuk teman perempuanmu yang tidak memiliki hubungan apa-apa denganmu," komentar Bandung begitu selesai mengobati Wina.
"Kupikir itu adalah bagian terbaik seperti yang berada di dalam komik," keluh Wina kecewa. Ah, anak laki-laki malang terlalu dipengaruhi oleh cerita fiksi dengan bumbu romansa picisan.
"Jangan menyamakan fiksi dengan dunia nyata. Kau harus bisa membedakan mana khayalan penulis dengan dunia nyata. Banyak orang melakukan kesalahan hanya karena terlalu larut dalam sebuah cerita yang dibuat oleh penulis dengan selera rendah. Aku tidak bermaksud menghina seleramu, aku hanya mencoba berkata jujur di sini," kata Bandung dengan lurus.
"Yah, kau memang tidak salah. Tapi sebenarnya, aku sedikit tertarik dengan gadis itu, dia memiliki tipe wajah yang ideal untukku," ujar Wina tiba-tiba.
Mendengar ujaran Wina, nyaris membuat Bandung melemparkan kotak P3K miliknya ke arah wajah lawan bicaranya tersebut.
"Kau menyukai Kyoto?!" tanya Bandung mendadak histeris.
Wina menatap heran ke arah Bandung. "Aku hanya bilang sedikit tertarik dengannya karena tipe wajahnya. Tidak ada hal lain di sana," katanya dengan santai.
"Tapi tetap saja artinya kau itu menyukainya. Huft ... aku jadi sedikit terkejut mendengar hal seperti ini keluar langsung dari mulutmu." Bandung tidak bisa menutupi rasa terkejutnya tersebut.
"Kau tidak perlu merasa terkejut mengenai soal itu. Bukankah, wajar ketika seorang remaja laki-laki menyukai teman perempuannya?" Wina menatap heran ke arah Bandung.
"Jangan tersinggung tapi kau terlihat benar-benar sangat androgini. Aku agak belum terbiasa dengan penampilanmu itu, jadi maaf aku tidak bermaksud untuk menyinggungmu," kata Bandung sedikit ragu-ragu.
"Hanya karena penampilanku terlihat androgini, bukan berarti aku tidak normal. Penampilan luarku memang terlihat cantik seperti perempuan terutama rambut panjangku ini. Tapi aku normal seperti remaja laki-laki pada umumnya. Ah, Bandung ketahuilah bahwa ada beberapa budaya menarik di luar sana yang bisa kau ketahui dari orang-orang yang tinggal di luar negaramu," balas Wina dengan bijak.
Bandung yang mendengar hal tersebut, menjadi merasa sedikit tidak enak dengan temannya yang berasal dari Austria tersebut. Di dalam pikiran, remaja laki-lai itu ia diam-diam mengakui bahwa pemikirannya sendiri masih terlalu kolot.
"Sepertinya arah pembicaraan kita sekarang terasa menjadi begitu canggung. Daripada terus melanjutkan pembicaraan seperti ini, sebaiknya kita bisa pergi ke dapur untuk memakan kudapan manis sekarang. Kebetulan aku masih memiliki sisa Sachertorte yang sengaja aku simpan di kulkas," tawar Wina.
Bandung mengangguk mengiakan tawaran Wina.
***
Di Dapur Asrama
"Jadi ini malingnya?" tanya Wina jengkel begitu melihat Sabah berusaha mencuri kue miliknya.
Sabah yang ketahuan beruha mencuri kue milik Wina hanya cengengesan begitu dirinya kepergok oleh sang pemilik kue. "Maaf ... tapi kuenya tampak terlihat sangat enak, aku sangat ingin mencicipinya," katanya malu-malu.
Wina mendengus kemudian mengambil Sachertorte miliknya tersebut dari dalam kulkas. "Aku benar-benar berusaha sabar kali ini. Jika tidak mungkin aku sudah menggunakan teknik Brajamusti milikku padamu," ujar Wina berusaha sabar. Remaja laki-laki asal Austria itu adalah seorang penggemar berat bela diri pencak silat sekaligus atlet pencak silat.
Sabah langsung merinding mendengar Wina ingin menggunakan teknik Brajamusti. Buru-buru anak laki-laki asal Malaysia itu meminta maaf jauh lebih serius dari sebelumnya. Tidak tanggung-tanggung, Sabah langsung berlutut di depan Wina dengan wajah ketakutan.
"Wina, tolong maafkan aku. Aku berjanji tidak akan pernah berusaha mencuri kue milikmu lagi ...." ucapnya ketakutan.
Dan Bandung yang melihat kejadian ini hanya bisa menghela nafas. "Apa kalian sedang memulai drama di sini?" komentarnya malas.