webnovel

15

Reno sudah bosan dengan kedatangan Tara yang selalu mengganggunya. Kehidupannya sudah bahagia tetapi masih saja ada yang mengganggu kehidupannya.

Reno berjalan menyusuri lorong karena ia ingin segera cepat pulang, tetapi tiba - tiba saja langkahnya berhenti saat Suroso datang menghampiri cucunya. Reno kaget dengan kedatangan kakeknya, sebab dia tau bahwa kakeknya tidak mendukungnya menjadi atlet tenis.

"Kakek, tumben kemari?" tanya Reno, dia membalikkan badannya takut Tara akan muncul di hadapan kakeknya itu bisa membust kakek marah kembali

"Kenapa kalau kakek kesini? kakek mau liat kebanggaan bangsa belatih" ucap kakek

Mereka memutuskan untuk ngobrol di kafe dekat tempat latihan Reno. Sedangkan Rian memesan minuman untuk mereka.

"Ren, kakek bangga sama kamu. Karena kamu sudah banyak berubah" ucap kakek tulus

"Iya kek, Reno juga merasakannya"

"Kamu harus banyak - banyak terima kasih kepada Sania berkat dia kamu menjadi seperyi sekarang" ucapnya

"Iyah kakek"

"Oh iya, kamu gak mau coba untuk membawa Sania ke Bali ke tempat orang tuamu"

Sebenarnya Reno takut untuk mempertemukan Sania ke mamanya, karena mamanya tidak suka dengan Sania yang berpenampilan seperti ini.

"Apa mama akan menerima Sania kek?" tanya Reno

"Kakek rasa mama kamu pasti akan terima Sania seperti halnya Kakek dengan nenek bisa menerima Sania"

"Baik kek, Reno akan membawa Sania bertemu dengan mama, saat Reno ada pertandingan disana"

Kakek hanya mengangguk. Tidak lama Rian datang membawa air minum ditangannya dan membagikannya kepada Suroso dan Reno.

****************

Sania merasa bosan membuka laptop dan mencari - cari perguruan tinggi sesuai minatnya. Saat sedang mencari sesuatu di laptop dering ponsel ponsel Sania berbunyi. Dia melihat ternyata itu nomor baru yang tidak Sania kenal. Dia mengangkatnya.

"Hallo Sania"

Sania yang mendengar suara yang tidak asing segera mematikan panggilan itu. Dia bingung kenapa Farhan bisa tau nomornya. Sebenarnya dia mau apa menganggu kehidupan Sania. Tak lama ponsel berbunyi kembali dan kali ini Sania hanya membiarkannya.

Ting tong suara bel rumah berbunyi Sania segera bangkit dari duduknya membukakan pintunya.

"Mas"

"Sayang, kamu lagi ngapain?" tanya Reno

"Lagi liat - liat kampus di website" ucapnya

"Oh gitu, Oh iya San, aku mau ngomong sama kamu"

"Apa?" sambil mengambil tas yang di ambin oleh Reno

"Hmm kamu mau bertemu dengan orang tua aku?"

"Dimana mas?"

"Di Bali"

"Tapi apa orang tua kamu akan menerima aku?"

"Aku yakin mama pasti akan terima kamu"

"Tapi aku pasti bosan disana apa lagi kalau kamu akan bertanding"

Reno mengelus rambutnya dengan sayang " kamu juga boleh kok jalan - jalan disana terlebih jika kamu ingin mendaftar kuliah diBali juga boleh"

"Beneran?" ucap Sania dengan senang

"Iya sayang" ucap Reno memeluknya

"Kamu laper kan? aku masakin kamu sayur asem"

"Hmm pasti enak nih masakan istriku"

"Iya dong, yuk makan"

Mereka akhirnya makan bersama - sama.

Sania masuk kedalam kamar karena ponsel Sania kembali berbunyi, dia melihat dan ternyata nomor itu kembali.

"Pasti ini Farhan" gumamnya

Dia mematikan panggilannya dan mematikan nada deringnya karena pasti Farhan akan menghubunginya kembali.

Sania melihat Reno yang sedang melamun di balkon rumahnya. Ia penasaran pergi menuju Reno.

"Mas" panggil Sania

"Iya sayang" jawabnya

"Mas kenapa, kok melamun?"

Reno mendekatkan diri ke Sania dan mengelus rambut Sania pelan. "Nggak kenapa - napa sayang, mas hanya memikirkan soal pertandingan saja"

"Oh gitu, mas aku mau ngomong"

"Apa itu?"

"Hmm ini soal Maya? Maya siapanya Mas?" tanyanya

Reno terdiam saat Sania bertanya tentang Maya. Apa ini saatnya untuk memberitahukannya tentang Maya sekarang?

"Maya itu seseorang yang spesial di hati mas"

"Oh ya, pasti lebih spesial dari pada aku" ucapnya sambil cemberut

Reno tau pasti Sania akan cemburu saat dia berkata seperti itu.

"Sayang, kamu selalu spesial dengan cara mas sendiri" jawabnya

"Hmm"

"Jadi, Maya itu adik mas"

"Adik? kok aku gak tau kamu punya adik. Sekarang dia dimana?"

"Dia kabur dari rumah dua bulan yang lalu"

"Kenapa bisa kabur?"

"Maya orangnya keras kepala melebihi kerasnya mas, dia kabur karena dia tidak betah di rumah kakek, kamu tau sendiri kan, kakek gimana orangnya"

"Iya mas, kakek itu tegas orangnya"

"Nah maka itu Maya gak betah disini. Aku udah cari dia kemana aja tapi tetap tidak ketemu. Kamu ingat waktu itu pertama kali kita bertemu di rumah kosong?"

Sania mengangguk

"Saat itu mas mencari keberadaan Maya, tetapi hasinya nihil, mas sudah menyuruh orang untuk mencarinya tetapi tetap saja nggak ketemu"

"Apa mungkin dia keluar negeri mas?"

"Mas sempat berpikir seperti itu, tetapi tidak mungkin dia kesana. Karena dia orangnya sangat asing dengab negara orang"

"Oh gitu, aku harap Maya segera pulang ya mas?" Sania memberi semangat untuk Reno.

Reno memeluk Sania dan pelukannya dibalas oleh Sania. Sania tau bagaimana rasanya kehilangan orang yang disayangi. Begitu sedih.

****************

Sania baru saja selesai sholat, tiba - tiba Reno masuk kedalam kamar.

"Sayang" panggil Reno

"Mas udah pulang dari masjid"

"Udah sayang"

"Mas aku ada hadiah buat kamu"

"Apa?"

Sania memberikan Sania sebuah kotak yang dihiasi oleh pita diatasnya.

"Apa ini?"

"Buka aja mas"

Reno membukanya dan ternyata isinya adalah Al - Quran.

"Al - Quran untuk aku?"

"Iya mas untuk kamu supaya, kamu lebih semangat menjalani hidup kamu, berubah menjadi pria yang taat dengan agama"

"Makasih ya sayang" ucap Reno mencium kening Sania

"Coba baca mas suratnya?" ucap Sania

Reno mengambil surat dari kotak itu dan membacanya

"Semoga kamu suka dengan yang aku beriksn kepadamu walaupun itu hanya Al - Quran tetapi manfaatnya banyak, terimakasih sudah menjadi imam yang baik untuk aku. Love suamiku" ucap Reno membaca surat itu

"Kamu bilang aku love sama aku, tapi nggak pernah bilang secara langsung ke aku?"

Sania tersipu malu - malu mendengar perkataan Reno.

"Pipi kamu kenapa?"

Sania memegang pipinya yang merah itu "Ah. nngg... nggak papa kok mas"

"Coba deh ngomong secara langsung?"

"Aku malu mas"

"Sama suami sendiri kok malu?"

"Udah ah aku pergi" ucap Sania, belum jug berdiri Sania ditarik Reno dalam dekapannya. "Sayang makasih ya udah mau menjadi istriku. Aku harap kamu selalu ada untuk aku" ucap Reno tulus

Sania melepaskan pelukan Reno dan nenangkup kedua pipi Reno

"Iyah mas, aku janji akan selalu bersama - sama kamu. Sampai ajal memisahkan kita. Kamu juga begitu ya. Love you suamiku"

Reno tercengang mendengar perkataan Sania dan tidak disangka - sangka Sania mencium pipinya.

"Kok gak dijawab sih?"

"Ahh. Oh.. Eh"

"Ish kamu nih" rajuk Sania

"Hahaha gemesin banget sih kalau cemberut gitu. love you too suamiku" balas Reno mencium pipi Sania

Saat mereka sedang merasakan indahnya jatuh cinta ponsel Sania berdering kembali dan itu adalah Farhan yang menghubunginya kembali.

Chương tiếp theo