Caroline terdiam, kenapa dia harus melupakan satu hal penting. Mereka Werewofl dan jelas Luis bisa mencium aroma tubuhnya sekarang. Buat apa dia sembunyi sebenarnya, jika pada akhirnya Luis dapat menemukannya.
Caroline meremat kuat pakaiannya, dia tau bahwa akhirnya akan sama. Dia tidak bisa melakukan apa pun sekarang dan Caroline bisa mendengar suara langkah kaki Luis yang mendekat. Caroline menutup matanya kuat, dia tidak mau Luis melihatnya menangis sekarang.
Tapi sebuah tangan menyentuh bahunya, Caroline tau bahwa itu Luis tapi dia tidak berani untuk menatap sepupunya itu. Kali ini saja, bisakah dia tidak berhadapan dengan sepupunya dalam kondisi seperti ini.
"Caroline.."
Suara Luis terdengar lembut dan pelan di indra pendengarannya, tapi Caroline hanya bisa diam mencoba menenangkan dirinya sendiri. Tangannya semakin meremat kuat pakaiannya, dia tidak mau!
"Caroline..!" ucap Luis menarik tubuh Caroline untuk di peluk.
"Jangan menangis.."
Hangat, apakah dia masih pantas merasakan hal ini. Bukankah seharusnya Sena yang berada di posisinya, Caroline tidak mau egois. Dia tidak mau menyusahkan orang lain dan menjadi beban untuk orang lain. Tapi jika seperti ini, sama saja dia menjadi penghalang bagi Luis dan Sena.
Caroline langsung mendorong Luis menjauh, tubuhnya bangkit menatap manik Luis yang terkejut. Apakah dia terlalu kasar? Tidak dia tidak boleh memikirkan hal seperti itu. Ini yang terbaik dan Caroline akan menghentikan hal ini sekarang juga.
"Cukup..! Jangan mendekat!!"
Caroline semakin mundur, maniknya menatap ke arah langkah Luis yang mencoba mendekat. Dia hanya tidak ingin menjadi beban untuk Luis lagi, mereka hanya sepupu dan sahabat jadi dia tidak berhak menghancurkan sebuah ikatan yang lebih besar dari miliknya.
"Jangan temui aku lagi! Kali ini saja biarkan aku sendiri"
Luis menggeleng, tangannya berusaha meraih pergelangan tangan Caroline. Tapi Caroline terus menolak, dia berusaha menjauh. Luis milik Sena dan dia tidak pantas berada di tengah-tengah mereka.
"Caroline..! Ini bukan berarti aku akan meninggalkanmu!"
"Tidak Luis! Sena membutuhkanmu dan aku tidak mau kau masih mengutamakanku!" sahut Caroline menyentak tangan Luis yang menyentuh tangannya.
"Tapi Caroline, aku...."
"Cukup..!! Sena adalah Matemu dan aku hanya sahabatmu. Cukup kau mengutamakan diriku, Sena lebih membutuhkanmu!"
Air mata Caroline kembali jatuh, dia tau ini yang terbaik. Untuk beberapa alasan dia menginginkan hal ini, ini demi mereka bertiga dan Caroline tidak mau Sena memikirkan hal buruk soal mereka.
Tapi Luis tidak menginginkan hal ini, janji tetaplah janji dan dia harus menepatinya sampai saatnya tiba. Dia sudah berjanji pada ibu Caroline dan Luis tidak akan mengingkari janjinya. Jika dia harus menjaga Caroline sampai dia bertemu dengan Matenya, maka dia akan melakukannya.
Semuanya hanya bergantung pada waktu, karena pada akhirnya semua yang seharusnya terjadi maka akan terjadi. Dan Luis langsung menarik Caroline, tubuh keduanya saling bertubrukan dan Luis langsung memeluk sepupunya itu "aku sudah berjanji pada ibumu, dan janji itu tidak akan pernah aku ingkari!"
Luis mengucapkannya dengan serius, bahkan Caroline sampai tidak bisa melakukan apa pun karena terlena. Apa pada akhirnya memang seperti ini, dia akan menjadi beban bagi Luis dan Sena. Caroline menangis dia memeluk erat tubuh Luis yang terasa begitu hangat.
Dia ingin egois sekarang, untuk sekarang dia ingin merasakan kehangatan ini. Walau dia tau bahwa dirinya tidak pantas. Di balik semua itu ada Sena yang tengah berdiri menatap ke arah keduanya dengan senyuman tipis, dia langsung berbalik pergi meninggalkan keduanya dalam diam.
Pelukan itu terlepas, Luis langsung menghapus bekas air mata di wajah Caroline. Caroline tertawa kecil menatap Luis yang tersenyum lebar, keduanya hanya saling terdiam menatap satu sama lain dengan pemikiran yang sama.
Ikatan ini tidak akan mudah terputus begitu saja tapi Caroline tau bahwa ini adalah akhir dari ikatan mereka "bagaimana jika aku tidak memiliki Mate?" ucap Caroline dengan suara yang pelan, walau begitu Luis masih bisa mendengarnya dengan jelas.
Luis langsung menggeleng menyentuh kedua pipi Caroline yang memerah karena dingin "itu tidak mungkin! Aku percaya bahwa kau akan bertemu dengan Matemu suatu hari nanti!"
Luis yakin dengan apa yang dia ucapkan, dia memang tidak tau masa depan akan seperti apa. Tapi pasti ada alasan kenapa Caroline lahir di dunia ini sebagai seorang Omega di bandingkan seorang Alpha. Mungkin ini hanya pemikirannya saja, tapi Luis yakin bahwa Caroline akan segera bertemu dengan Matenya.
Dan di saat hal itu terjadi dia akan menjadi orang yang paling bahagia karena sudah melaksanakan janjinya pada ibu Caroline "kau hanya perlu percaya padaku, karena aku yakin kau akan memiliki Mate yang baik!"
Caroline hanya diam, menatap tepat pada manik Luis yang menunjukkan keseriusan. Apakah benar dia akan memiliki Mate? Bagaimana jika pada akhirnya dia hanya seorang budak bagi para Werewofl. Apakah dia bisa menerima fakta itu?
Tapi Caroline langsung tersenyum tipis, berharap apa yang dia katakan Luis menjadi kenyataan. Jika hari itu tiba mungkin dia tidak akan menyusahkan Luis lagi tapi bukan berarti dia akan membuat Luis kesusahan di saat dia punya Mate sekarang.
Dia jelas akan mencari cara untuk menjauh dari pasangan baru itu, mereka jelas pantas bahagia dan Caroline ingin keduanya bahagia bersama "jika saat itu tiba, maka aku tidak akan pernah melupakan persahabatan kita!" ucap Caroline menatap Luis tepat di manik merah kecoklatan itu.
Dan Luis langsung mengangguk, dia langsung mengusak rambut Caroline sebelum merangkul Caroline untuk di bawanya kembali ke asrama. Hari mulai malam dan keduanya tidak boleh berada di sini lebih lama lagi, apalagi tubuh Caroline lemah akan suhu dingin.
Walau Caroline seorang Werewofl, entah kenapa dia akan kedingin di saat musim dingin datang. Berbeda dengan Werewofl lain yang akan merasa hangat walau di musim dingin. Keduanya saling berjalan bersama mengabaikannya segala hal yang telah terjadi tadi.
Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada bersama dengan Luis dan Caroline berjanji akan membuat Luis bahagia dengan caranya. Walau mungkin nantinya dia akan terluka tapi Caroline hanya ingin melihat Luis bahagia bersama Matenya. Ini yang terakhir, dia janji itu!.
Pintu asrama mulai terlihat dan keduanya langsung saling melepaskan tangan masing-masing. Luis kembali mengusak rambut Caroline sebelum pergi meninggalkan Caroline yang terdiam di tempatnya. Senyuman di wajah Caroline mulai luntur, seperti sebuah senyuman paksa dia langsung menunduk menatap ke arah salju di bawahnya.
"Kali ini kau akan bahagia tanpa bayang-bayangan dariku" ucap Caroline meninggalkan tempat yang semakin dingin itu.
udah siang saja, padahal niatnya up pagi tadi tapi masih harus nulis cerita lain jadi up-nya agak siang. maaf oke.. kalau begitu sampai jumpa selasa depan..