webnovel

Keretakan pertemanan?

Sera memiliki ekspresi tidak senang di wajahnya ketika dia baru saja menikam pacarnya dengan menggunakan pedang tipis yang biasanya digunakan oleh kultivator wanita. Padahal, dia lah yang sedang menikam, tapi dia juga yang tidak senang.

"Asheel, apakah kamu membohongiku?" Sera bertanya dengan cemberut, bahkan tidak merasa bersalah ketika pedangnya masih mencuat di dada Asheel.

Asheel memiliki ekspresi bingung di wajahnya, dia memiringkan kepalanya.

"Bukankah kamu bisa berekspresi dengan baik saat ini? Bahkan kamu bersenang-senang disini, lalu kenapa ekspresimu lumpuh saat bersamaku sebelumnya?"

Asheel mengelus dagunya setelah mendengar pertanyaan Sera padanya. Apakah Sera mengira dia tidak senang saat bersamanya?

Kemudian dia hanya menggelengkan kepalanya tidak mengerti.

"Huh, kamu tidak bisa diandalkan." Sera mengela napas.

Asheel tidak mengatakan apa-apa dan diam-diam menarik pedang yang menusuknya sebelum menghancurkannya menjadi debu.

Bersamaan dengan itu, tekanan yang menimpa Tujuh Dosa Mematikan terlepas, dan mereka akhirnya bisa bernapas dengan lega.

Merlin menatap Asheel dengan marah, 'Kenapa aku juga harus menderita dengan omong kosong kerakusan umat manusia?'

Tapi saat itu, dia menyaksikan Asheel yang sedikit terhuyung.

"Ugh!" Asheel tiba-tiba tersesak sambil memegangi dadanya. Dia menatap Sera dengan muram, "Kau memberi kutukan padaku?"

"Itu hanya kutukan kecil yang bisa membekukan jantung dalam lingkup ruang dan waktu. Seharusnya kau mudah melepaskannya, kan?" Sera tersenyum senang ketika melihat kerutan di ekspresi Asheel.

Meliodas yang tubuhnya masih berlubang tapi masih tetap sadar, tidak mengerti kenapa mereka bertengkar. 'Pasangan yang gila!'

Apakah mereka bercanda dengan saling menikam?

Di sisi lain Ban, King, Gowther, dan Escanor memiliki kerutan yang dalam di wajahnya. Jelas karena mereka baru saja tersiksa oleh dosa yang mereka simbolkan sendiri. Sementara itu Diane menangis keras, sejatinya dia cengeng jadi dia tidak tahan merasakan langsung kejahatan umat manusia. Hanya Merlin yang saat ini merasa marah karena Asheel.

Meliodas sekarang sudah mengingat memorinya yang hilang, dan ingatan saat bertemu dengan Asheel pertama kali, dia tahu jika ada gadis kecil di sampingnya, dan itu adalah Merlin. Dia kemudian menatap Merlin dengan rumit.

Tujuan Merlin membentuk kelompok Tujuh Dosa Mematikan pasti untuk membangkitkan Penguasa Kekacauan. Semuanya telah terhubung!

Dalam kelompok mereka, setiap orang memiliki ambisi dan tujuan hidup yang ingin mereka capai. Tentu saja Merlin yang hanya tertarik pada sihir tidak terkecuali. Tapi apakah membangkitkan Penguasa Kekacauan bisa dimaklumi?

"Merlin ... kenapa....?!" Meliodas dengan susah payah menyebut namanya dan bertanya.

Merlin yang sedang marah saat ini hanya mendengus. "Seharusnya kau sudah tahu sendiri, Danchou. Aku ingin kembali ke pria itu, tapi siapa yang menyangka dia akan menjadi brengsek seperti ini. Benar-benar kacau!"

Melihat Merlin sendiri juga merasa rumit saat ini, Meliodas sebagai kapten tidak tahu harus berbuat apa.

Asheel saat ini juga memiliki kerutan diwajahnya karena dia memiliki masalah kecil saat ini. Setiap kali jantungnya berdetak, seluruh tubuhnya akan kedinginan hingga sulit untuk digerakkan.

Tanpa ragu, dia merapatkan jari-jarinya dan menusukannya ke dadanya sendiri, meraih jantungnya, lalu menariknya ke atas. Darah mengalir ke tangannya hingga ke bawah dan akan tumpah ke wajahnya, tapi Asheel membuka mulutnya lebar ketika dia menelan sebagian besar darah yang tumpah.

Bahkan ketika jantung berada pada genggaman tangannya, itu masih terus berdetak. Urat-uratnya menonjol, mencoba memompa apa yang tidak ada. Tapi penampilan jantung itu semakin membiru karena kedinginan. Itu adalah efek kutukan yang ditanam Sera pada tusukan sebelumnya.

Tanpa ragu, Asheel meremas tangannya hingga jantung itu pecah berkeping-keping. Darahnya menjadi racun, dan karena itu objek yang terkena tumpahan darahnya langsung lenyap kembali ke ketiadaan.

Itu benar-benar lenyap karena korosi, bukan dipaksa kembali ke ketiadaan seperti Void.

"Kau sudah sinting!" Sera hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat Asheel menghancurkan jantungnya sendiri.

Jantung itu meledak, tapi Asheel memiliki ekspresi tidak peduli di wajahnya, seolah apa yang baru saja dia hancurkan hanya sebuah balon air. "Aku tidak membutuhkan sesuatu yang fana seperti jantung hanya untuk hidup."

"Sudahlah, aku tidak akan terkesan dengan kata-katamu." Sera berkata sambil mendekatinya.

Kemudian, Naga Emas dan Lady of the Lake yang sedari tadi hanya menonton dari kejauhan juga mendekatinya.

"Tuan."

"Grr..."

Dewa dan roh danau itu berlutut di hadapannya.

"Naga itu masih kecil dan lemah, bahkan 3000 tahun telah lewat tapi belum bisa mengambil wujud humanoid." Sera berkomentar ketika melihat Naga Emas.

Naga Emas meraung karena malu, dia mengibaskan ekornya dengan cemas, bertanya-tanya apakah dia telah mengecewakan tuannya.

"Naga ini kuciptakan sebagai roh ilahi sejak awal, dan tugasnya hanya sebagai pelindung gunung...."

Perkataan Asheel melambat ketika dia merasakan kekuatan iman menempel pada Naga Emas. Pada saat ini, dia juga merasa ada kekuatan iman dalam dirinya. 'Apakah aku disembah?'

Aneh sekali, dia bahkan menolak kepercayaan Outer God yang sering menyembahnya, tapi sekarang manusia sedang menyembahnya. Apa apaan ini?!

Kemudian dia menoleh ke Merlin dengan tatapan menyelidik.

Merlin bingung, dan karena masih marah, dia berkata dengan nada menyuruh: "Asheel, sebaiknya kau segera sembuhkan mereka!"

Tangannya menunjuk ke Tujuh Dosa Mematikan yang saling bahu membahu untuk keluar dari penderitaan. Mereka terkejut ketika mendengar Merlin menyuruh Penguasa Kekacauan begitu saja.

Asheel sebenarnya melihat tidak ada gunanya menyembuhkan mereka, tapi karena itu dari Merlin maka dia akan menurutinya. Tapi dia tentu saja akan menuntut sesuatu yang lain.

"Baiklah, tapi ada syaratnya."

Merlin mengerutkan kening, dia merasakan firasat buruk. "Apa itu?"

Asheel melambaikan tangannya dan satu set pakaian wanita muncul. "Kau harus memakai ini dalam tiga hari kedepan."

Melihat pakaian Mahou Shoujo di tangan Asheel, Merlin langsung menolak tanpa ragu: "Aku menolak, kurasa kalian harus menderita sejenak." Merlin menatap Tujuh Dosa Mematikan dengan kasihan.

"Oi!" Tujuh Dosa Mematikan, bahkan yang sedang menderita karena kehilangan anggota tubuh menjadi tidak bisa berkata-kata.

Asheel mendesah kecewa saat dia akan mengembalikan pakaian itu ke penyimpanannya. "Bahkan Sera mau memakainya saat kita berhubungan se--"

Shing! Shing! Shing! Shing!

Sera langsung menebas Asheel tanpa ampun beberapa kali agar mulut pria itu diam dan tidak menyelesaikan kalimatnya.

Asheel menghindar dengan mulus, tapi lengan kirinya terpotong karena serangan itu.

"Hei, untuk apa itu?" Dengan darah yang masih menetes dari lengannya, Asheel bertanya dengan tidak senang.

"Pembayaran karena mulut nakalmu~" Sera tersenyum riang. Tapi kemudian ekspresinya menjadi serius, "Dengan sikapmu yang seperti itu, kau akan dibenci oleh wanita, lho."

'Apakah wanita lain sangat penting bagiku?' Asheel menyangkalnya, "Apa yang kamu bicarakan? Aku sudah memilikimu, bersama Albedo dan Yasaka."

Sera mendengus, "Bagaimana dengan Narberal-chan? Lalu wanita Olivia itu? Atau wanita jalang yang menjadi gundikmu? Kau memiliki banyak hubungan dengan wanita cantik dari berbagai dimensi, dan setiap dari mereka adalah orang aneh!"

Asheel memijat pelipisnya, "Baiklah, aku salah."

Merlin terpana dengan begitu banyak harem Asheel. Padahal, yang resmi menjadi wanitanya hanya beberapa.

Asheel memandang Merlin, lalu ke Tujuh Dosa Mematikan. Setelah menutup mata sejenak, dia menyuruh Lady of the Lake: "Rawat mereka."

"Sesuai pesananmu, tuan." Lady of the Lake membungkuk ke arahnya, tapi saat dia mendongak, Asheel dan Sera sudah pergi menunggangi Naga Emas ke suatu tempat.

Merlin menjadi cemberut karena Asheel tidak membawanya pergi, karena tujuan awalnya sudah terbongkar, dia menjadi canggung. Dia yakin akan menjadi lebih canggung lagi setelah dia menyerahkan Arthur ke Asheel, dengan tujuan untuk menjadikan Arthur sebagai Raja Kekacauan.

Sekarang, dia sudah siap ditolak oleh rekan-rekannya.

Ophis yang selama ini diam itba-tiba mendekatinya. "Waktunya besok, saat matahari terbit." Meninggalkan kalimat itu, dia menghilang entah kemana.

'Harapanku satu-satunya....!' Merlin menjadi sedih karena tidak mampu membuat Ophis tetap tinggal bersamanya.

Setengah jam kemudian, Tujuh Dosa Mematikan sedikit pulih saat mereka disembuhkan langsung dengan kekuatan danau.

Meliodas maju ke depan, "Bisakah kita membicarakan urusan kita sekarang, Merlin?"

"Uh," Merlin mengerang ketika merasakan tatapan teman-temannya. "Aku tidak bersalah, oke? Dia bangkit begitu saja."

Chương tiếp theo