webnovel

Raja Peri Terkuat

Merlin merasa aneh ketika melihat Ludociel yang sekarang tampak kesulitan menghadapi Zeldris dan Meliodas.

Bahkan Zeldris sudah lebih kuat darinya, dan Ludociel tanpa rencana menghadapi kedua saudara itu secara langsung.

Jika Ludociel mati di pertempuran ini, Merlin tidak akan peduli, tapi masalahnya adalah tubuh yang digunakan olehnya saat ini adalah milik Margarett, yang mana menjadi saudara perempuan Elizabeth di kehidupannya saat ini dan juga identitasnya sebagai putri raja.

Jika Putri Margarett mati dihadapan kelompok Tujuh Dosa Mematikan, itu hanya akan menodai nama kelompoknya dan lebih banyak masalah akan muncul karenanya.

Maka dari itu, Merlin memutuskan untuk membantunya. Baru saja dia memutuskan di pikirannya, Elizabeth sudah berkata:

"Merlin, tolong bantu Ludociel. Aku akan menangani Chandler bersama yang lain." Elizabeth meminta.

Merlin terdiam sejenak sebelum mengangkat alis dengan tertarik, "Bahkan jika aku harus melukai Meliodas?"

"Tidak apa-apa," Elizabeth berkata sambil menutup matanya, seolah butuh keberanian yang besar untuk mengatakan itu.

"Kalau begitu, aku akan berusaha untuk tidak menggoresnya terlalu banyak." Merlin berjanji pada Elizabeth.

"Terima kasih," Elizabeth berkata dengan tulus, sebelum mengingat sesuatu: "Aku selalu kepikiran suatu hal dalam benakku. Orang yang melatihku saat di Altar Druid adalah Zora-sama dan Flora-sama, kamu mengenalnya, kan?"

"Ya," Merlin menjawab sambil mengangkat alisnya sekali lagi, bertanya-tanya apakah Elizabeth mengetahui sesuatu tentangnya.

"Saat Perang Suci terakhir, aku bertemu wanita yang mirip dengannya. Rambut putih salju dan mata merah, meski aku hanya bisa melihatnya sekilas, aku tidak akan pernah melupakannya. Mungkin jika tidak ada wanita itu, aku dan Meliodas sudah mati karena tekanan yang berlebihan." Elizabeth menceritakan masa lalunya.

Merlin merenung sambil mengelus dagunya, mengingat jika pada saat Asheel tampil saat itu, dia bersama Ophis disibukkan oleh para Outsider yang menyerangnya. Karena dia tidak menonton Asheel sampai selesai, dia tidak tahu ada kejadian semacam itu.

"Dengan kata lain, kalian diselamatkan?" tanya Merlin memastikan.

"Tidak, itu mungkin saja hanya kebetulan. Pria itu, Asheel-sama, orang yang pernah bertemu Meliodas, yang juga dalang dibalik semuanya, dibawa oleh wanita berambut putih itu entah kemana, lalu menghilang bersama runtuhnya tahta."

Merlin mengangguk mengerti, lalu memberitahu: "Asheel Doom, Seraria Yrillgod, dan Ophis Ouroboros. Ketiganya adalah Dewa pencipta dunia ini. Aku sudah lupa apakah pernah menceritakannya atau tidak, tapi ... kemungkinan besar wanita yang Nee-nee temui saat itu adalah Seraria Yrillgod."

"Lalu, siapa sebenarnya Zora-sama? Kenapa memiliki penampilan yang sangat persis dengannya?!" tanya Elizabeth dengan nada yang terdengar mendesak.

Elizabeth bahkan kepikiran jika Zora adalah reinkarnasi dari Sera. Dia bisa berpikir seperti itu berdasarkan pengalaman pribadinya yang terus bereinkarnasi berulang-ulang.

Terlebih lagi, di Klan Dewi terdapat sebuah sihir yang dapat memaksa orang bereinkarnasi tanpa jiwa disucikan terlebih dahulu. Yang berarti, orang yang direinkarnasi akan terlahir dengan ingatan kehidupan sebelumnya.

Merlin seperti tahu apa yang dipikirkan oleh Elizabeth hanya dengan melihat ekspresinya, dan dia memutuskan untuk membenarkannya: "Zora bukanlah reinkarnasi siapapun. Keberadaannya di dunia ini sangat istimewa. Itu karena Zora adalah sebuah avatar Dewa, dan sebab itulah dia bisa memiliki penampilan yang sama dengan Seraria Yrillgod."

"Begitu...? Aku cukup mengerti, tapi keduanya adalah orang yang berbeda, kan? Aku masih ingin mengucapkan terima kasih pada Zora-sama dan Seraria-sama." Elizabeth mengatakannya dengan sangat tulus.

Merlin sebenarnya merasa sedikit aneh untuk pengucapan Elizabeth saat memanggil orang, tapi dia tidak perlu mempermasalahkannya. Bahkan saat memanggil Asheel, sang dalang Perang Suci dan kedatangan Outsider, Elizabeth masih memanggilnya dengan sebutan honorifik "-sama".

Apakah itu karena rasa hormat, atau apakah sifat itu sudah sejatinya Elizabeth, dia tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk bertanya:

"Nee-nee, bagaimana menurutmu tentang Asheel Doom?"

Elizabeth memiringkan kepalanya, sebelum bertanya: "Kenapa menanyakan hal itu?"

Merlin sedikit tersentak saat mendengarnya, lalu buru-buru berkata: "T-Tidak, hanya saja Nee-nee pernah berhadapan langsung dengannya, jadi aku hanya penasaran dengan bagaimana sang Pencipta itu...?"

Melihat perilaku Merlin yang agak panik, Elizabeth tertawa kecil. "Memang reaksi yang tak terduga, tapi mengingat sifatmu, aku mengerti kenapa kau menanyakan itu."

Elizabeth mengira jika Merlin yang seorang peneliti pasti tertarik dengan sosok yang pernah menciptakan kekacauan di Britannia. Dia sedikit berpikir sebelum menarik napas ketika menjawab:

"Sejujurnya, aku tidak tahu. Apa yang kupikirkan saat melihatnya pertama kali, aku berpikir jika 'Ahh, pria ini sangat jahat!', geh, semacam itu. Tapi setelah terpikirkan mengenai Asheel-sama berulang kali, dia tampak seperti orang yang kecanduan. Sama seperti saat seorang pecandu judi, atau alkohol. Tapi ... sebenarnya aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Ada sisi dihatiku yang berkata untuk menerimanya. Pasti kau berpikir jika aku sangat naif, kan?" Elizabeth sebenarnya sedikit gugup saat mendongak, pandangannya bertemu dengan mata Merlin.

Merlin sedikit membelakakan matanya karena tertegun, sebelum menampilkan senyum puas penuh kelegaan. Ekspresi itu juga dilihat oleh Elizabeth, yang juga membuatnya heran.

Merlin terlihat tidak peduli saat dia terus tersenyum. "Mungkin aku sebenarnya juga naif? Asheel Doom, sebagai Pencipta Dunia, sejujurnya aku sangat ingin bertemu dengannya...!"

Elizabeth bisa melihat pemujaan di mata Merlin, yang kemudian dia juga tersenyum lega. Dia harus mengakuinya sendiri jika keingintahuan Merlin sangat keterlaluan dan tak terbatas. Tapi dia masih bisa memakluminya.

"Gahh!!!"

Suara teriakan tiba-tiba terdengar tidak jauh dari mereka, dan itu membuat Elizabeth menjadi panik.

"Itu ... King-sama!?"

Merlin hanya meliriknya, dan dia bisa melihat jika pakaian King sudah compang-camping saat tubuhnya meluncur ke bawah dan akan jatuh mencapai tanah.

King sudah seperti akan kehilangan kesadarannya, dan helm besi yang selalu berada di belakang lehernya sudah penyok dan hancur.

"Jika aku tidak salah ingat, helm itu berisi jiwa sisa temannya, kan? Kalau tidak salah, namanya Helbram." Merlin bergumam, sebelum berkata lagi: "Sepertinya dia sudah mencapai batasnya. Mungkin itu akan sangat menyedihkan untuk King, namun mau bagaimana lagi." Dia mengangkat bahu.

"Merlin, kita harus menyelamatkan King-sama!" Elizabeth berteriak dengan mendesak.

Merlin hanya menghentikannya, "Tunggu sebentar, Nee-nee. Saat-saat akan mati inilah yang paling penting."

Elizabeth menatapnya dengan tidak percaya, lalu mengguncang bahunya. "Merlin!"

"Lihat saja, sang Raja Peri terkuat dari semua generasi akan lahir!"

Melihat Merlin begitu yakin, Elizabeth berhenti bertingkah saat dirinya menjadi semakin tenang. "Oh, bukankah seharusnya kamu membantu Ludociel?"

Merlin menatapnya sejenak, sebelum juga mengalihkan perhatiannya ke Ludociel. "Dia masih bisa bertarung."

Merlin hanya mengatakan itu. Menurutnya, menyaksikan kebangkitan kekuatan Raja Peri lebih menarik ketimbang membantu Ludociel. Padahal dia tahu jika Ludociel sudah berkali-kali mengirim sinyal padanya agar membantunya, yang dia abaikan begitu saja

Dalam perang melawan Outsider, Ludociel menjadi begitu mahir dalam «Ark» penyembuhan karena dia selalu melatihnya lewat peperangan itu. Sekarang, dia bisa menggunakan teknik yang sama untuk terus menerus menyembuhkan tubuhnya agar bisa bertahan melawan Meliodas dan Zeldris.

Meliodas tidak menganggap serius Ludociel sama sekali. Dia masih berkonflik dalam dirinya sendiri, dan karena itu keefektifan pertempurannya menurun.

Setelah memastikan semuanya masih berjalan sesuai apa yang ada dipikirannya, Merlin memalingkan pandangannya lagi ke arah King yang masih jatuh ke bawah.

Dia tidak membutuhkan satu detik untuk melihat situasi Ludociel, dan karena itu dia masih bisa melihat King yang jatuh tanpa tenaga di detik berikutnya.

"Beraninya kau melakukan itu ke King!" Diane berteriak marah saat tangannya memutar sebuah palu raksasa dengan cepat.

"«Ground Gladius»!"

Diane menghempaskan Harta Suci miliknya, War Hammer Gideon, ke tanah hingga bumi mulai melonjak. Dalam sekejap, hempasannya mengangkat bumi menjadi puncak menara raksasa yang tajam dengan tampilan seperti pedang.

Shing!

Tanah yang ditargetkan, yaitu tanah yang dipijak oleh Chandler saat ini tiba-tiba membelah hingga beberapa mil jauhnya.

Chandler yang juga sudah compang-camping harus terhempas oleh serangan amarah prajurit wanita dari Klan Raksasa itu.

Saat Chandler masih terhempas di langit, tiba-tiba sebuah cahaya yang mirip seperti bintang jatuh di targetkan padanya.

"«Tombah Roh Sejati Chastiefol bentuk ke-1: Chastiefol»!"

Objek tersebut ternyata adalah tombak Raja Peri yang telah bangkit, dan saat ini sedang meluncur ke bawah menargetkan Chandler.

BOOM!

Tepat setelah Vhastiefol mencapai tanah, sebuah ledakan yang mampu menghancurkan sebuah kerajaan dengan sekali hempasan terjadi di tanah tempat Chandler diseret ke bawah.

Di balik awan ledakan itu, sesosok pria muncul:

"Raja Peri, Harlequin. Sudah kembali!"

Chương tiếp theo