"Portal ini cukup kecil..." kata Merlin saat melihat mata air di depannya.
Asheel, Sera, Ophis, dan Merlin berdiri di tanah dengan pohon rimbun di sekitarnya. Tepat di depan mereka adalah sebuah mata air kecil yang memiliki air mengkilap dan jernih.
"Ini hanyalah pintu masuk, jangan terlalu dipikirkan. Ayo masuk!"
Asheel memimpin mereka dan melompat ke mata air. Setelah itu, Sera, Ophis, dan Merlin mengikutinya.
Blup!
Pandangan mereka menjadi gelap sebelum titik cahaya muncul. Mereka bersama-sama meraih titik cahaya itu sebelum pandangan mereka menjadi semakin terang.
"Bwahh...! Aku tersedak!" Merlin terus-menerus batuk setelah mencapai permukaan.
"Kau tidak apa-apa, Merlin-chan?" Sera bertanya dengan khawatir.
"Aku tidak apa-apa, hanya tidak terbiasa." Merlin menenangkannya.
"Tidak ada distorsi ruang, semuanya mulus." Asheel bergumam sambil mengangkat pakaiannya yang basah.
"Oh, tidak! Padahal aku sudah mendandanimu..!" Sera terlihat panik saat melihat Asheel basah kuyup.
"Perhatikan dirimu sendiri, Sera. Sosokmu terlihat megah!" Asheel menelan ludah dan mengacungkan jempolnya saat melihat garis tubuh Sera yang sangat mempesona.
"Ara, pakaianku juga basah~" Sera berkata setelah melihat dirinya sendiri. "Reaksimu sangat imut, Asheel~. Padahal kau selalu bermain dengan tubuhku setiap malam, tapi kamu masih bertindak malu-malu~. Imutnya.."
"Sera..!" Asheel melototinya karena malu.
Sementara Merlin tertegun sebelum mengguncang bahu Asheel, "Benarkah itu, Asheel?! Kamu sering melakukan tindakan mesum itu dengan Sera-nee... Padahal kamu masih kecil...!"
Asheel melepaskan dirinya sebelum berkata, "Apa masalahmu? Sera adalah wanitaku, jadi aku akan melakukan hal yang aku mau dengannya!"
"Kamu...!" Merlin tidak bisa berkata-kata.
"Ara, Asheel~! Kamu mau mengakui hubungan kita. Ahh~ senangnya~!" Sera langsung memeluk Asheel dari belakang, membuat yang terarkhir terus meronta.
"Hentikan, Sera! Pakaianmu basah!"
"Oh, apa kau ingin aku telanjang disini?" Sera berkata dengan main-main.
"Lihat, yang mesum bukan aku, tapi wanita ini!" kata Asheel setelah melepaskan dirinya.
"Kau bebas melakukan apapun pada wanita mesum ini, lho~"
"Gahh...!"
...
"Ophis-chan, ayo tinggalkan mereka."
"Um," Ophis menatapnya sejenak dan mengangguk.
"Padahal hanya pakaian basah, tapi mereka ini...!" Merlin menghela napas tak berdaya dan hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Bukankah kau juga ikut main-main?" Ophis memiringkan kepalanya.
"Hah? Apa yang kau katakan...? Aku.."
"Baik, kalian berdua. Ayo keluar~!"
Perkataan Merlin dipotong oleh Sera dan dia menoleh dengan linglung, dia bisa melihat Sera dan Asheel yang sudah mengeringkan pakaian mereka, dengan Asheel yang sedang dipeluk oleh Sera dari belakang.
Dia hanya menghela napas sekali lagi sebelum pakaian yang dikenakannya tiba-tiba menjadi kering.
"Oh, apa kau membuat pakaian itu juga dengan sihir? Terlihat keren!" Asheel berseru.
Sera yang berada di belakangnya mencubit pipinya, "Huh, kau hanya memujinya karena itu adalah Merlin-chan.."
"Apa kau ingin aku memujimu juga? Kau sudah terlalu tua untuk dipuji," Asheel mencibir.
Alis Sera berkedut sebelum kekuatan cubitan di pipinya menjadi lebih keras, "Dasar tidak sopan!"
"Ahh, kulit lembutku...!"
"Hentikan kalian berdua!" Merlin berteriak karena sudah tidak tahan lagi. Tentu saja dia iri dengan betapa dekat mereka berdua, kan?
Padahal dia sendiri telah menyesuaikan sikapnya untuk bisa lebih dekat dan lebih nyaman saat berinteraksi dengan Asheel, tapi bocah penuh kebencian itu selalu mengelak darinya.
"Lebih baik kita keluar dari gua ini," Merlin menghela napas sekali lagi dan kali ini dialah yang memimpin.
"Baik...!" Asheel dan Sera merosot.
Mungkin terlambat untuk mengatakannya, tapi mereka saat ini berada dalam sebuah gua. Setelah mereka memasuki portal mata air, yang menghubungkan tempat itu adalah gua dengan mata air didalamnya.
Mereka lalu berjalan dan mencari jalan keluar, tapi tiba-tiba pintu gua terbuka dan beberapa pria masuk.
"Zora, kamu telah melanggar aturan kuil langit dengan memasuki Mata Air Terlarang, ikutlah denganku dan kakakmu sendiri yang akan menghukummu!"
Pria berotot yang memimpin itu langsung berkata setelah melihat mereka semua. Orang-orang di belakangnya menodongkan senjatanya dengan mengancam, dan yang identik dari kelompok ini adalah mereka semua memiliki sepasang sayap kecil yang menempel pada punggung mereka.
"...."
Asheel, Sera, Merlin, dan Ophis saling memandang dengan bingung.
"Siapa Zora?"
"Jangan pura-pura tidak tahu, Zora! Cepatlah ikut denganku!" Pria berotot yang memimpin kelompok itu menunjuk Sera dan memberi isyarat padanya untuk mengikutinya. Dia lalu melihat ke orang-orang di sekeliling Sera, "Tapi aku tidak menyangka kamu membawa sebuah kelompok untuk kabur ke dunia luar, kalian semua juga ikut dan menerima hukuman dari Flora-sama!"
Asheel, Sera, Ophis, dan Merlin saling memandang dalam pengertian sebelum mengangguk.
Mereka lalu mengikuti prajurit Celestial itu keluar. Yang menyambutnya setelah melangkah keluar dari pintu gua adalah cahaya yang sangat terang dan tanaman rimbun yang tumbuh di sekitarnya.
"Patung-patung ini aneh, kenapa terdapat banyak patung babi?" kata Merlin pada dirinya sendiri setelah melihat banyak patung babi di sepanjang jalan.
"Jangan tidak sopan! Itu adalah patung Oshiro-sama yang menciptakan tempat bagi kita untuk berlindung, kau juga seharusnya seorang Celestial tapi tidak tahu keagungan sosok beliau..."
Perkataan pria berotot itu melambat saat melihat tidak ada sepasang sayap putih di sosok mereka bereempat.
"Kalian, kalian..." Pria berotot itu menunjuk mereka dengan tidak percaya. "Apakah kalian memotong sayap kalian sendiri? Apakah kalian sudah menyerah menjadi keturunan Klan Dewi yang agung?!"
Tepat setelah kata-kata itu jatuh, pasukan yang dibawa oleh pria berotot itu menjadi ribut dan berbisik-bisik di antara mereka sendiri.
Sementara itu, Asheel, Sera, Ophis, dan Merlin sekali lagi saling memandang, tapi Merlin adalah yang paling panik di antara mereka semua.
"Hei, apa yang harus kita lakukan?" Merlin berbisik pada Asheel.
"Apa maksudmu?" Asheel malah balik bertanya dengan nada main-main, tapi senyum percaya diri muncul di wajahnya.
"Hah?!" Merlin awalnya bingung dari mana senyum percaya diri itu muncul, tapi setelah melihat punggung Asheel, matanya membelalak. "Kamu...! Dari mana kamu mendapatkannya..?!"
"Apanya?" Kali ini Sera yang bertanya sambil tersenyum manis.
"Sera, kamu juga...!" Merlin memandang Sera dengan tertegun sebelum buru-buru menoleh ke Ophis. "Ophis-chan, kamu tidak, kan.....?"
Nadanya melambat saat dia juga melihat sepasang sayap putih menempel di punggung Ophis.
Saat dia mengguncang bahu Ophis, yang terakhir hanya tersenyum dan melambaikan tangannya.
Melihat wajah panik dan putus asa Merlin, Asheel memutuskan untuk mengakhiri situasi main-main ini. Asheel menepuk bahunya, "Tenanglah Merlin, lihat punggungmu!"
Merlin mengira Asheel hanya mengejeknya, tapi saat dia melihat ke belakang, dia terkejut saat melihat sepasang sayap putih juga mengakar di punggungnya.
"Bagaimana bisa?!"
"Ma, ma. Lupakan saja detail kecil itu," Asheel lalu berbalik dan menatap pria tua berotot itu. "Hei, pak prajurit. Kamu pasti salah lihat, coba perhatikan lagi sayap ini."
Asheel membelakangi pria berorot itu dan memperlihatkan sayap putih yang bergerak-gerak di punggungnya.
"Eh?" Pria tua berotot itu menatap bocah itu dengan linglung sebelum pandangannya menyapu mereka semua. "Apa, sebenarnya aku hanya salah lihat. Haha..."
Pria berotot itu hanya lalu menggaruk kepalanya dengan canggung, yang membuat diskusi para prajurit di belakangnya berubah menjadi helaan napas.
"Orion-sama ternyata hanya salah lihat."
"Ya, tapi sebelumnya aku melihat dengan benar jika tidak ada sayap di punggung mereka.
"Haha, pasti kau hanya salah lihat."
"Ha ha ha ..."
Para prajurit itu bercanda di sepanjang jalan sebelum salah satu dari mereka mengangkat topik baru.
"Hei, apakah menurutmu Zora-sama terlihat lebih cantik dan dewasa?"
"Ternyata bukan hanya aku yang memperhatikannya, Zora-sama adalah kecantikan yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun. Zekiel-sama sangat beruntung..."
"Benar, Zora-sama menjadi lebih cantik. Aku pasti buta karena tidak menyadarinya sebelumnya..."
"Bukan hanya kau, aku juga!"
Saat mereka saling mengobrol di belakang pemimpin mereka, pria berotot bernama Orion yang memimpin pasukan ini membentak:
"Diam!"
Para prajurit yang sebelumnya saling berbisik menjadi diam dan suasana sunyi telah kembali.
Orion hanya mencoba bersikap tegas di hadapan para bawahanya, tapi sebenarnya dia sangat senang di dalam hatinya. Dia juga memperhatikan jika sosok Zora di matanya menjadi lebih cantik berkali-kali lipat.
Pikirannya terputus saat melihat bangunan di depannya.
"Kita telah sampai!"