"Are, dimana aku...?"
Ingvild yang tubuhnya merasa sangat segar, mengulet tanpa sadar. Saat dia membuka matanya, yang dilihatnya adalah sebuah ruangan asing dengan tiga orang didalamnya.
"Oh, kamu sudah bangun?"
Asheel segera menghampirinya dan duduk di kursi sebelahnya. Shalltear dan Elmen hanya menatapnya dengan penasaran.
Pandangan Ingvild masih buram jadi dia mengusap matanya. Setelah menjadi lebih jelas, yang pertama dilihatnya adalah seorang pria yang tampaknya pernah dia lihat sebelumnya, dan pria itu sedang duduk disebelahnya.
"Ehh, bukankah kamu pria dalam mimpiku?" Ingvild bergumam tanpa sadar.
"Jadi itu masih sebuah mimpi bagimu...." Asheel meletakkan tangannya di dagunya sebelum berkata, "Tidak masalah, tapi kamu masih ingat aku, kan?"
Ingvild menatap Asheel sejenak sebelum mengingat-ingat, "Ya, kamu orang yang mengatakan ingin menyelamatkanku.... Asheel...?
"Itu aku," Asheel mengangguk.
Ingvild tiba-tiba mengingatnya dan segera memeriksa tubuhnya, dia berkata dengan tidak percaya, "... Apakah aku sudah bangun?"
"Ya, selamat atas kesembuhanmu." Asheel tersenyum padanya.
"Tunggu, apa apaan ini ?! Kenapa berhubungan dengan mimpi?" Shalltear segera berkata karena tidak mengetahui satu hal pun yang Asheel dan Ingvild bicarakan, yang membuatnya iri saat melihat mereka berdua seperti memiliki sebuah hubungan. Elmen yang berada dibelakangnya mengangguk dengan keras.
"Shalltear!" Asheel hanya menatapnya tanpa ekspresi. Gadis ini menjadi semakin berani setelah dia menerimanya.
"Kemarilah!" Dia lalu memerintahkannya.
"Y-ya...!" Shalltear memiliki ekspresi panik sebelum buru-buru mendekati Asheel. "Apakah Anda membutuhkan sesuatu dari s-saya, Asheel-sama?"
Asheel menepuk-nepuk pahanya untuk memberi isyarat Shalltear agar duduk diatasnya.
Shalltear memasang ekspresi bodoh sebelum tangannya ditarik oleh Asheel, dan segera, tubuh Shalltear berada di atas pahanya dengan posisinya yang dipangku. Shalltear sementara itu memiliki wajah yang sangat merah di kulit pucatnya.
Asheel yang merasakan tubuh mungil Shalltear lalu memeluknya dari belakang saat kepalanya dia letakkan di bahunya, dia lalu bernafas di lehernya.
"Kyahhh~"
Tubuh Shalltear tersentak saat wajahnya semakin merah dan dia terengah-engah. Saat mencoba untuk menenangkan dirinya, dia merasakan tangan besar Asheel yang meraba-raba seluruh tubuhnya, membuat nafasnya menjadi lebih berat karena sesuatu didalam tubuhnya terbangun.
"Asheel-sama...."
Shalltear mencoba untuk melihat kebelakang saat pandangannya disambut oleh seringai nakal diwajah Asheel.
Asheel merasa tubuh mungil Shalltear sangat wangi dan mudah dibawa. Juga, dia sepertinya menjadi kecanduan untuk memeluknya karena tubuhnya seperti boneka hidup yang sangat nyaman dipeluk.
Pikirannya juga menjadi lebih bersih dan nyaman saat dia memeluk tubuh Shalltear, seperti tubuhnya memiliki efek magis terhadapnya.
"Akan kuceritakan pelan-pelan, ya...." Asheel berkata langsung ditelinganya, lalu menggigit daun telinganya.
"Unyuh~" Shalltear mengerang sambil terengah-engah saat dia tidak bisa lagi mengendalikan dirinya.
Sementara itu, Elmen memiliki ekspresi yang tidak bisa dipercaya diwajahnya. Apakah itu masih vampir yang sama yang meledakkan seluruh Fraksi Carmilla?
Dia tercengang oleh pemandangan itu selama beberapa menit sebelum sadar kembali dan memasang ekspresi linglung diwajahnya.
Ingvild hanya memiringkan kepalanya saat dia mengabaikan pasangan itu dan dia masih memilah-milah ingatannya.
Asheel menceritakan pertemuannya dengan Ingvild setelah semua orang sadar dari linglungnya.
Mereka mendengarnya dengan cermat dan mengangguk dari waktu ke waktu.
Saat mencapai bagian saat Asheel membuat kekacauan didunia bawah, Ingvild dan Elmen tidak bisa berkata-kata.
Apakah menjatuhkan ular laut Leviathan yang mengamuk didunia bawah adalah hal yang sepele?
Mereka berdua yakin bahwa dunia bawah saat ini sedang berada dalam kekacauan. Walaupun ceritanya sulit untuk dipercaya, bagaimanapun itu bisa dikonfirmasi kapan saja.
"Apakah kamu membunuh orang-orang dari Klan Leviathan?" Ingvild bertanya dengan cemas.
Asheel hanya mengangkat bahu dan berkata, "Itu semua aku tidak tahu, Leviathan disana yang memutuskan akan secara tidak sengaja membunuhnya atau tidak. Aku hanya melepaskannya dan tidak jelas dengan situasi disana."
"Lalu, ada yang mati?"
"Mungkin," Asheel mengangkat bahu sekali lagi.
Bagaimanapun, walaupun Klan Leviathan tidak memperlakukannya dengan baik dan malah memandangnya sebagai aib, merekalah yang telah merawatnya secara artifisial selama ini dan bahkan tidak membunuhnya. Dia merasa berhutang budi terhadap mereka.
"Kamu orang yang baik," Asheel tersenyum saat dia memeluk Shalltear lebih erat dengan yang terakhir menunjukkan reaksi terhadapnya.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Dia berkata dan menatapnya dengan serius.
Ingvild terbangun dari rasa bersalahnya saat dia menatapnya sebelum cemberut, "Bukankah sudah jelas, aku akan mengikutimu. Kamu akan bertanggung jawab terhadapku, kan?"
Dia yang saat ini tidak mempunyai apa-apa dan tidak bisa kemana-mana. Kembali ke Klan Leviathan? Jangan bercanda, mereka pasti akan membunuhnya sebab dirinya lah yang membuat Klan Leviathan mendapatkan masalah serius itu. Jadi, pilihan terbaik adalah mengikuti pria didepannya.
Asheel sementara itu menatapnya tanpa ekspresi sekali lagi, "Serius?"
"Sangat serius!" Ingvild mengangguk dengan tegas.
"Hmm, aku ingat bahwa di kafe masih memiliki baju maid cadangan...." Asheel meletakkan tangannya di dagu saat dia mengingat-ingat.
"Tunggu, kamu ingin aku menjadi maid?" Ingvild berkata dengan tidak percaya.
"Apakah kamu ingin menjadi freeloader?" Asheel mendengus karena yang bisa menjadi freeloader hanya dia seorang!
"T-tidak...."
"Dengan aku menampungmu disini, kamu harus bekerja untukku. Aku memiliki kafe maid dan kamu harus bekerja disana." Asheel berkata saat dia bahkan tidak menatapnya dan malah menepuk-nepuk kepala Shalltear.
"B-baik...."
"Tentu saja kamu harus melakukannya setelah tubuhmu kembali normal, mungkin kamu bahkan tidak bisa berjalan dengan normal sekarang...." Asheel mengatakannya sambil menatap tubuh Ingvild.
"Apa yang kamu katakan ?! Tubuhku sudah kembali normal!"
Ingvild tidak mau kalah dan dia mencoba untuk berdiri.
"Kyahh!!!"
Sebelum dia bisa menapakkan kakinya ke lantai, tubuhnya sudah tersungkur ke bawah.
"....." Asheel hanya menatapnya sebelum membuang muka dan bermain-main dengan tubuh Shalltear sekali lagi.
"Hei, bantu aku!"
Tangan Ingvild menepuk-nepuk kaki Asheel sementara yang terakhir hanya mengabaikannya saat seluruh perhatiannya tertuju pada Shalltear.
'Jika saja aku tahu tubuh Shalltear sangat menyenangkan saat dipeluk....' Asheel menyesal tidak menyadarinya lebih awal.
Shalltear sudah berada didunianya sendiri saat dia mengabaikan sekitarnya bahkan tidak mendengarkan apapun yang Asheel dan Ingvild bicarakan. Pikirannya sudah terjun ke perasaan kenyamanan saat dia dimanjakan olehnya.
Elmen sepertinya sudah kebal terhadap semua lelucon disini. Bagaimanapun, dalam pikirannya, pemimpin kelompok yang menyerang bangsanya harus sangat menyeramkan dan galak, bukan?
Ekspetasinya sangat jauh seperti yang dia bayangkan.
Setelah beberapa menit berjuang, Ingvild duduk lagi ditempat tidurnya dengan dibantu Elmen yang selama ini menganggur.
"Juga, kamu harus melatih kemampuanmu itu. Sacred Gear-mu memiliki potensi yang sangat kuat dan jika dilihat dari kekuatannya, maka sudah bisa menyamai Longinus lain. Lagipula, aku tidak membutuhkan bawahan yang lemah."
Asheel berkata dengan dingin di akhir kalimatnya, ekspresinya sangat serius saat itu. Dia lalu menoleh kearahnya sekali lagi sebelum mengabaikannya.
"Ya, aku akan melakukannya." Ingvild berkata dengan bersemangat sekaligus sedih saat mengingat kejadian sebelumnya, tapi saat mendengar kalimat terakhir, entah bagaimana dia menjadi takut.
Takut jika dirinya tidak layak lagi untuknya, maka dia akan dibuang. Klannya memperlakukannya seperti itu, membuatnya takut jika hal itu terulang kembali.
Asheel mengatakan itu karena dia tidak ingin para bawahannya menjadi meremehkan orang lain dan malah hidup seenaknya tanpa mengetahui bahaya disekitarnya. Hal itu juga berlaku untuk orang-orang yang memutuskan untuk mengikutinya.
Pada akhirnya, sebenarnya dia juga takut jika seseorang yang ia anggap penting baginya akan meninggalkannya. Mati misalnya, karena itu dia harus membujuk untuk membuat orang-orang disekitarnya menjadi lebih kuat.
Sejak bawahannya mengikutinya, mereka harus tahu bahwa persaingan dan kenyataan saat hidup dalam Abyss itu keras. Di High Abyss, dia sudah banyak menemui orang munafik yang hanya mementingkan diri sendiri.
Walaupun sebenarnya dia tidak terlalu mempermasalahkannya karena semua orang mempunyai kemunafikan didalam dirinya, tetap saja, dia tidak ingin orang-orang disekitarnya menginjak batas yang telah dia tentukan.
Batasan itu hanyalah omong kosong...
Karena kenyataannya bagaimana? Dia masih memandang rendah manusia dan membiarkan rencana Demiurge membantai mereka.
Mungkin, itu adalah kemunafikan didalam dirinya. Dia hanya peduli pada orang-orangnya, dan masih akan memaafkan seluruh tindakan yang mereka lakukan walaupun itu mengorbankan jutaan jiwa.
Untuk sekarang, dia tidak ingin memikirkannya lagi.
"Kurasa sudah cukup berada disini."
Asheel menatap Shalltear yang pikirannya melayang entah kemana, dia lalu meraba-raba tubuhnya dan tangannya sendiri turun ke pantatnya, menyebabkan tubuhnya tersentak.
Shalltear menjadi sadar kembali setelah itu dan menatapnya dengan bingung, bertanya-tanya kenapa kenikmatan yang dia rasakan berhenti.
"Kurasa kamu kecanduan dengan tubuhmu yang dipermainkan," Asheel tersenyum sebelum menepuk-nepuk kepala Shalltear, menjadikannya berantakan. "Tapi sekarang bukan waktunya. Malam nanti, aku akan membuat waktu spesial untukmu."
Shalltear yang mendengarnya mengangguk malu-malu dengan rona merah diwajahnya. Dia sangat menantikan malam tiba.
"Karena kamu sudah berada disini, kurasa masalahmu sudah selesai, kan? Nah, tidurlah untuk saat ini."
Asheel mencium dahi Shalltear dan menggendongnya, lalu menempatkan tubuhnya tepat disebelah Ingvild berbaring.
"Aku akan menemui Demiurge. Ingvild, istirahatlah untuk saat ini, dan Elmen, kamu bebas melakukan apa saja, jadilah anak yang baik, ya?"
"Ya, ya!" Elmen mengangguk berulang kali.
Asheel selesai berbicara dengan mereka lalu berbalik dan pergi, meninggalkan ruangan ini.
"Asheel-sama ... "
Shalltear bangun sejenak dan mengeluarkan peti mati dari penyimpanannya lalu berbaring didalamnya. Dia menutup matanya dan tidak lama kemudian, dia tertidur.