webnovel

Pria tua mesum

"Fiuuhhh.." Asheel mengusap keringatnya yang tidak ada. Dia menangkap jiwa iblis itu di tangannya. Jiwa itu berbentuk seperti bola api putih transparan yang membara, sesekali menunjukkan ciri khas Iblis Illidan.

Detak!

Jiwa itu diselimuti oleh energi ungu sebelum diserap olehnya. Dia bisa melihat kenangan yang ditinggakan Iblis itu.

Asheel bisa melihat bahwa Iblis itu, Illidan, hidup dengan biadab membunuh sesamanya. Iblis itu menjadi lebih kuat dengan api uniknya yang mampu memakan api lain. Hingga beberapa abad dalam hidupnya, dia mengikuti perang antara tiga fraksi yang dipimpin oleh Tuhan dalam Alkitab dipihak surga, empat Maou di pihak iblis, dan Gubernur Jendral Azazel di pihak malaikat jatuh. Dia berperang di garis depan, tapi sebelum bisa membunuh siapapun, dia mati ditusuk tombak cahaya oleh Michael.

Setelah itu, Tuhan dalam Alkitab mengambil jiwanya dan menyegelnya ke dalam Sacred Gear.

Itulah yang dilihat Asheel dari jiwa yang diserapnya. Dia juga mendapat beberapa informasi yang berguna untuknya, seperti rupa pemimpin tiga fraksi, underworld, dan yang terpenting berbagai fraksi mitologi dewa yang seharusnya menjadi legenda benar-benar hidup di dunia ini. Menurutnya itu yang paling menarik untuknya.

Asheel juga melihat Tuhan dalam Alkitab dari ingatannya, dia memakai topeng di wajahnya yang membuatnya tidak ada yang tahu wajah aslinya.

Asheel mengangkat tangannya dan api hijau muncul di telapak tangannya. Jika Illidan masih hidup, maka dia akan terkejut. Api itu adalah api Iblisnya, api yang bahkan bisa memakan api phoenix yang terkenal dari Klan Phenex.

"Cukup kuat!" Asheel berkomentar setelah merasakan api barunya.

Setelah itu, pedang di tangannya tiba-tiba menghilang. Menggunakan api hijau yang baru didapatkannya, dia membakar sisa rokoknya yang sudah habis.

Tiba-tiba sebuah portal muncul di sampingnya dan Albedo keluar dari sana. Albedo masih mengenakan pakaian biasanya yang berupa gaun putih.

"Asheel-sama, saya mendapat laporan bahwa ada serangga yang berani menyerang Anda. Saya langsung bersiap menuju tempat Anda berada..." Albedo memperhatikan sekeliling dan melihat tubuh tak bernyawa Iblis itu di tanah. "Tapi sepertinya sudah terlambat. Saya sangat menyesal dan berharap Anda akan menghukum saya." Dia menunduk setelah mengatakan itu.

"Tidak perlu, bawalah tubuh itu dan minta ke Demiurge untuk menelitinya. Sepertinya Iblis itu adalah Iblis berdarah murni," kata Asheel lalu beranjak pergi. Dia masih perlu untuk melakukan sesuatu terhadap anak-anak.

Dia berkata seperti itu karena sejak Iblis itu bangkit sepenuhnya, tubuh fisiknya juga berubah seperti saat dia masih hidup menjadi Iblis kelas tinggi berdarah murni. Juga, sangat jarang untuk kekuatan Iblis diubah menjadi Sacred Gear yang sering dikatakan sebagai artefak dewa, tapi sepertinya Tuhan dalam Alkitab benar-benar melakukannya.

Sebelum Asheel pergi, dia menjentikkan jarinya, tiba-tiba kondisi tempat ini berubah menjadi tempat awal sebelum mereka bertarung. Tanah yang retak sudah menghilang, benda-benda yang terbakar api muncul seperti semula, seolah-olah tidak terjadi apapun disini sebelumnya.

Albedo melihat punggung Asheel perlahan menghilang sebelum senyuman di wajahnya lenyap, dia merasa bahwa dia telah mengecewakan Tuannya.

Dia memandang Iblis itu dengan jijik sebelum meminta bawahannya untuk membawanya. Lalu, dia masih perlu untuk melakukan sesuatu.

"Kamu, kemarilah!" Kata Albedo tanpa memandang siapapun.

Tiba-tiba seorang Iblis muncul di depannya dan berlutut. Dia adalah Shadow Demon yang diutus untuk memantau dan mencatat pergerakan Asheel.

Karena Asheel tidak ingin diikuti oleh siapapun dimana-mana, bawahannya menjadi khawatir sekaligus cemas karena tidak akan ada yang bisa menjadi perisainya jika sebuah bahaya muncul. Akhirnya Asheel mengijinkannya dengan membawa seorang budak bawahan untuk memantaunya.

Albedo memandang Iblis di depannya dan rasa kekecewaan muncul dalam hatinya. "Jika saja kamu lebih cepat, aku bisa langsung muncul di sisi Asheel-sama. Seorang bawahan yang gagal tidak perlu lagi ada alasan untuk hidup. Akhiri hidupmu sendiri!"

"Ya, Tuan!"

Shadow Demon akan menikam dirinya sendiri sebelum suara Albedo menghentikannya.

"Tunggu! Aku akan membunuhmu secara pribadi sebagai penebusan untuk menghukum diriku sendiri. Matilah dengan bangga karena kamu bisa melihat Asheel-sama setiap saat." Setelah mengatakan itu, sebuah kapak hitam besar muncul di tangannya. Sebelum Shadow Demon bisa bereaksi, kepalanya sudah terpisah dari tubuhnya. Albedo mengeksekusinya dengan kecepatan suara yang bahkan membelah angin itu sendiri.

Albedo memanggil seorang Shadow Demon lagi dan memerintahkannya untuk mengikuti Asheel. Dia juga memberi beberapa perintah tambahan untuknya.

Setelah Shadow Demon menerima perintahnya, dia segera menghilang dari tempatnya dan melesat pergi dengan cepat melalui bayangan-bayangan yang ada.

...

Sementara itu, Asheel sudah berada di taman. Menggunakan sihir untuk membengkokkan cahaya di sekitarnya, dia membuka portal dan mengeluarkan Issei dan Irina yang masih tidak sadar. Dia menepuk kepala mereka berdua dan menggunakan sihir untuk merubah ingatan mereka. Tapi dia memodifikasinya sehingga jika saja mereka melangkah di dunia supernatural, ingatan tentang kejadian ini kembali padanya.

"Huhh, sepertinya sudah selesai dengan sempurna!" Mengusap keringatnya yang tidak ada, Asheel dengan perlahan membaringkan mereka di kursi.

Sebenarnya sangat sulit untuk melakukannya karena sihir itu adalah sihir skala kecil, sementara energi Asheel sangat meluap yang bahkan dia sendiri sulit untuk mengontrolnya. Rasanya seperti energinya akan bertambah setiap kali dia menyentuh energi lainnya. Artinya, asalkan ada energi di sekitar dirinya, energinya sendiri tidak akan pernah habis karena selalu menyerap energi apapun yang berada disekelilingnya.

Memikirkannya kembali, sepertinya upaya yang baru saja dia lakukan menjadi tidak berguna. Karena Asheel membuat mereka pingsan sebelum mereka berdua bisa melihat apa-apa. Dia menggelengkan kepalanya dan mengabaikannya, sudah terlanjur seperti itu, jadi biarkanlah.

"Dimana aku?" Yang pertama bangun adalah Issei, dia terlihat bingung saat melihat sekeliling. "Ah, aku ketiduran!"

"Kamu sudah bangun..." Asheel melihat Issei bangun.

"Apa yang terjadi, kenapa aku tidur disini?" Issei bertanya dengan linglung.

"Kamu tidak ingat?"

"Tidak.." Saat melihat sekeliling, dia melihat Irina masih tidur.

"Seekor anjing tadi mengejarmu dan kamu lari. Saat kamu lari, kamu tersandung dan jatuh tepat di dahimu menyebabkan kamu pingsan. Irina mengusir anjing itu, setelah itu dia menunggumu bangun sampai dia ketiduran." Asheel membuat omong kosong. "Lihat lututmu dan kamu akan tahu, dan juga rambutmu masih kotor."

Issei memperhatikan dirinya sendiri, dia melihat lulutnya sedikit terluka dan rambutnya terdapat banyak pasir. Saat dia menyentuh dahinya, "Aww, sakit!"

Nah, Asheel melakukan sesuatu padanya sebelumnya.

Beberapa saat kemudian, Irina bangun dan bingung seperti Issei. Asheel mengeluarkan omong kosong lagi dan tidak butuh waktu lama untuknya tenang.

Saat mereka saling berbicara diantara mereka sendiri, Asheel memperhatikan seorang lelaki tua mencurigakan duduk dengan tenang, membawa sebuah tongkat yang disandarkan di tangannya, dan melihat para ibu-ibu muda yang saling memamerkan anak-anaknya di taman. Ekspresinya berubah-ubah, kadang senyum kadang cemberut, dan kadang tertawa sendiri.

Odin merasa bahwa seseorang menatapnya, dia menoleh dan melihat seorang pria muda berambut hitam panjang dan mengenakan kemeja hitam yang menatapnya dengan aneh.

Dia melambai ke arahnya.

Asheel merasa terpanggil, dia berdiri dan berjalan menuju lelaki tua itu. Dia memberi tahu anak-anak terlebih dahulu. "Kalian bermainlah diantara kalian sendiri, aku akan menyapa seorang kenalan."

Issei dan Irina mengangguk dan bermain di antara mereka sendiri.

"Oii, mesum tua, apakah menyenangkan memantau para wanita muda, bukankah kamu hanya akan membuat mereka takut dengan penampilanmu yang mencurigakan itu." Asheel segera berkata setelah menghampirinya.

"Hee, anak muda sekarang tidak bisa menghargai keindahan yang ada tepat di depan kita." Odin mendengus kepadanya.

'Anak muda?' Asheel mengernyitkan dahinya. Dia sudah hidup selama jutaan tahun atau bahkan lebih, baru pertama kalinya seseorang memanggilnya muda. "Haha, aku memang seorang pemuda!"

"Kau mengatakan itu seolah-olah sudah hidup lama." Odin mempertanyakan reaksinya. Dia juga sudah lama hidup, dan pada dasarnya dia adalah seorang Dewa Asgard yang telah aktif sejak zaman kuno.

"Yaa~ Aku cukup berpengalaman dalam hidup." Mungkin juga, Asheel sudah ada sebelum dimensi ini tercipta.

Odin terkekeh, lalu melanjutkan mengamati wanita-wanita itu.

Asheel melihat Odin mengamati para wanita dengan penampilannya yang mencurigakan.

Odin adalah seorang pria tua yang memiliki janggut dan kumis yang tebal di wajahnya, dan mengenakan penutup mata bulat di mata kirinya. Pakaiannya pun sudah terasa mencurigakan. Asheel mencatat dipikirannya bahwa dia harus menjauhkan Aura dan Mare dari orang ini.

"Aku merasa bahwa kamu sedang memikirkan sesuatu yang tidak sopan tentang aku," Odin berkata tanpa melihatnya.

"Itu hanya perasaanmu pak tua," Ashel tidak mengakuinya.

"Kamu sepertinya bersenang-senang dengan anak-anakmu."

Asheel memiliki tanda centang di dahinya, dia akan merasa bodoh jika anaknya akan menjadi seperti Issei. Anaknya haruslah anak yang manis dan penurut.

Asheel menggelengkan kepalanya, "Mereka bukan anakku, sepasang orang tua tertentu menyerahkan anak-anak mereka kepadaku. Jadi aku hanya mengajaknya ke sini."

"Begitu.." Suasana diantara mereka berdua menjadi tenang.

Setelah keheningan beberapa saat, Asheel menatap pak tua di depannya dan bertanya. "Apa yang dilakukan orang sepertimu disini? Kamu sepetinya memiliki keilahian di tubuhmu, apakah kamu seorang Dewa atau semacamnya?"

Odin tersentak dan terkejut setelah Asheel mengutarakan pertanyaannya, dia menyipitkan matanya dan merasa pemuda di depannya berbahaya. Dia juga tidak merasakan apa-apa saat melihatnya, seolah-olah dia manusia biasa, tapi sepertinya orang ini berbaur dengan baik di dalam masyarakat. Padahal, dia juga menyembunyikan aura apapun yang bocor dari tubuhnya dan sudah yakin dengan penyamarannya.

Chương tiếp theo