webnovel

Perubahan Wujud

Terkadang, di dunia ini memang terdapat hal-hal yang sangat sulit masuk di akal. Kita sebagai manusia, tentunya juga memercayai jika manusia bukanlah satu-satunya makhluk yang tinggal di dunia ini. Terdapat banyak hal yang tidak dapat diterima oleh akal sehat. Namun, yang diucapkan Siji pada papanya saat ini benar-benar keterlaluan.

"Jangan ngaco, Bang Siji! Mana mungkin Dede Rei berubah menjadi kucing seperti itu! Mana kucingnya buluk lagi. Kalau bercanda itu yang masuk akal sedikit napa, Bang! Abang kira ini drama fantasi, huh?!" kesal Tuan Yudha.

Tuan Yudha Pradhika tadi enak-enakkan ngopi sambil makan gorengan. Lalu, tiba-tiba Siji berlari ke arahnya dan mengatakan hal yang mustahil, bahwa Reiji telah berubah menjadi menjadi kucing.

"Abang serius, Papa! Dede Reiji sungguhan berubah menjadi kucing ini. Reiji telah melakukan sebuah pantangan di tempat keramat, dan dia sekarang dikutuk menjadi kucing seperti ini, Pa!" Siji berucap semeyakinkan mungkin.

Padahal, Siji pun sebenarnya tidak yakin dengan leluconnya sendiri. Siji merutuki ide konyol Reiji ini. Mana ada hal semacam ini di dunia? Otak Reiji itu sepertinya sudah banyak dicekoki drama fantasi oleh Yuji. Kedua adiknya itu mungkin sudah menjadi korban drama, batin Siji miris.

Tuan Yudha masing tercenung beberapa saat. Ia memperhatikan secara bergantian antara Siji dan juga kucing yang berada di tangan Siji.

Kucing yang berada di tangan putra sulungnya itu memang terlihat menyebalkan, ya 11 12 dengan kelakuan anak bungsunya sih.

Namun, Tuan Yudha bingung juga saat ini. Selama 37 tahun hidupnya ini, Tuan Yudha belum pernah menemui kasus seorang manusia bisa berubah menjadi kucing. Selain yang ada di komik, drama dan anime genre fantasi.

"Jadi, Papa sungguhan enggak percaya apa yang dikatakan Abang saat ini?" Siji kembali bertanya. Ia memasang wajah sedih dan kecewa, yang membuat Tuan Yudha menjadi merasa bersalah.

"Bukan seperti itu, Bang. Kalau Bang Siji mampu menjelaskan secara detail kejadiannya. Mungkin Papa akan lebih dapat menerima," ungkap Tuan Yudha. Ia sepertinya mulai terpengaruh dengan ucapan anak sulungnya itu. Sepertinya, Siji sudah sedikit menguasai bakat manipulatif seperti halnya Yuji saat ini.

Siji langsung terdiam sambil menggaruk pipinya saat ini. Ia bahkan belum mengarang cerita apa pun untuk membuat Papanya ini percaya akan leluconnya.

Ini salah Yuji juga. Yuji seenak perutnya saja menyuruh-nyuruh Siji melakukan hal konyol ini. Sedangkan, Yuji tak memberikan instruksi apa pun tentang apa yang harus dilakukan Siji jika orang tua mereka bertanya yang aneh-aneh.

"Kenapa diam, Bang Siji? Papa jadi kembali meragukan akan ucapan Bang Siji tadi. Jangan-jangan ...." Tuan Yudha sengaja menggantung kalimatnya. Ia berpose memijit dagu sambil terus memperhatikan Siji dan kucing dua warna itu bergantian.

Siji jadi teringat sesuatu. Ini memang terlihat memalukan. Tapi, Siji akan rela menirukan 'jurus merajuk' yang biasanya menjadi andalan adik bungsunya, Reiji.

Reiji akan menggunakan jurus merajuk apabila orang-orang di sekitarnya tidak menuruti apa keinginan Reiji. Bungsu dari Pradhika's Triplet itu memang yang paling manja di antara ketiganya.

Siji menghela napas dalam-dalam, setelah itu mengembuskannya perlahan. Ia akan membuang rasa malunya, demi melancarkan lelucon yang susah-sudah adiknya buat ini.

Siji membanting tubuhnya di sofa, sebelah Tuan Yudha bersantai. Siji masih mendekap kucing kecil yang berwarna hitam, dan terdapat warna putih juga di bagian perut kucing itu. Seharusnya, Yuji memilihkan kucing yang sedikit tampan seperti Reiji, bukannya kucing liar buluk seperti ini. Pantas saja Papa mereka tidak percaya, batin Siji.

Tuan Yudha yang melihat perubahan ekspresi putra sulungnya yang kini terlihat begitu sedih, mulai merasa bersalah.

Tuan Yudha memperhatikan Siji yang terus mengelus kucing kecil itu dengan penuh kasih sayang. Tuan Yudha tahu jika putra sulungnya itu selama ini tidak menyukai hewan peliharaan apa pun. Jika sikap Siji pada kucing liar itu tiba-tiba penuh kasih, apa benar-benar kucing itu adalah Reiji yang dikutuk menjadi kucing, seperti ucapan Siji tadi? Tuan Yudha kembali membatin.

"Baiklah! Baiklah! Katakanlah memang kucing yang sedang Abang bawa itu perwujudan Dede Reiji. Lalu, apa Abang bisa membuktikan ciri-ciri khusus tentang kucing itu untuk meyakinkan papa jika kucing itu memang kucing jadi-jadian?" Tuan Yudha mengajukan permintaan yang membuat Siji harus kembali memeras otaknya untuk memikirkan jawaban yang tepat.

Bersambung ....

Chương tiếp theo