webnovel

Curhatan Fanya

Curhatan Fanya

Untuk gadis licik seperti Bella, tentu saja akan sangat mudah untuknya menemukan rencana apa yang akan ia dan kedu temannnya itu rencanakan untuk memberi Fanya pelajaran.

"Gue yakin banget, setelah ini pasti Fanya akan sangat ketakutan dan ia juga pasti akan berfikir 1000 kali lagi untuk sok kecantikan di sekolah ini," ujar Bela.

Sebenarnya penampilan Fanya sekarang ini adalah permintaan dari Deka. Pria itu yang menyuruh Fanya untuk mengubah penampilannya.

Alasannya hanya karena Deka tidak suka melohat Fanya yang berpenampilan cupu seperti biasanya.

"Gue benar-benar gak habis fikir kalau penampilan gue yang sekarang ini justru mengundang musuh," ucap Fanya.

Gadis itu kini sudah sampai di kediaman rumah Deka. Ia langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengunci rapat-rapat kamarnya.

Saat ini yang ingin Fanya lakukan hanyalah menangis, meratapi nasibnya yang tidak seberuntung teman-teman yang lainnya.

"Kenapa sih ini itu harus terjadi sama gue, gue juga ingin hidup bahagia sama kaya yang lainnya!" ujar Fanya.

Suaranya begitu memilukan bagi siapa saja yang mendengarnya, untung saja Fanya sedang berada di dalam kamarnya jadi hanya ia saja yang mendengarkannya.

Ia tatap pantulan dirinya dari cermin, dan begitu menyedihkannya sekarang ini.

Di buang oleh ibu kandungnya sendiri yang lebih memilih hidup bersama ayah tirinya.

"Kalau saja ayah masih ada pasti hidup gue gak akan seperti ini, pasti sekarang gue masih hidup damai di rumah itu!" uhar Fanya.

Suaranya begitu bergetar, di tambah lagi dirinya tidak berhenti menangis.

"Ya Tuhan, sampai kapan Fanya akan mengalami hidup yang sulit ssperti ini. Rasanya Fanya benar-benar sudah tidak sanggup ya Tuhan!" rintihnya.

Suara mobil Deka terdengar dari kamar Fanya, maka gadis itu langsung berpura-pura tidur karena ia malas sekali jika harus membahas tentang permintaan Deka semalam.

"Yang benar saja gue hanya mau di jadikan sebagai alat penghasil anak, gue gak serendah itu!" tegas Fanya.

Terlihat mobil sudah terparkir di garasi rumah itu. Deka yang baru saja melepas jasnya dan melemparnua ke sembarangan arah pun langsung bergegas mandi.

Pekerjaan Kantor yang banyak hari ini rupanya membuat ia sangat penat, maka itu Deka memutuskan untuk mandi menggunakan aroma terapi agar tubuhnya merasa fres.

"Banyak banget yang gue kerjain hari ini, jadi lupa kan gue harus menekan gadis itu agar mau menikah," ujar Deka.

Karena ia sangat yakin sekali kalau Fanya pasti sudah tertidur.

Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 22.00, rupanya Deka berendam di dalam bathup cukup lama sekali.

"Gila udah jam segini aja sekarang, gue harus segera bangkit dari bathup," ucap Deka.

Pria itu kemudian mengenakan handuk di pinggangnya untuk menutup bagian intimnya, setelah itu Deka pun akhirnya mencari baju tidur di dalam almarinya.

Rasa lelahnya membuatnya ingin segera tertidur hingga ia melewatkan makan malamnya.

Fanya yang ternyata belum tidur pun keluar dari kamarnya, gadis itu heran karena tidak mendengar suara Deka sejak pulang tadi.

Tidak mau mengambil pusing karena ini justru bagus jadi Fanya bisa leluasa ke dapur untuk mengambil air putih tanpa gangguan dari Deka.

Niatnya keluar kamar memang karena ia ingin mengambil air putih untuk persediaan di kamarnya.

Malam semakin larut, Fanya kembali ke kamarnya untuk tidur.

***

Udara pagi ini membuat tidur Fanya semakin nyenyak. Gadis itu enggan sekali untuk bangun dari tidurnya.

"Huaaa, rasanya masih ngantuk banget gue!" ucap Fanya sembari menguap.

Gadis itu merapatkan kembali selimutnya yang sempat tersibak sedikit.

"Kamu tidak masuk sekolah, tumben belum bangun?" tanya Deka yang entah sejak kapan sudah berada di kamarnya.

Rupanya semalam Fanya lupa lagi mengunci pintu kamarnya hingga membuat Deka bisa masuk sesukanya ke kamarnya.

"Ini baru mau bangun kok," sahut Fanya.

Sebisa mungkin ia harus bersikap biasa, ia tidak boleh twrlihat takit dengan Deka. Karena semakin Fanya memperlihatkan ketakutannya Deka pasti akan sangat senang.

"Gue gak boleh lemah, iyaa gue harus melawan cowok gila ini!" ujar Fanya dalam hati.

Saking sebelnya Fanya kepada Deka hingga ia punya beberapa julukan untuk pria itu.

"Bagaimana, sudahkah kamu memikirkan tawaran saya itu?" tanya Deka yang tidak mau terlalu berbasa-basi.

"Tunggu dulu," ujar Fanya. "Kalau seandainya saya itu tidak mau menerima tawaran itu, apa yang akan kamu lakukan," jawab Fanya.

"Saya akan meminta jatah saya yang twrtunda itu dan ingat saya tidak akan memberikan ampun lagi!" tegas Deka.

"Bukankah kesalahan saya itu hanya kesalahan kecil saja, dan seandainya anda itu mebngijinkan saya untuk bekerja anda tidakperlu menekan saya sepeperti sekarang ini!" ucap Fanya.

"Saya tidak sedang memberikan kamu keringanan, jadi pilihannya hanya ada dua, kamu mau menuruti keinginan saya itu atau sekarang juga saya akan meminta jatah saya," tegas Deka.

Saat ini Fanya seperti tengah berada dalam suatu bahaya yang jika ia mundur atau pun maju hasilnya akan tetap saja ia akan terluka.

"Saya harap kamu tidak mengecewakan saya," ujar Deka.

Pria itu keluar dari kamar Fanya karena ia harus segera ke Kantor. Masih banyak pekerjaan yang harus di kerjakannya.

Setidaknya Fanya kini bisa bernafas lega karena Deka telah keluar dari kamarnya. Namun nanti malam, ia akan hancur kalau saja tidak mengambil keputusan yang bijak.

Lalu bagaimana jika keputusan bijaknya itu justru menghancurkan hidupnya.

"Gue harus apa? Bagaimana dengan masa depan gue setelah ini!" ujar Fanya.

Gadis itu bangkit dari ranjangnya dan memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.

"Mendingan gue sekolah dulu aja, dari pada gue pusing-pusing mikirin masalah ini!" ucap Fanya.

Sampai di Sekolahnya Fanya langsung duduk di Kantin bersama Lisa dan Maya. Kedua sahabatnya yang selalu setia menemani Fanya dalam keadaan suka maupun duka.

"Kalau sudah seperti ini masalahnya kalau saran gue sih mendingan elo menikah aja dengan cowok itu Fan," ujar Lisa.

"Tapi bagiama dengan sekolah gue Lis, gue masih ingin mengejar impian dan cita-cita gue," sahut Fanya.

"Masih bisa lo kejar Fan, dari pada lo menolak tawaran dia dan lo juga akan tetap hancur kan? Lagian ketika elo menikah dengan dia lo memberikan dia ketirunan udah masalah lo selesai dan elo bisa bebas kembali. Dan dengan uang yang di berikan cowok itu lo bisa gunakan untuk mengejar cita-cita elo!" ucap Lisa.

"Menurut gue satu-satunya cara ya cuma itu Fan, lo harus ikhlasin masa muda lo yang mungkin tidak berjalan seperti remaja yang lainnya. Tapi elo masih bisa buat memperbaiki semuanya, nanti setelah semuanya masalah lo selesai," tambah Maya.

Chương tiếp theo