Kisah tentang sepasang suami istri, yang mencoba memenuhi fantasi terdalam yang tak pernah mereka tahu tersimpan dalam hati mereka. Pengabdian, cinta. kesetiaan, mereka manipulasikan demi terpuaskan hasrat kelam mereka. Mereka memanipulasi perasaan masing-masing, demi tercapai hasrat fantasi seksual, kehadiran orang ketiga yang sengaja mereka pilih mampu memenuhi semua fantasi mereka. Namun dalam berjalannya waktu, semua menjadi tak terkendali, dan membuat pernikahan yang mereka bangun selama 10 tahun berada di ujung tanduk bagaimana kisah ini selanjutnya, mari kita sama-sama menyimak sebuah kisah sederhana, berdasarkan fantasi penulis, semoga bisa di ambil hikmahnya.
Andi, pria berusia 42 tahun bekerja sebagai pns di salah satu BUMN, sebagai pegawai negeri pekerjaan mengharuskannya berpindah pindah tugas, sejak menjadi PNS sudah hampir 10 kota dia berpindah, ada yang lebih dari 2 tahun, ada juga yang hanya 6 bulan.
Rina, istri Andi wanita berusia 31 tahun adalah wanita yang cantik kulitnya putih dengan postur tinggi semampai.
Pernikahan Andi dan Rina sudah hampir 10 tahun, dari pernikahan itu mereka telah dikarunia putra bernama Akbar yang kini berusia 7 tahun.
Andi menikahi Rina saat Rina masih kuliah, pernikahan keduanya karena perjodohan keluarga, karena saat itu Andi di mata orang tua Rina adalah pemuda bermasa depan cerah, dengan latar belakang keluarga yang terpandang.
Kala usia pernikahan 1 tahun Rina sempat hamil, namun sayangnya bayi yang dilahirkan Rina meninggal dunia, menurut dokter, penyebab kematian bayi Rina, karena perkembangan organ paru paru sang bayi tidak sempurna. Lalu 6 bulan berikutnya Rina kembali hamil, sayangnya saat usia kandungan 14 minggu, Rina mengalami keguguran.
Sejak itu baik Andi dan Rina sepakat, untuk menunda kehamilan hingga Rina lulus dan wisuda, akhirnya mereka dikarunia putra saat usia pernikahan 3 tahun.
Karier Andi sendiri tidak terlalu berkembang dengan pesat, bahkan cenderung lambat, saat teman satu angkatannya sudah menjadi kasub, Andi hanya menjadi pns tanpa jabatan, malah dia sering ditugaskan ke wilayah yang kering.
Bukan rahasia umum koneksi dalam pekerjaan sangat dibutuhkan, sedangkan Andi tidak punya koneksi yang bisa memberikan sebuah tugas untuk mengangkat prestasinya.
Karakter antara suami istri Andi dan Rina cukup berbeda, jika Andi kesannya kaku dan serius, maka istrinya adalah wanita muda yang menarik dan supel. Saat kuliah dulu Rina mempunyai banyak teman, baik pria atau wanita, berkat pergaulan yang luas, dan tentunya penampilan fisiknya yang menunjang, Rina sering mendapat tawaran menjadi spg pameran automotive, saat kuliah dulu
Saat ini Andi ditugaskan di cabang sebuah BUMN di kota Solo, Jawa Tengah, sudah hampir 6 bulan Andi pindah bertugas, pasangan Andi dan Rina menempati sebuah rumah dinas yang tidak terlalu jauh dari kantor.
Akbar anak mereka tidak ikut pindah, orang tua Rina melarang Akbar dibawa, dan kebetulan Akbar baru saja masuk sekolah SD, Andi dan Rina beranggapan, akan cukup merepotkan kalau harus urus surat pindah sekolah kembali. Jarak Solo - Jakarta juga tidak terlalu jauh, terkadang sebulan sekali saat jumat sore bergantian Rina atau Andi menengok putra semata wayang mereka, dan minggunya mereka balik ke solo.
Kehidupan rumah tangga Andi dan Rina berjalan normal saja, walau saat awal pernikahan mereka, Rina yang periang sempat sulit beradaptasi dengan suaminya yang cenderung kaku, namun seiring berjalannya waktu, Rina mencoba untuk memahami karakter suaminya itu
Tak terlalu banyak pertengkaran dalam 10 tahun kehidupan rumah tangga mereka, hubungan intim juga berjalan biasa-biasa saja, Andi adalah pria konservatif sehingga dalam hubungan intim pun cenderung kaku, oral seks, atau gaya-gaya seks seperti doggie style, women on top dan lain-lain merupakan hal yang asing bagi kehidupan seks pasangan Rina dan Andi.
Rina merasa kehidupan seksual mereka tidak pernah seru, hanya sebatas kewajiban saja, bahkan sejak menikah dan pertama kali digauli suaminya hingga 10 tahun pernikahan, Rina tak pernah mnerasakan apa itu orgasme.
Namun Rina adalah seorang wanita yang di didik dengan baik oleh orang tuanya, baginya seks bukanlah perkara besar paling tidak sekarang ini, saat ini.
Selama ini suaminya sudah menjadi suami yang bertanggung jawab, semua gajinya diserahkan ke Rina, pulang selalu tepat waktu, bahkan hari liburpun tidak pernah suaminya itu keluyuran gak jelas tanpa sepengetahuan Rina.
Rina merasa itulah yang terbaik, rasa ketidakpuasan dalam hubungan seksual bisa dia kesampingkan, Rina hanya ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik buat keluarga kecilnya.
***
Malam itu setelah asik berchat ria di grup WAG, Rina lalu mencharge hpnya, dan kemudian dia pergi tidur, sebelumnya dia sempat video call dengan Akbar putranya.
Andi masih asik dengan pekerjaannya di laptop, setelah menyelesaikan pekerjaannya, Andi mematikan laptop, dan masuk ke kamar, dilihatnya istrinya sedang tidur, dia kemudian tidur disamping istrinya, dia merasa horni malam itu, kemudian didekatinya istrinya yang sedang tidur.
"Bun, dah tidur?" bisik andi lirih, Rina hanya menjawab dengan deheman.
"Bun, ayah pengen." ujar andi, kemudian Andi membuka kancing piyama Rina, Andi selalu takjub melihat payudara istrinya, kebiasaan Rina yang tidak menggunakan bra saat tidur, membuat Andi langsung melihat buah dada istrinya yang begitu putih dengan putting agak pucat, diremasnya buah dada istrinya.
Rina membuka sedikit matanya, gairahnya perlahan mulai terusik, saat suaminya mengenyot putingnya, menjilati buah dadanya bergantian kiri dan kanan, Andi lalu menarik celana panjang piyama istrinya itu, dan kemudian membuka celana dalam istrinya.
Rina benar-benar sudah terjaga sekarang, perlahan dia angkat pinggulnya agar suaminya bisa membuka cd nya dengan mudah.
Andi semakin terangsang melihat gundukan tembem di tengah selangkangan istrinya, paha istrinya yang mulus dengan kulit agak kemerahan, bulu kemaluan yang terawat dengan baik, membuat penis Andi semakin tegang.
Andi mengelus belahan vagina istrinya, mulutnya tetap mengenyot puting istrinya.
"Yah mainin dong vagina aku dengan lidah." Rina ingin sekali mengatakan itu, namun kata kata itu hanya tersimpan di tenggorokan, Rina merasa malu untuk mengatakan itu.
Rina yang terpejam mencoba menikmati gairahnya yang semakin meninggi akibat kenyotan suaminya pada putingnya yang sensitive, entah sejak kapan, Andi tau2 sudah telanjang bulat, dia memposisikan dirinya didepan selangkangan istrinya, kaki Rina direngangkan.
Rina kemudian membuka matanya melihat aksi suaminya itu "kok udah mau masukin aja yah." kembali kata-kata itu hanya di tenggorokan saja tertinggal.
Rina membiarkan penis suaminya mencoba memasuki liang vaginanya, terasa perih saat penis suaminya masuk, bukan karena penis itu besar, tapi karena lubrikasi vaginanya belum sempurna akibat rangsangan yang kurang, namun walau begitu vagina akan secara alamiah memaksakan pelumasan.
Perlahan rasa perih itu hilang, Rina merasa penis suaminya timbul tenggelam dalam radar syaraf vaginanya, kadang terasa ada, kadang hilang, bagai sinyal hp yang suka penuh atau lenyap.
Rina mencoba mendesah, tapi apa yang mau didesahkan sedangkan syaraf vaginanya mengirim sinyal yang hilang timbul ke otaknya.
"Hhooohh aohh," tak berapa lama Andi mengejam dan mengeram.
Rina merasakan ada cairan meleleh di permukaan vaginanya, dan Rina tau persis itu cairan air mani suaminya, ya suaminya sudah klimaks, padahal cuma sekitar 2 menit lalu permainan itu dimulai.
"Ohh." Andi kemudian ambruk kesamping istrinya, tak lama terdengar dengkurannya, Rina hanya melirik ke suaminya yang sedang asik mendengur, dia kemudian bangkit dari ranjang, menuju ke kamar mAndi.
Rina membersihkan sperma suaminya yang masih tertinggal dalam vaginanya, Rina duduk di closet, Rina mengobel vaginanya mengeluarkan seluruh sperma suaminya itu, perlahan dia lalu mengelus klitorisnya sendiri, tak lama Rina mencapai orgasmenya.
"Sudah sepuluh tahun menikah, kamu tetap tak bisa memuaskan aku bang, aku bisa memuaskan diriku lebih baik dari dirimu." batin Rina.
***
Seminggu Kemudian
Frans Wenda, baru saja diangkat menjadi kepala cabang BUMN tempat Andi bertugas, dalam hirarki pekerjaan, Andi merupakan bawahan langsung dari Frans Wenda, malam itu Rina menemani Andi menghadiri acara perkenalan atasan baru suaminya.
Frans Wenda sendiri adalah seorang pria dari Maumere, Nusa Tenggara Timur, aslinya dia adalah orang papua, namun sejak usia 5 tahun pindah ke maumere, usianya saat ini sudah 52 tahun, sebelum menjadi kepala cabang solo, beliau bertugas di Kalimantan.
Postur pak Frans Wenda sendiri seperti orang papua pada umumnya, tinggi besar dengan kulit kehitaman, karakternya sangat ramah, murah senyum.
***
Andi menghampiri Frans Wenda yang sedang menerima ucapan selamat dari beberapa koleganya.
"Selamat malam pak Frans Wenda, saya Andi dan ini istri saya Rina, selamat ya pak atas promosinya." Ujar Andi.
"Ohh anda pak Andi ya, terima kasih pak Andi, dan terima kasih buat bu Andi yang sudah hadir." kata Frans Wenda sambil bersalaman dengan keduanya.
Mata Frans Wenda melekat ke Rina yang saat itu tampil anggun dengan gamis hitam yang kontras dengan bagian pergelangan tangan yang tidak tertutup gamis.
"Pak Andi pria beruntung, istri bapak sangat anggun sekali dan cantik." ujar Frans Wenda sambil tersenyum.
Rina merasa tidak nyaman berhadapan dengan atasan baru suaminya ini, ada kilatan aneh dimata Frans Wenda saat bertatapan dengannya, Rina hanya tersenyum menanggapi ucapan Frans Wenda.
"Ah bapak bisa saja, oh ya istri bapak mana?" tanya Andi kemudian.
"Istri saya sudah meninggal pak Andi, anak-anak saya juga sudah besar, mereka tinggal di luar negeri semua," jawab Frans
"Ohh maaf pak saya tidak tahu." timpal Andi merasa canggung,.
"Gak apa pak Andi." jawab Frans Wenda kemudian.
"Jadi bapak disolo ini tinggal sendiri?" kata Andi.
"Ya pak Andi, saya juga kan sebentar lagi memasuki masa pensiun," jawab Frans Wenda.
"Oh ya maaf pak Andi saya mau menelpon Jakarta dulu, silahkan pak Andi nikmati hidangan yang saya suguhkan, silahkan bu Andi" ujar Frans Wenda kemudian mengakhiri perbincangan mereka.
Andi dan Rina kemudian menuju tempat suguhan makanan, sambil menelpon, Frans Wenda memperhatikan punggung kedua pasangan tersebut terutama Rina, dia sempat melihat pergelangan kaki Rina yang tak tertutup gamis, terlihat putih bersih. Perlahan ada desiran di hati Frans Wenda.
***
"Yah kok aku merasa aneh ya dengan atasan ayah yang baru itu," ujar Rina saat dalam mobil di perjalanan pulang dari acara.
"Maksud bunda apanya yang aneh? ada ada aja perasaan bunda ini, apa karena dia dari papua, jadi keliatan serem?" timpal Andi sambil tersenyum.
"Gak lah bunda gak ngomongin fisiknya, entahlah bunda canggung aja dekat dia tadi." ujar Rina kemudian.
"Sudahlah jangan berpikiran aneh-aneh, edwin cerita, katanya pak Frans Wenda itu bos yang baik." ujar Andi kemudian sambil fokus menyetir.
"Ohh ya mas Edwin sekarang dimana yah?" tanya Rina, dia tau Edwin adalah kawan suaminya satu Angkatan saat masuk jadi pns dulu.
"Edwin sekarang ada di bandung bun, dia jadi Ka-Sub di kantor cabang utama." jawab Andi.
Rina yang saat itu menyender di kursi, kemudian bangun dan kemudian melihat suaminya yang sedang fokus mengemudi.
"Yah maaf ya, kok karier ayah beda sih dengan Edwin, walaupun golongan ayah sama, tapi Edwin udah dapat jabatan Ka-Sub." Rina bertanya agak sedikit takut kalau suaminya tersinggung, sejenak Andi menoleh ke istrinya, lalu kembali fokus ke depan.
"Kata edwin, kariernya sekarang banyak dibantu pak Frans Wenda bun, makanya Edwin bilang ayah beruntung bisa dapat atasan seperti pak Frans Wenda, soalnya beliau pernah jadi atasan si Edwin, ya mudah-mudahanan aja nanti karier ayah juga bakalan dibantu ya bun." jawab Andi.
"Aamiin, semoga ya yah." timpal Rina.
***