webnovel

Ulang Tahun Erina (1)

Hari dimana pesta ulang tahun Erina berlangsung.

Di hotel bintang lima dengan dekorasi yang sangat mewah, cocok sekali dengan karakter Erina yang glamour. Aslam memasuki ruang pesta, dengan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya, ia hanya berdiam diri mengamati dekorasi pesta yang mengingatkannya akan kejadian tahun lalu dimana dirinya berulang tahun sekaligus hendak menikahi Erina. Ia tersenyum kecut.

Nuansa dan warna yang hampir sama.

"Ternyata kamu di sini, Hon!" Erina tiba, tangannya langsung melingkari lengan Aslam.

"Wow, you look so handsome, Honey," pujinya kemudian, berjinjit untuk mencium pipi Aslam namun pria itu menghindarinya membuat Erina mencebik kesal. Good job, Aslam!

Ya, tak bisa Erina pungkiri pria di sampingnya sungguh berkharisma. Mengapa ia begitu bodoh dan baru menyadarinya sekarang?

Tekadnya semakin kuat, ia harus mendapatkan Aslamnya kembali!

"Menurutmu gimana? Bagus, bukan?" Erina bertanya, memecah keheningan karena Aslam tak kunjung bicara.

"Hm,"

Erina memberengut kesal mendengar jawaban Aslam. Lagi-lagi hanya itu tanggapannya.

"Lihat, gimana tampilanku hari ini?" tanya Erina lagi.

Aslam melepaskan tangan Erina dari lengannya, kemudian ia mengamati tampilan Erina dari kepala hingga ujung kaki.

Serba merah...

Kalau dulu ia akan langsung memuji dan terkagum-kagum akan kecantikan Erina dan tanpa melihat situasi ia akan menarik lalu menyergapnya kemudian di bawah kungkungannya. Namun, entah mengapa saat ini dirinya hanya ingin tertawa sehingga suara kekehan keluar begitu saja tanpa bisa ditahan.

'Nenek sihir bergincu merah'

Kata-kata itu tiba-tiba terngiang dan terlintas di kepalanya.

"Kenapa? Apa aku tampak lucu? Mengapa kamu sepertinya hendak menertawakanku?" Erina merasa kikuk, takut penampilannya tak sempurna.

"Nice. Seharusnya dana yang aku investasikan tidak digunakan untuk hal-hal yang tidak berkualitas, bukan?" ujar Aslam sambil lalu meninggalkan Erina.

Erina mengepalkan tangannya. Investasi? HAH! Calm down, Erina...

Sedikit lagi, kamu harus bisa menaklukkan seorang Aslam!

.

.

.

Suasana pesta semakin meriah karena para tamu undangan kian berdatangan. Suara musik mengalun menghiasi suasana pesta yang belum dimulai. Sebagian orang berlalu lalang menikmati musik dan berjoget ria karena grup band yang Erina undang untuk melengkapi acara ulang tahunnya adalah grup band ternama tanah air. Sebagian orang lagi sibuk mencicipi berbagai makanan serta cemilan yang disediakan di prasmanan pesta.

***

"Kamu yakin mau datang ke pesta itu?"

"Hm, aku yakin. Lihat, aku udah dandan cantik kayak gini, masa gak datang."

"Tapi_"

"Gakpapa, Bang. Kita gak usah berburuk sangka sama niat baik seseorang. Mbak Erina datang dengan memberikan undangan agar kita datang ke pesta ulang tahunnya."

"Apa kamu gak akan merasa risih karena suami kamu yang gak bertanggung jawab itu malah mendampingi selingkuhannya?"

"Pacar, Bang..."

"Itu dulu, sekarang selingkuhan karena kamu istrinya!"

"Ssst...Abang stereo ih! Dedek bayik jadi kaget tau." Bening mengusap perutnya.

Mario merasa tak enak kemudian berjongkok sambil mengusap perut Bening yang sudah mulai sedikit menonjol.

"Maafin Om ganteng ya, sayang...Om gak bermaksud marahin ibumu. Om cuma kesal sama ayahmu kok..."

Bening tergelak mendengar penuturan Mario pada janinnya.

"Iya...dedek maafin, Om...lain kali jangan malah-malah nanti Om-nya gak ganteng lagi," balas Bening menirukan suara anak-anak.

Mario mendongak kemudian menarik kedua telapak tangan Bening yang ia satukan kemudian menggenggamnya di atas pangkuan perempuan itu.

"Kamu yakin bakalan baik-baik aja?"

Bening mengangguk. Ya, dirinya harus kuat. "Ayok, kita berangkat sekarang, nanti kita telat."

Mario berdiri, kemudian membantu Bening berdiri dari tempat duduknya. Mereka berdua berjalan keluar seolah mereka pasangan yang paling serasi. Perempuan yang mengaitkan tangannya pada lengannya saat ini begitu cantik dengan balutan dress brukat berwarna blue sky dipadukan dengan blazer putih yang begitu sederhana tapi elegant. Bagian rok yang memayung di bagian pinggangnya tidak memperlihatkan jika dirinya sedang mengandung. Rambut yang digerai dengan diikat setengah di atasnya itu membuat ibu hamil itu terlihat semakin sempurna.

Hati Mario bergetar, mengapa bukan dirinya yang menjadi suaminya? Andai ia yang menjadi suaminya, pasti saat ini adalah momen yang paling membahagiakan untuknya karena bisa memperlihatkan pada dunia serta orang-orang di pesta nanti betapa istrinya begitu cantik dan mempesona. Dan dengan bangga pula ia ingin menunjukan jika anak mereka telah hadir.

"Bang, kenapa?" Bening membuyarkan pikiran Mario yang ingin egois.

"Hah, gakpapa. Cepetan masuk, hati-hati."

Mario mengerjap, yang bisa ia lakukan saat ini adalah menahan rasa perih di hatinya.

"Maafin aku, Bang."

Tiba-tiba Bening berkata memecah keheningan. Mario yang awalnya sedang fokus menyetir mobil jadi teralihkan.

"Maaf untuk apa?"

"Andai aja kalo Abang yang bilang lebih dulu, mungkin aku akan mempertimbangkannya."

"Apaan sih? Jangan berbelit-belit, otak abang lagi stuck."

"Andai aja, Abang yang jadi suami aku saat ini, aku pasti jadi istri yang berbahagia. Pergi ke pesta bareng diantar suami sama calon anak yang tanpa kuatir bakal ketauan," Tersenyum kecut pada Mario lalu mengusap perutnya.

Mario tercenung. Bening tahu?

"Ya, aku tahu. Tapi aku gak pernah menyesali apa yang sudah aku jalani saat ini. Abang tetap abangku yang paling the best! Seumur hidupku, aku akan terus bangga punya abang kayak Bang Iyo. Aku bersyukur dan berharap di kehidupan selanjutnya, Abang bakal jadi abangku yang sesungguhnya."

"Tapi abang gak pengen jadi abang kamu." Mario berdalih. "Abang pengen jadi pacar kamu, jadi suami kamu."

Bening terdiam, kata-kata Mario menohoknya. Meski begitu, Bening tak ingin obrolan ini berlanjut keseriusan.

"Ya, Abang jadi suamiku aja. Biar aku gak diusir-usir." Bening tertawa garing.

Ya, dia tahu. Candaannya gak lucu.

Sejenak suasana menjadi hening. Pikiran Mario berkecamuk.

"Ayo, nikah!" celetuk Mario membuat Bening membulatkan matanya.

"Ceraikan Aslam lalu kita nikah. Abang janji, abang akan bertanggung jawab dan mencintai kamu dengan tulus. Abang juga akan menganggap bayi yang ada di dalam kandunganmu itu anak abang. Besok, segera urus perceraian kamu sama suamimu itu. Biar abang yang handle semua setelah ini."

Bening tersenyum menanggapi ucapan Mario. "Terima kasih atas niat baik Abang. Tapi tak segampang itu, Bang. Ini semua gak semudah membalikkan telapak tangan. Abang tentu tau apa yang aku rasakan saat ini. Bodohnya, aku memang mencintai ayah dari janin yang sedang bertumbuh di rahimku."

"Tapi lelaki itu gak bertanggung jawab sama sekali, Bey. Dia mengabaikanmu selama dua bulan ini tanpa mau berusaha untuk menghubungi ataupun mencarimu. Dia benar-benar kelewatan! Bodohnya, lelaki brengsek itu malah merayakan pesta norak untuk selingkuhannya."

Bening tertawa geli mendengar gerutuan Mario. "Kita cocok, bukan? Kita sama-sama bodoh."

Mario terdiam, tak mau melanjutkan pembahasan yang membuat emosinya terpantik ketika mengingat sahabat yang paling ia percayai malah mengabaikan perempuan yang ia sayangi.

Helaan napas keluar membuat Bening tidak melanjutkan obrolannya.

"Biarlah waktu yang menjawab semuanya, Bang. Jika kami berjodoh, maka kami akan dipersatukan kembali. Kesalahpahaman ini juga akan berakhir. Namun jika ini gak dapat titik terangnya, ya...biarkan Tuhan berkehendak. Lagipula, anak ini berhak mendapat kasih sayang ayahnya, bukan?"

"Ya tapi ayahnya bahkan mengabaikan ibunya selama dua bulan ini."

Bening geleng-geleng kepala mendengar ocehan Mario. "Aku harus ikhlas, Bang. Abang juga harus ihklas."

"Ya, abang ikhlas! Abang ikhlas banget kalo cowok brengsek dan sialan itu menderita!"

"Ya ampun, Bang...Cowok brengsek dan sialan itu sahabat Abang lhoo."

"Bukan, musuh gue sekarang! Awas kamu nyebut-nyebut tentang doi lagi! T.I.T.I.K." mengancam sekaligus mencebik membuat tingkah Mario terlihat lucu.

"Pokoknya di pesta nanti, kamu jangan jauh-jauh dari abang. Kalo ketemu si kingkong, kamu harus segera ngehindar, oke?!"

Bening tertawa kemudian mengangguk menanggapi semua ucapan Mario.

Sepanjang perjalanan mereka habiskan dengan obrolan yang tak jelas.

TBC

Hayooo bakal ketemu Aslam gak yaaa???

Yok tinggalin jejak dengan komen kalian 🤗

Chương tiếp theo