Sabar. Hanya kata itu yang bisa Lalisa lakukan untuk menghadapi sikap Jennie hari ini.
Dari tadi pagi hingga siang ini Jennie melakukan banyak tingkah yang membuat lalisa hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Pagi tadi Jennie membombardir mengirimkan banyak pesan dan misscall pada Lalisa. Jennie meminta Lalisa untuk segera ke rumahnya.
Lalisa yang sedang asik tenggelam dalam mimpinya harus terganggu bisingnya suara notif yang berasal dari handphonenya itu.
Semakin dibiarkan semakin menjadi. Dengan berat mata Lalisa mengangkat asal telepon tanpa melihat siapa yang meneleponnya.
"Yoboseo" suara serak khas bangun tidur ala Lalisa
"Yak. Apa kau tidak menyimpan kontakku?" Lalisa menjauhkan handphone dari kupingnya karena suara yeojja di sebrang sana hampir saja membuat gendang telinganya pecah.
"Yak. Lalisa apa kamu masih disana?" Teriak yeojja disebrang sana
"Ne Nini. Ada apa?" Lalisa
"Datanglah kerumahku sekarang juga!" Jennie. Yeojja itu Jennie.
Lalisa perlahan membuka matanya dan terkejut saat melihat jarum jam.
"Mwo? Ini masih jam 5 pagi Nini" Lalisa
"Tidak ada penolakan" Galak Jennie dari sebrang sana.
"Tap-"
"Sekarang atau tidak sama sekali" belum sempat Lalisa menyelesaikan ucapnnya Jennie sudah menyerobotnya.
"Tunggu! Beberapa menit lagi Lili sampai" Jennie menutup panggilan sebelum Lalisa menyelesaikan kalimatnya.
Lalisa POV
Aku berjalan gontai menyusuri setiap sudut kamar mencari hodie dan kunci mobil.
Tidak pernah aku bangun sepagi ini sebelumnya. Bahkan ini masih sangat pagi. Jika bukan karena Jennie unnie aku tak akan mau merelakan jam tidurku.
Saat menuruni tangga aku lihat mommy sedang mempersiapkan bahan masakan di dapur. Aku mendatangi mommy dan mencuri kecupan di pipinya.
"Morning mommy" sapaku memeluknya dari belakang dan menyandarkan kepalaku dibahunya.
"Tumben Lili bangun pagi pagi begini?" Aku tidak menjawab pertanyaan mommyku.
"Lili gwenchana?" Aku segera tersadar. Hampir saja aku tertidur.
"Lili pamit kerumah Nini dulu ya mom"
"Ini masih jam 5 pagi Lili" mommy membalikkan tubuhnya menatap mataku yang masih terpejam
"Lili tau Mom" aku menghidupkan keran. Menampung air sebanyak mungkin di tanganku lalu ku basuhkan air itu pada wajahku.
"Dinginnya" aku bergidik saat merasakan dingin di wajahku. Aku dengar suara tawa mommyku.
"Biar diantar sopir ne" mommy
"Ani, Mommy tidak lihat mata Lili?" Aku melototkan mataku. Mengisyaratkan bahwa kantukku sudah hilang.
"Ya sudah. Hati hati ne" mommy
Aku mengendarai mobil dengan kecepatan lambat walau kondisi jalanan pagi ini sangat amat sepi. Aku harus tetap hati hati karena jalanan masih tertutupi salju bekas badai semalam.
Kuparkirkan mobilku dihalaman rumah Jennie unnie. Saat ku buka pintu mobil udara dingin langsung menusuk ke tulangku.
Udara pagi ini sangat dingin mungkin karena semalam salju pertama turun. Dan aku lupa memakai pakaian tebal. Sesekali ku tiup telapak tanganku untuk mengurangi rasa dingin.
"Lili" sapa eomma Jennie unnie.
"Kenapa datang pagi pagi sekali?" Tanya eomma Jennie unnie. Ku balas dengan senyum kikuk.
"Pasti ulah Jennie. Lili langsung ke kamar Nini saja ne. Eomma mau buatkan sarapan. Cuaca di luar pasti dingin. Tidak baik kalau membiarkan perut terlalu lama kosong"
"Ne eomma. Lili ke kamar Jennie unnie dulu" aku menampilkan senyum terbaikku. Eomma Jennie unnie yang memaksaku untuk memanggilnya eomma. Katanya siapapun teman Jennie unnie sudah dianggap anak sendiri oleh eomma.
Perlahan aku membuka pintu kamar Jennie unnie dan kulihat dia sedang tertidur membelakangiku di balik selimutnya yang tebal.
Ku langkahkan kaki dengan sangat pelan dan hati hati. Aku tidak ingin membangunkannya.
Setelah ku tunggu beberapa lama dan tidak ada pergerakan. Kusentuh bahunya dan tetap tidak ada respon darinya. Ternyata tidurnya nyenyak juga ya.
Jadi kuputuskan untuk berbaring masuk ke dalam selimut dan memeluknya dari belakang. Kurasakan hangat tubuhnya menempel pada tubuhku yang dingin.
"Dingin sekali" kudengar suara seraknya. Kuraskaan perlahan Jennie unnie membalikkan badannya dan menatap kedua bola mataku.
"Kenapa lama sekali?" Tanyanya tepat didepan wajahku. Aku hanya bisa menelan ludah kasar. Jika bukan Jennie unnie yang berada didepanku saat ini mungkin aku sudah mencakar wajahnya.
"Mianhe, jalanan masih tertutup saju" jawabku.
Jennie unnie mengambil sebelah tanganku lalu menjadikannya bantalan dan kembali memejamkan matanya.
"Ada apa Nini meminta Lili datang?" Tanyaku yang bingung dengan sikapnya
"Tidak ada" jawabnya mengeratkan pelukannya.
Tidak berselang lama aku mendengar nafasnya yang teratur. Ternyata Jenie unnie sudah tertidur. Jadi aku memutuskan untuk memejamkan mataku mengikutinya ke alam mimpi.
"Lili" aku merasakan seolah ada beban berat menimpa tubuhku. Perlahan ku buka mataku. Kulihat Jennie unnie duduk diatas perutku dengan gummy smilenya.
"Morning" sapanya mengecup singkat sudut bibirku. Ku balas dengan menampilkan senyuman terbaikku.
"Lili bangun. Bangun. Bangun" teriaknya dengan suara bayi di telingaku.
"Lili bangun. Bangun. Bangun" ulangnya sambil menekan nekan pipiku.
"Liliiiiii" rengeknya.
Dengan mata tertutup aku meraih dan memeluknya paksa membaringkannya kembali dalam pelukanku. Posisinya Jennie unnie tidur diatas tubuhku. Ku elus lembut punggungnya. Walaupun tubuhku sesak karena bebannya aku tetap merasa nyaman.
"Tok tok tok" suara ketukan
"Nini, Lili turun sarapan" teriak eomma dari balik pintu
"Ne eomma" jawab Jennie unnie.
Aku membuka lebar mataku tanpa sengaja tatapan mata kami bertemu.
"Nini mandi dulu sana!" perlahan ku singkirkan tubuhnya dari tubuhku.
Aku melihat Jennie unnie mendengus sebal dan segera pergi kekamar mandi.
Setelah Jennie unnie membersihkan diri dan bersiap. Kami segera turun ke meja makan. Aku melihat eomma sedang sibuk menyiapkan sarapan.
"Ini susu coklat panas untuk Lili" meletakaan segelas susu panas di depanku.
"Terima kasih eomma"
"Eomma buatkan coklat panas untuk Jennie" eomma.
"Wah eomma memasak nasi goreng kimchi" aku bahagia saat melihat eomma membawa nasi goreng kimchi kesukaanku.
"Eomma jamin Lili pasti suka" dengan semangat aku membalikkan piring dihadapanku. Memindahkan secentong penuh nasi goreng kimchi lalu melahapnya.
"Jennie mau eomma ambilkan?" Eomma
"Tidak eomma. Jennie sarapan roti saja"
Saat aku asik dengan nasi goreng kimchiku aku melirik Jennie unnie yang hanya diam.
"unnie tidak sarapan?" Tanyaku.
"Dasar tidak peka" lirihnya yang masih jelas kudengar.
Kulihat Jennie unnie meneguk coklat panasnya dan bangkit pergi meninggalkan meja makan.
"Apa Lili melakukan kesalahan?" Batinku.
Aku sudah menghabiskan sepiring nasi goreng kimchi dan segelas susu coklat.
"Eomma terimakasih untuk sarapan yang luar biasa ini" pujiku.
Jujur saja memang nasi goreng kimchi buatan eomma adalah nasi goreng kimchi terbaik yang pernah aku rasakan.
"Sering seringlah datang kemari untuk sarapan. Tapi jangan terlalu pagi ne"
aku hanya tertawa kecil.
Aku segera menghampiri Jennie unnie yang keluar dari kamarnya membawa tas di tangan kanan dan kunci mobil di tangan kiri. Dengan inisiatif aku mengambil alih tasnya.
"Unnie, Lilikan bawa mobil" kataku melirik kunci mobil ditangannya.
"Aku mau berangkat sendiri. Awas! Kau menghalangi jalanku" dia merebut kembali tasnya dan berjalan cepat meninggalkanku.
"Eomma Lili berangkat dulu. Terima kasih untuk sarapannya" aku menundukkan kepalaku dan segera berlali mengejar Jennie unnie.
Aku agak kesusahan menyamakan langkahku dengan langkahnya. Walaupun Jennie unnie lebih pendek dariku tapi langkahnya sangat cepat.
Saat hendak sampai mobil aku menghentikan langkahnya. Mengambil paksa kunci mobil dan tasnya. Segera berlari ke kursi pengemudi menahan udara dingin yang masih sempat sempatnya menembus kulitku.
Dari dalam mobil aku melihatnya tak kunjung memasuki mobil dan hanya diam berdiri. Aku segera keluar memutari mobil dan membukakan pintu untuknya. Setelah itu aku segera kembali.
"Lama sekali" lirihnya yang masih terdengar olehku yang memasangkan sabuk pengamannya.
Perlahan kulajukan mobil mengarah ke masionku.
"Kau mau membawaku kemana?" Suaranya memecah keheningan.
"Lili ingin berganti seragam. Apa Nini tidak lihat Lili masih memakai pakaian tidur" jawabku.
"Putar balik kita langsung ke sekolah. Tidak ada penolakan" dinginnya.
Aku hanya menghela nafas kasar. Kuputar arah mobil menuju Kim's schools.
Saat sampai diparkiran aku segera mengambil ponselku dan mengirimkan pesan kepada mommy untuk mengirimkan seragam dan keperluanku kesekolah.
"Bertukar pesan dengan siapa?" Tanyanya.
Aku menolehkan kepalaku menatap matanya yang tajam itu.
"Aku meminta mommy mengirimkan seragam dan keperluan sekolahku" jawabku yang masih menatap matanya.
Dia mengalihkan pandangannya ke depan. Aku segera keluar dari mobil dan membukan pintu untuknya tidak lupa melepas sabuk pengaman di tubuhnya. Jennie unnie segera keluar dan berdiri menatapku.
"Masuk dan duduk lah!" Ucapnya menatap tajam mataku.
"Wae?"
Tiba tiba saja dia mendorong tubuhku memasuki mobil. Aku jatuh terduduk. Belum berhenti disitu Jennie unnie tiba tiba mendudukan dirinya diatas pangkuanku dan menutup pintu mobil.
Untung keadaan sedang sepi. Sebenarnya masih terlalu pagi untuk datang kesekolah.
"Peluk aku" rengeknya dengan suara bayi.
Aku bingung dengan sikapnya. Tadi dingin sekarang manja.
"Peluk" ulangnya.
Aku segera memeluknya dan sedikit memberikan usapan di punggungnya. Tak butuh waktu lama aku mendengar dengkuran halus. Secepatkah itu dia bisa tertidur.
Aku memundurkan kursi. Menyamankan tubuhku agar tidak merasa keram.
Beberapa menit kemudian aku mendengar ketukan di kaca mobil. Aku membukanya perlahan, meminimalisir gerakan agar Jennie unnie tidak terusik.
Ternyata Seulgi unnie yang mengetuk, membawa tas dan paperbagku. Aku mengisaratkannya untuk tidak menimbulkan keributan.
"Jennie kenapa?" Bisik Seulgi unnie
"Tidur" jawabku tidak bersuara.
Seulgi unnie hanya mengangguk anggukkan kepalanya.
"Unnie tolong letakan di kursi belakang ne. Hati hati jangan sampai Jennie unnie terbangun" Seulgi unnie segera melaksanakan instruksiku.
"Gomawo unnie" Seulgi unnie hanya mengangguk anggukkan kembali kepalanya.
Segera ku tutup kembali kaca mobil. Sejauh ini tidak ada pergerakan dari Jennie unnie selain aktifitas bernafasnya.
Aku tertawa kecil saat melihat wajahnya, menatap pipinya yang gembul. Ingin sekali rasanya ku gigit.
Sekitar duapuluh menit kemudian aku merasakan Jennie unnie bergerak. Menegakkan dan meregangkan tubuhnya masih dengan mata tertutup. Perlahan aku melihat dia membuka matanya.
"Morning Nini" sapaku sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Aku melihat Jennie unnie menampilkan gummy smile kesukaanku.
Normal POV.
Jennie dan Lalisa disambut tatapan dari Jisoo dan sahabat sahabatnya saat keluar dari mobil.
"Wah ada baru bangun dari tidur nyenyaknya. Apa senyaman itu" sindir Seulgi yang diikuti tawa dari yang lain
"Mandu ya. Apa ranjang di rumahmu sudah kau jual semua?" Sindir Jisoo disela tawanya.
Jennie memberikan tatapan mematikan kepada Jisoo dan Seulgi. Lalisa hanya tersenyum kikuk.
"Yak. Unnie yeri saja tadi tidak diperbolehkan ikut mengintip. Kenap-" belum sempat Yeri menyelesaikan kalimatnya Irene membekap mulut Yeri.
Jennie segera menarik pergi Lalisa karena malas menjadi bahan ledekan sahabat sahabatnya itu.
Sepanjang jalan Jennie tidak pernah melepaskan kaitan tangannya pada Lalisa. Bahkan sesekali Jennie membalas tatapan siswa dan siswi yang memandang Lalisa dengan tatapan mematikannya.
"Nini" lalisa menatap kaitan tangan Jennie. Segera Jennie melepaskan tangannya dan keluar mengunggu Lalisa mengganti pakaiannya.
Lalisa keluar sudah menggunakan seragamnya. Jennie yang melihat segera mengaitkan kembali tangannya pada Lalisa. Mereka melanjutkan langkah berjalan menyusuri lorong.
"Lili antar Nini ke kelas ne" Jennie menggelengkan kepalanya mendengar kalimat Lalisa.
"Nini ikut Lili kemanapun Lili pergi" Jennie.
Saat memasuki kelas Lalisa mendapatakan tatapan dari semua teman dikelasnya. Bagaimana tidak dia datang bersama Jennie. Perlahan Lalisa menuntun Jennie untuk duduk di bangkunya.
"Dahyun. Lili minta tolong. Izinkan Lili duduk di bangku Dahyun ne" bisik Lalisa pada Dahyun.
Dahyun menatap tajam Lalisa. Lalisa hanya bisa memperlihatkan puppy eyes nya. Dahyun yang luluh akhirnya mengalah membiarkan Lalisa duduk dibangkunya.
"Gomawo" senang Lalisa.
Mata Jennie menyusuri setiap sudut kelas Lalisa hingga tatapannya berhenti saat melihat Tzuyu duduk tepat di sebelah bangku Lalisa. Jennie segera bangkit dan meminta Lalisa untuk menukar tempat duduknya. Lalisa hanya mengikuti permintaan Jennie.
Pelajaran akan segera dimulai Lalisa mempersiapkan beberapa buku dan peralatannya. Tiba tiba saja dia merasakan suasana menjadi panas padahal diluar masih turun saju. Saat Lalisa menoleh ke arah Jennie Lalisa langsung menutup mata Jennie yang tengah beradu tatap dengan Tzuyu.
Jennie hendak memberontak tapi guru segera masuk dan tidak mungkin Jennie menciptakan kekacauan lagi. Lalisa yang melihat Jennie menggerucutkan bibirnya segera mengambil kepala Jennie dan meletakkan pada bahunya. Tangannya menggenggam lembut tangan Jennie tidak lupa memberikan elusan elusan.
Sepanjang pelajaran Lalisa berharap waktu cepat berlalu, pelajaran kali ini sangat membosankan. Tapi itu tidak berlaku untuk Jennie yang berharap waktu berlalu lebih lambat.
Jennie menatap Lalisa dari bawah. Kepalanya ia sandarkan pada lengannya yang terlipat diatas meja. Tatapannya tidak pernah lepas dari wajah Lalisa yang tambah menawan jika dilihat dari bawah. Di tambah raut wajah Lalisa yang berubah ubah antara bosan dan bingung karena tidak memahami apa yang guru terangkan menjadi daya tarik tersendiri untuk Jennie. Sepertinya Tuhan lebih memihak pada Lalisa karena bel sudah berbunyi menunjukkan jam istirahat.
"Unnie mau makan apa?" Lalisa
"Unnie makan Lili saja" Jennie
Sontak seluruh orang yang berada dimeja memandang Jennie. Terutama Jisoo melototkan matanya.
"Lili pesankan mandu saja ne? Unnie belum makan dari pagi" Lalisa
"Terserah Lili saja" Jennie.
"Unnie Lili mau pesan makanan" Jennie menahan Lalisa saat hendak berdiri.
"Biar Jisoo unnie saja" Jennie
"Mwo?" Jisoo
"Unnie. Lili titip pesankan mandu, nasi goreng kimchi dan jus jeruk 2 ne" Lalisa
"Rojeh juga titip, unnie. Nasi goreng kimchi, odeng dan jus jeruk" Rose
"Yeri juga, unnie. Nasi goreng kimchi dan jus jeruk"
Jisoo hanya mendengus sebal dan segera memesankan makanan untuk adik adik laknatnya itu.
Saat semua asik makan Lalisa melihat Jennie mengabaikan makanannya.
"Kenapa tidak dimakan unnie?" Lalisa
Jennie hanya diam menatap Lalisa
"Biar Lili suapi ne" Lalisa
Jisoo yang mendengar merasa mual melihat tingkah dua bucin ini.
"Yak! Jendeukie. Kau sudah dewasa. Jangan bertingkah seperti anak kecil" kalimat Jisoo yang dibalas tatapan mematikan dari Jennie.
Lalisa segera mengambil sepotong mandu dan menyuapkannya pada Jennie. Namun Jennie malah merapatkan mulutnya. Lalisa yang bingung mencoba memperhatikan tatapan Jennie yang melihat nasi goreng kimchinya.
"Nini mau ini?" Tunjuk Lalisa pada nasi goreng kimchinya yang tinggal setengah. Jennie hanya mengangguk anggukkan kepalanya.
"Lili pesankan ne" Jennie menahan Lalisa yang hendak berdiri
"Nini mau punya Lili saja" Jennie
"Tapi ini tinggal sedikit Nini" Lalisa.
Jennie menunduk dan mengerucutkan bibirnya. Jisoo yang melihat tingkah dua bucin itu hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya saja.
"Nini aaaaaa" Lalisa menyondorkan satu sendok penuh nasi goreng kimchi dihadapan Jennie.
Jennie dengan senang hati menerima suapan Lalisa
"Nyem nyem nyem" kunyah Jennie seperti anak kecil
"Pasti kucing betina satu ini sedang PMS" lirih irene yang mendapat balasan tawa dari semua orang di meja kecuali Lalisa dan Jennie yang sedang asik di dunia mereka sendiri.
"Yey habis" girang Jennie
"Pintarnya Nini" Lalisa mengajak lembut rambut Jennie
"Aish tanpa makanpun aku usah kenyang melihat kelakuan dua bucin ini" Sindir Seulgi.
Saat ini Lalisa dan Jennie sedang berdebat di depan kelas Jennie. Lalisa memaksa Jennie untuk masuk ke kelasnya sendiri. Bukan karena Lalisa merasa terganggu tapi Lalisa tidak ingin Jennie ketinggalan pelajarannya karena dirinya.
"Nini masuk kelas ne" Lalisa berusaha melepaskan tangan Jennie yang merangkul lengannya erat.
"Ani. Nini ikut Lili" rengek Jennie
"Nini akan semakin ketinggalan pelajaran kalau tak pernah masuk kelas" Lalisa
"Nini bahkan tidak sekolahpun tak apa Lili" Jennie berusaha rangkul Lalisa belih erat.
"Nini" tegas Lalisa.
Jennie yang mendengar suara Lalisa menaik langsung melepaskan rangkulannya dan pergi masuk kelas meninggalkan Lalisa.
"Mianhe" lirih Lalisa merasa bersalah.
Jam pulang sekolah Lalisa segera berlali ke kelas Jennie. Jennie mengabaikan Lalisa yang menunggunya diluar kelas. Saat guru keluar dari kelasnya Jennie segera berkemas dan melangkahkan kakinya tergesa gesa menuju parkiran mengabaikan Lalisa yang sedari tadi memanggil manggil namanya.
"Unnie. Mianhe" Lalisa segera meraih tangan Jennie yang akan membuka pintu mobil.
"Lepas!" Tidak ada pemberontakan dari Jennie
"Lili antar pulang ne" Lalisa menuntun Jennie ke kursi penumpang.
"Awas! Nini mau pulang sendiri" Jennie tetap menuruti Lalisa. Mendudukan dirinya di kursi penumpang dan membiarkan Lalisa memasang sabuk pengaman untuk dirinya.
Sepanjang perjalanan pulang Lalisa mencoba mencari topik pembicaraan untuk memecah suasana. Tapi Jennie tetap diam mengabaikan Lalisa.
Walaupun diabaikan Lalisa tetap mengantarkan Jennie dengan selamat sampai di dalam mansionnya.
"Princess appa sudah pulang. Eoh ada Lili juga" Hyunbin.
Jennie mengabaikan appa-nya masuk kedalam kamarnya. Hyunbin hanya bisa tersenyum menatap punggung anak semata wayangnya itu.
"Appa Lili pulang dulu ne" pamit Lalisa pada appa Jennie.
"Jadi gitu langsung pulang. Lili udah bosen ketemu Nini?" Teriak jennie dari dalam kamar yang masih terdengar oleh Lalisa.
"Samperin gih. Memang gitu kalau Nini lagi PMS suasana hatinya sering berubah ubah" Hyunbin menepuk bahu Lalisa.
"Nini, Lili masuk ne" Lalisa mengetok pintu Jennie dan tidak ada sahutan.
Perlahan Lalisa membuka pintu dan tidak menemukan Jennie. Terdengar gemericik air dari kamar mandi.
Lalisa mendudukan dirinya di sudut ranjang Jennie.
"Kenapa masih disini? Katanya pamit pulang" sindir Jennie menatap Lalisa dari pantulan kaca riasnya.
Lalisa hanya diam menatap Jennie dari pantulan kaca.
"Kenapa diam saja. Apa kau tak punya mulut?" Memang kalau bicara ngga difilter dulu si Jennie.
Lalisa tetap diam menatap Jennie dari pantulan kaca.
"Seperti bicara dengan patung" lirih Jennie
"Pulanglah! Jika kau hanya diam saja" Teriak Jennie
"Ani Lili akan tetap disini" Lalisa
"Pulanglah!" Nada Jennie semakin meninggi.
Perlahan Lalisa berdiri mendekati Jennie menundukkan tubuhnya. Mengalungkan lengannya pada leher Jennie dan memeluk Jennie dari belakang serta menyandarkan kepalanya pada bahu Jennie.
"Mianhe" Jennie yang mendapat perlakuan seperti itu dari Lalisa langsung memutar tubuhnya dan menubruk tubuh Lalisa. Menumpahkan air mata yang ditahannya sejak tadi.
"Pulanglah!" Jennie semakin terisak dalam tangisnya
"Ani, Lili akan tetap disini" Lalisa
"Pulanglah!" Jennie mengeratkan pelukannya
"Ani, Lili akan tetap disini" Lalisa
"Pulanglah!" Jennie semakin mengeratkan pelukannya pada Lalisa.
Sebenarnya saat Jennie pergi meninggalkan dan mengabaikan Lalisa bukan karena Jennie benar benar marah pada Lalisa. Tapi karena moodnya tiba tiba saja berubah menjadi buruk.
Karena tidak ingin menjadi semakin buruk Jennie berusaha menghindar dari Lalisa walau tubuh dan otaknya tidak sinkron.
Setelah cukup lama menangis Jennie meminta Lalisa untuk menemaninya tidur.
Jennie menjadikan tangan Lalisa sebagai bantalnya. Mendengar detak jantung Lalisa menjadi irama yang paling Jennie sukai. Apa lagi bau tubuh khas Lalisa yang membuat Jennie semakin candu.
"Nini apa Lili tidak bau? Lili belum mandi dari tadi pagi" Lalisa sekuat tenaga merenggangkan pelukan Jennie.
"Selalu saja mengacaukan suasana" batin Jennie yang semakin mengeratkan pelukannya pada Lalisa.
~to be continued