webnovel

Dosen baru

***

Dikamar Ali...

Ali memasukkan kaset pita nya kedalam radio, dan setelah itu ia mulai mendengarkan isi rekaman suara di radio tersebut bersama Mikha.

Rekaman suara tersebut terdengar suara siaran berita sembilan tahun yang lalu yakni kecelakaan pesawat. Dan juga rekaman Malik dan Mira berbicara.

"Kamu telah menolongnya," ucap Mira didalam rekaman radio tersebut.

"Ya, banyak sekali yang ku tolong. Kasihan mereka semua," jelas Malik pada suara radio tersebut.

Dan setelah itu, tidak ada suara yang terdengar lagi. Hanya rekaman suara sedikit saja yang terdengar, Ali kembali mengambil kaset pita nya lalu menyimpan radio yang ia ambil dari dalam lemari.

"Rekaman suaranya tidak terlalu jelas, jadi ini bukan bukti yang terlalu penting," ujar Mikha.

"Meski begitu, kita harus menyimpannya. Barangkali saja ini dibutuhkan, dan kita juga masih banyak barang bukti yang belum dilihat. Seperti buku diary ini dan lainnya," jawab Ali.

"Pak Ali baca buku diary nya, biar saya yang lihat foto USG dan baca buku laporan kesehatan ini," perintah Mikha yang dibalas dengan anggukan Ali.

Mikha membaca buku laporan kesehatan serta melihat foto USG, sedangkan Ali membaca buku diary yang ditulis oleh Mira.

Mikha terkejut melihat buku laporan kesehatannya Mira. Karena disini dinyatakan, sampai saat ini Mira belum juga mempunyai keturunan. Jadi tandanya Ali itu bukanlah anak Mira.

"Pak Ali, disini tertulis bahwa dari bu Mira menikah hingga saat ini, ia belum bisa menghasilkan keturunan dari rahimnya. Ini banyak sekali hasil USG setiap tahunnya," ucap Mikha sembari menatap Ali.

"Apa? berarti saya bukan anaknya?" tanya Ali terkejut.

Tiba-tiba ponsel Mikha berdering. Sontak saja, Mikha mengangkat telepon tersebut.

"Halo, ma. Ada apa telepon Mikha?" tanya Mikha.

"Halo Mikha, kamu dimana? ini sudah larut malam, segera pulang," jawab Angelina.

"Iya bentar lagi Mikha pulang kok," ujar Mikha sembari menutup teleponnya.

Ali pun menatap Mikha sembari memberes-bereskan barang-barang bukti yang tadi ditemukan.

"Kamu dicari oleh mama mu, kan? pulang sana, benar kata mamamu. Lagipula memang tidak bagus seorang wanita keluar malam-malam," perintah Ali.

"Ya sudah, aku pulang dulu. Besok atau kapan hubungi aku saja untuk mencari bukti barang-barang seperti tadi," jawab Mikha sembari berdiri dan berjalan kearah pintu.

Ali membuka pintu kamarnya dan mengantarkan Mikha sampai ke depan pintu rumah.

"Kamu hati-hati ya, pulang-pulang langsung mandi, oke?" ucap Ali.

"Iya pak, bapak juga hati-hati. Soalnya kondisi bapak juga kurang fit dan satu lagi, pakai perban di kepala. Tadi saya lihat sedikit darah netes dari kepala bapak," jawab Mikha.

"Makasih atas perhatiannya Mikha," ujar Ali.

Setelah itu Mikha pergi meninggalkan rumah Ali dan Ali menutup pintunya serta mulai beristirahat. Tetapi ia malah memilih tidur di sofa dibandingkan tidur dikamar nya, mungkin karena ia malas saja keatas nya.

***

Keesokan harinya...

#Universitas Indonesia#

Terlihat Ali sedang membaca buku diary Mira. Ia terus membawanya hingga ke kampus karena ia ingin melihat semua isi tulisan di diary.

Tak lama, datang bu Sinta sembari bersama seorang wanita. Dan wanita tersebut ternyata adalah Kozhikina. Semua dosen pria menatap Kozhikina kecuali Ali yang sibuk membaca buku diary nya.

"Assalamualaikum, selamat pagi semuanya. Perkenalkan, ada dosen baru di kampus kita. Dia bernama Kozhikina Bodhana, lulusan S2 Statistika," jelas Sinta pada dosen di ruang dosen.

Ali pun terdiam saat mendengar nama Kozhikina Bodhana, karena ia seperti pernah dengar nama tersebut. Dan tiba-tiba...

#Flashback on#

Sepuluh tahun yang lalu....

"Kozhikina!" panggil Aarav.

Kozhikina duduk disamping Aarav sembari tersenyum manis.

"Kamu selalu jadi cahaya dalam kehidupanku, Kozhikina Bodhana," ucap Aarav sembari memegangi wajah Kozhikina.

#Flashback off#

***

Ali mendapat bayangan di kepalanya seperti itu hingga membuat kepalanya sakit. Tetapi ia tetap bersikap seperti biasanya.

"Salam kenal, bu Kozhikina," saut Marto sepontan.

"Salam kenal," jawab Kozhikina sembari tersenyum.

Marto dan dosen pria lainnya melihat sebuah cincin ditangan Kozhikina. Sehingga mereka yang tadinya mengira Kozhikina jomblo, kini mereka berpikir bahwa Kozhikina sudah menikah atau mempunyai tunangan.

"Hmm, baik bu Kozhikina. Silahkan duduk disamping kanan pak Ali situ!" ucap Sinta sembari menunjuk.

Setelah itu Kozhikina berjalan mendekati Ali lalu duduk disamping Ali. Terlihat, Azzahra sepertinya tidak suka akan kedatangan Kozhikina sejak dari awal tadi. Kozhikina menatap Ali yang sedang memegangi kepala sembari menulis. Terlihat juga, Ali sudah tidak memakai perbannya saat ini.

"Dia kenapa? apakah Aarav sakit? kemarin saja kepalanya di perban meskipun sekarang tidak," batin Kozhikina.

Setelah itu Kozhikina mendekati Ali dan coba bicara dengan Ali.

"Selamat pagi pak, salam kenal dari saya," ucap Kozhikina.

Ali menatap kearah Kozhikina. Iapun terkejut melihat Kozhikina yang dimaksud persis seperti di bayangannya dan juga wanita yang memanggilnya Aarav.

"Kamu? kenapa kamu disini?!" tanya Ali dengan suara yang kecil.

"Saya hanya ingin berteman dengan anda," jelas Kozhikina sembari tersenyum.

"Oh baik," jawab singkat Ali.

Azzahra yang melihat gelagat aneh dari Kozhikina, seketika langsung menyeletuk.

"Pak Ali, kapan nih nikah sama Mikha? sudah tunangan, tinggal nikah aja nih. Saya pengen cepat-cepat datang ke pesta pernikahan pak Ali dengan Mikha deh," celetuk Azzahra didepan semua dosen.

Ali pun mengetahui rencana Azzahra, iapun langsung menjawab ucapan Azzahra.

"Paling sebentar lagi, bu. Saya juga ingin cepat menikahi Mikha dan melepas status lajang saya," jawab Ali yang membuat Kozhikina murka.

"Ih!!! Aarav itu punyaku! dia tidak boleh menikah dengan siapa-siapa kecuali aku," batin Kozhikina.

"Buruan lah pak Ali, biar Mikha tidak direbut oleh pria lain," saut Wahyu.

"Iya pak," jawab singkat Ali.

Saat sedang berbincang dengan asyik-asyiknya, Kozhikina berdiri karena kesal mendengar ocehan mereka semua. Ia beralasan ingin keluar sebentar.

"Hmm maaf, saya permisi dulu. Saya ingin ke toilet sebentar," ujar Kozhikina sembari berjalan keluar.

Tak lama, Ali pun berdiri dan beralasan ke pada para dosen agar mereka tidak curiga.

"Sepertinya ada buku yang ketinggalan, saya harus permisi sebentar," ujar Ali.

Setelah itu Ali keluar dari ruang dosen dan dengan diam-diam ia mengikuti Kozhikina.

Kozhikina berdiri tepat didepan toilet, sehabis itu ia mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Ali melihat Kozhikina sembari mendengarkan pembicaraan.

"Halo kak Hector. Aku sudah berada di universitas Indonesia tempat Aarav mengajar, tetapi justru malah aku kesal disini karena semua dosen termasuk Aarav berkata bahwa sebentar lagi Aarav akan menikah dengan Mikha. Ia hanya milikku! bukan milik siapa-siapa," ujar Kozhikina.

Dan tentu saja, dugaan Ali dari tadi ternyata benar. Untung saja Azzahra membantu Ali untuk membuat panas Kozhikina.

"Ternyata dugaan ku benar, bahwa wanita ini berniat menjadi dosen hanya karena ingin membawaku. Tak akan pernah kubiarkan itu terjadi!" batin Ali.

Setelah itu Ali pergi dari sana dan berjalan menuju ruang dosen. Ia sudah puas karena dugaannya tadi terbukti benar.

Chương tiếp theo