webnovel

Pamit

Tetapi Mira tidak ingin menyusahkan Ali. Iapun mencegat Ali yang ingin mengambil tasnya.

"Tunggu, nak! tidak usah bawa tas ini, ibu bisa kok bawanya. Lagipula tasnya ringan, enggak berat," cegat Mira sepontan.

"Gak apa-apa, Bu. Biar Ali bantu," jawab Ali kembali mengambil tas ransel tersebut.

Akhirnya Mira pun membiarkan Ali membawa tasnya. Setelah itu mereka berdua keluar dari rumah tersebut dan menunggu taxi online yang sudah dipesankan oleh Ali. Sembari menunggu, Ali dan Mira berpamitan dulu kepada Malik, dan Ali juga sempat mendatangi rumah Mikha untuk berpamitan kepada Mikha.

"Mas, aku jalan dulu ya," ucap Mira.

"Iya, kamu hati-hati ya. Cuaca sedang buruk soalnya," jawab Malik.

"Pak, Ali berangkat temani ibu ya," ujar Ali sembari mencium punggung tangan Malik.

"Iya kamu hati-hati, jaga dirimu dan ibumu baik-baik," jawab Malik.

Ali menatap kearah rumah Mikha dan didepannya sudah ada Mikha yang menatap kearahnya sembari menggendong tas ransel mini bersiap untuk pergi ke kampus.

Ali pun menghampiri Mikha lalu mengelus-elus rambut Mikha, padahal hanya pergi beberapa hari tetapi rasanya berat meninggalkan Mikha.

"Saya berangkat dulu ya, Mikha. Jaga dirimu baik-baik, dan juga semangat belajarnya! satu lagi, jangan takut dengan apapun kecuali takut kepada Allah!" nasihat Ali.

"Iya, pak. Bapak juga hati-hati ya," jawab Mikha.

Tak lama taxi online yang dipesan Ali pun datang. Ali dan Mira berjalan kearah taxi online tersebut lalu masuk kedalamnya. Setelah itu taxi online tersebut pergi meninggalkan rumah Ali.

Mikha kembali duduk diteras rumahnya. Iapun memakai sepatu lalu mengikat talinya, sehabis itu Mikha berangkat ke kampus menggunakan mobilnya yang sudah lama tidak ia pakai.

***

Satu setengah jam kemudian...

Mikha sampai di kampus. Ia langsung masuk kedalam kampus dengan wajah yang suram, tidak ceria seperti biasanya. Teman-temannya pun melihat kedatangan Mikha. Mereka langsung menghampiri Mikha.

"Mikha, akhirnya datang. Ayo ke kantin," saut Rose sepontan.

"Mikha, kamu kenapa? kok kayaknya sedih?" tanya heran Natasha.

"Iya, apakah mama lo marahin lo? atau ada masalah lainnya? coba ceritakan kepada kami," ucap Lirna.

"Sudah, sambil kita isi perut, kita juga dengar cerita Mikha dikantin. Oke?" usul Nina.

"Oke, setuju gw. Ayo Mikha," ajak Alifah.

Setelah itu mereka berenam pergi ke kantin. Mikha masih terdiam dengan raut wajahnya yang murung.

Sesampainya dikantin...

Lima teman-temannya Mikha langsung memesan makanan ringan, sedangkan Mikha hanya terdiam menatapi mereka semua. Tak lama, Nina mendekati Mikha sehabis memesan makanan ringan untuknya.

"Mikha, coba ceritakan sesuatu kepadaku. Kamu kenapa? kok kayaknya sedih?" tanya Nina sembari memegangi tangan Mikha dengan kedua tangannya.

"Pak Ali yang kata kalian mirip Aarav Alkatiri itu pergi selama dua harian ke Semarang. Kan jadinya aku dirumah sendiri, biasanya kita suka becandaan," jelas Mikha pada Nina.

"Oh jadi itu yang membuat kamu sedih. Hmm, apakah kalian sudah pacaran?" tanya Nina sepontan.

"Belum! aku dan dia hanya sebatas sahabat dekat, tetapi rasanya sedih banget saat ia pergi," jawab Mikha.

"Berarti tandanya kamu sudah jatuh cinta kepada Ali itu. Ayo perjuangkan cintamu! jangan sampai musnah!" Nina memberikan semangat kepada Mikha.

"Hmm, masa iya aku jatuh cinta sama dia?" tanya tidak percaya Mikha.

Tak lama kemudian terdengar suara ponsel berbunyi. Dan itu adalah suara pesan masuk! Mikha pun langsung mengeluarkan ponselnya dan melihat siapa yang mengirim pesan kepadanya.

Dan ternyata yang mengirim pesan tersebut adalah Ali. Ekspresi wajah Mikha yang semula murung kini berubah menjadi senang dan terlihat ceria.

👨‍🏫: Mikha, saya sudah berada didalam pesawat. Dan pesawat saya sudah melayang di atas.

Mikha pun langsung menjawab chat Ali karena terlihat Ali masih online.

👩: Syukurlah. Semoga sampai tempat tujuan dalam keadaan selamat.

👨‍🏫: Aamiin. Ya sdh, kamu belajar yg rajin ya!

👩: Siap pak!

Setelah itu Mikha keluar dari chat tersebut lalu menyimpan ponselnya didalam tas. Iapun merasa sedikit lebih lega karena telah mendengar kondisi Ali saat itu.

"Siapa yang chat? kenapa kamu terlihat bahagia?" tanya Nina sembari tersenyum.

"Hummm... yang ngechat adalah.... rahasia! sudah ayo masuk kedalam!" Mikha menarik tangan Nina.

Setelah itu mereka berjalan masuk kedalam kelas dan meninggalkan ke empat temannya yang masih sibuk menyantap makanan di kantin.

***

Beberapa menit kemudian...

Terlihat Mikha sedang menulis sesuatu di buku tulis. Disampingnya terdapat Nina yang sedang menggambar karena ia bosan sekali.

Tak lama, datang tiga pemuda. Salah satu dari pemuda tersebut terlihat bergaya seperti artis padahal dia adalah anak pindahan universitas Indonesia. Dan dia anak yang sangat nakal, Ali sering bercerita itu kepada Mikha.

"Humm... lihat tuh! anak tengil itu baru datang ke kelas," ucap nyinyir Mikha.

"Baru tiga hari disini sudah buat orang kesal apalagi sampai setahun, ya?" jawab Nina.

"Iya betul. Pak Ali sudah pernah ngajar dia selama tiga tahun. Asal pak Ali ngajar dia, pasti dia selalu dipanggil ke ruang dosen karena telah mencelakai pak Ali. Waktu itu pernah pak Ali hampir terkena lemparan rokok yang masih ada api nya itu. Dan banyak deh masih," jelas Mikha pada Nina.

Secara tiba-tiba, anak tengil dari tiga orang tersebut yang memiliki nama Alex, datang menghampiri meja Mikha.

"Hei lo, cewek! sono duduk dibelakang! gw mau disini!" ucap Alex menyuruh Mikha pergi.

"Enak aja! gw yang datang duluan! lo sono yang harusnya dibelakang!" bantah Mikha.

"Udah sono, lo pergi! jangan ganggu teman gw!" bentak Nina.

Saat itu juga, keempat temannya Mikha datang dan langsung menghampiri Mikha.

"Eh tengil! jauh-jauh lo dari teman gw!" bentak Alifah.

"Iya! lo gak usah ganggu teman gw!" bentak Lirna sembari berdiri di samping Mikha bersama Alifah.

"Pergi, gak lo tuli!" Natasha mendorong Alex.

"Sono cepetan pergi atau gw bilang ke dosen supaya lo dihukum!" ancam Rose.

"Wahai para wanita yang cantik dan berani. Kalian ini gw hormati karena gw suka sama kalian makanya gw ngomong baik-baik. Sekarang cepat tinggalkan tempat duduk ini!" ucap Alex kembali memerintah.

"Tidak akan!" bentak Mikha sembari berdiri.

Alex pun mendekati Mikha lalu berdiri tepat disamping Mikha. Setelah itu ia memegangi celana panjang Mikha secara perlahan-lahan hingga naik terus.

"Sudah, aku bicara baik-baik sayang," bisik Alex.

Mikha menyadari perbuatan tidak senonoh Alex, iapun langsung mendorong Alex dengan kencang.

"Dasar bajingan! jangan pernah kau dekati aku!" bentak Mikha.

Mikha kembali duduk di kursi nya bersama teman-temannya yang berdiri disampingnya.

Alex tidak tinggal diam. Ia tetap menginginkan bangku itu. Alex kembali mendekati Mikha.

Setelah itu Alex langsung menonjok wajah Mikha namun tiba-tiba tonjokan nya tersebut ditahan oleh seseorang.

Chương tiếp theo