webnovel

Keluar dari kota

Roki membuntuti Zombie slime, itu secara perlahan. Dia tak ingin mati konyol, sebelum menyelamatkan Angela Lightsaber ia keluarkan, dari kantong mantel miliknya. Lalu ia pun menyalakannya. Kedua tangan memegang gagang, dengan sangat erat. Menuruni setiap anak tangga dengan sangat perlahan. Anak tangga yang licin, dipenuhi oleh lendir membuat dirinya harus extra hati-hati, agar zombie slime itu tidak menyadari keberadaannya.

Pergerakan zombie itu berhenti tepat di depan pintu, yang sudah tertutup. Zombie itu menggumpal setinggi mungkin, serta membuat pergerakan aneh. Kemudian zombie itu secara perlahan bergerak, mendekati dirinya. Seketika jantungnya berdegup kencang, tubuhnya gemetar, serta kakinya seketika tak bisa digerakkan. Zombie itu semakin lama semakin mendekat.

Deg! Deg! Deg!

Tubuhnya semakin gemetar, pandangannya kosong serta mulai meneteskan keringat. Tiba-tiba zombie itu berbalik arah, lalu ia bergerak menjauhinya. Secara perlahan zombie itu mengubah bentuknya, menjadi cair lalu ia bergerak keluar melalui celah pintu. Kemudian Roki pun duduk bersandar pada sebuah dinding. Ia meletakkan lightsaber yang masih menyala. Hawa panas ia rasakan dari lightsaber tersebut, meminta Sang Pemilik secara tidak langsung, agar menggunakannya. Roki pun mengatur nafasnya secara perlahan, sambil menenangkan dirinya.

"Apa yang sedang kamu lakukan nak?!" Tanya Profesor, dalam bentuk hologram mini.

"Aku sudah tidak kuat lagi Profesor, semua ini membuatku semakin gila," Roki menundukkan pandangan, lalu menutup wajah dengan kedua tangannya, dengan rasa keputusasaan.

"Dasar bodoh! Dimana keberanianmu barusan?! Berhentilah memikirkan diri sendiri, cobalah untuk memikirkan orang lain! Gadis kecil itu dalam bahaya, apa kamu ingin gadis kecil yang tidak berdosa mati sia-sia!" Bentak Profesor.

Roki tak mengeluarkan, sepatah kata pun dari mulutnya. Kemudian ia pun berdiri secara perlahan, lalu ia menampar wajahnya berulang kali. Meyakinkan dirinya sendiri, bahwa dirinya bukanlah seorang pengecut. Serta menguatkan dirinya sendiri, agar tidak lari dari pertempuran. Berdiri dengan, rasa berani bagaikan sinar mentari yang menjulang tinggi. Ia mengambil lightsaber yang tergeletak di atas anak tangga. Rasa percaya diri telah kembali sepenuhnya, ia pun berlari mengejar zombie itu.

Ketika dirinya hendak ingin mendobrak pintu, tiba-tiba zombie slime mendobrak pintu itu terlebih dahulu. Roki beserta daun pintu, terpental hingga menabrak tembok. Tetesan darah mengalir dari keningnya, punggungnya terasa sakit, hidungnya patah. Tetesan air liur yang berasal dari zombie tersebut, membuat daun pintu meleleh. Beberapa tetes mengenai kulitnya hingga membuat kulitnya melepuh. Namun semua itu tak berlangsung lama, tanpa ia sadari regenerasi super membuat tubuhnya kembali seperti sebelumnya.

Dia berdiri lalu mengangkat daun pintu besi itu dengan satu tangan. Kemudian dia pun langsung melemparnya tepat mengenai zombie tersebut. Sayang serangannya tidak berhasil, daun pintu itu tertelan ke dalam gumpalan jel tersebut. Tiba-tiba zombie itu memadatkan tubuhnya, lalu mendaratkan sebuah pukulan berlendir padannya. Spontan Roki pun melakukan lompatan berputar ke depan. Dewi keberuntungan masih menyertainya, tinggal beberapa inchi serangan itu berhasil mengenainya.

Door! Door! Door!

Roki menembak zombie mutan, dengan sebuah pistol laser di tangan kirinya. Tubuhnya yang yang seperti jeli, membuat serangannya menjadi sia-sia. Zombie itu mengubah tubuhnya, menjadi cair lalu menerkamnya bagaikan sebuah ombak yang menjulang tinggi. Melihat hal itu dia langsung membalikkan badannya, lalu melompat ke atas mobil. Satu persatu mobil ia lompati, menghindari kejaran zombie. Tanpa sengaja dia pun tergelincir, hingga terjatuh diantara dua mobil rongsok.

Sebuah belati tergeletak di atas tanah, dia meraih pisau tersebut. Aroma Angela tercium pada belati tersebut, bercampur dengan darah dari makhluk itu yang sedang terbujur kaku. Seketika pandangannya menjadi kosong, air mata mulai mengalir. Rasa bersalah serta amarah merasuki dirinya. Ketika dirinya gagal menyelamatkan gadis kecil itu. Padahal dia sudah di amanah oleh Wiliam, untuk menjaga adiknya. Andaikan ia sedikit lebih cepat, mungkin nyawa gadis kecil itu masih diselamatkan. Penciumannya yang tak sempurna, membuat dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tidak!!!"

Teriakan penuh amarah serta penyesalan, mengguncang sekitarnya. Tanpa sadar kedua matanya merah menyala, kedua taringnya memanjang layaknya sosok vampir. Kemudian ia melompat lalu menebas zombie, menggunakan lightsaber secara membabi-buta. Setiap tebasan yang dilakukan oleh Roki, membuat zombie itu langsung regenerasi dengan sangat cepat. Zombie itu mulai memadatkan wujudnya, lalu ia menghempaskan hingga Roki, hingga lightsaber miliknya terpental cukup jauh.

Lengan kirinya putus, pistol laser miliknya meleleh termakan bersama zombie slime tersebut. Cara zombie slime, mirip seperti cacing martil. Pertama ia melelehkan mangsanya, lalu menghisap sari pati hingga habis.Kini ia tak punya apapun selain Genix di tangan kanannya. Roki pun mengaung, dengan sangat kencang. Aungannya membuat seisi ruangan bergetar. Lambat laun kedua tangannya, berubah menjadi sepasang tangan monster.

Tangan itu berukuran cukup besar, kulitnya mengupas, berganti menjadi sisik layaknya seekor reptil. Terdapat banyak sekali cakar yang sangat tajam pada kedua tangannya. Urat dan syaraf terlihat jelas pada kedua tangannya.

Dia pun langsung mencakar lawannya secara membabi-buta. Sesekali ia memukul tanah hingga terbelah dua. Seisi ruangan mulai bergetar, seiring dengan amukannya. Air matanya terus mengalir, menahan rasa sakit serta penyesalan. Zombie itu dia gigit, lalu ia makan secara sadar. Dengan begitu, cairan pada zombie itu masuk ke dalam tubuhnya, dengan harapan dirinya bisa tewas dengan rasa sakit. Kemudian dia melihat bagian tengkorak, pada zombie itu keluar dari tubuhnya. Sekali tepukkan tengkorak itu hancur. Dan akhirnya zombie slime itu mati.

"Jangan!"

Hampir saja Cyborg itu menebas lehernya. Kini gadis kecil itu yang menyelamatkan hidupnya. Telat sedikit saja, tubuhnya berubah menjadi serpihan dadu. Melihat gadis kecil itu selamat, membuat dirinya sangat senang. Secara perlahan wujudnya kembali seperti semula. Walau ia harus menahan panas yang luar biasa, pada sekujur tubuhnya. Angela mulai berlinang air mata, lalu ia pun berlari. Kemudian gadis kecil itu memeluknya sangat erat. Tetesan air mata membasahi perutnya.

Berkali-kali gadis itu memanggil namanya, dengan air mata berlinang. Setiap kali gadis kecil itu menyebut nama nya, tanpa sadar sebuah ikatan mulai terbentuk. Ikatan yang sangat kuat, tak bisa putus oleh apapun. Roki pun membelai rambutnya secara perlahan, lalu ia pun memeluknya sangat erat.

"Kenapa kakak meninggalkanku sendirian? Apa Angela melakukan suatu kesalahan? Jika iya, Angela minta maaf kak. Angela takut kakak meninggalkan Angela. Kalau tidak ada kakak, Angela sendirian," ujar gadis kecil berlinang air mata.

"Maafkan aku Angela, kakak tidak ada maksud meninggalkanmu sendirian. Sudah jangan menangis, kakak janji tidak akan pernah meninggalkanmu." Roki memeluk Angela, membelai rambutnya dengan berlinang air mata.

"Aku mendeteksi mutasi virus Lorex 19 pada dirimu. Apa kamu seorang mutan? Siapa kamu sebenarnya?" tanya Cyborg sambil memasukkan katana ke dalam sarungnya.

"Mutan? Apa itu?" tanya Roki.

"Mutan adalah manusia yang mengalami mutasi akibat virus, dan sejenisnya. Sebelumnya kamu memakan seperempat, tubuh zombie slime. Katakan padaku, apa yang kamu rasakan?" jawab Profesor.

"Tubuhku terasa sangat panas Profesor, tapi tidak separah sebelumnya."

"Menarik, akan aku teliti perkembanganmu di perjalanan nanti."

Mendengar hal itu membuat Cyborg penasaran. Sebagai seorang Ninja Cyborg, mengutamakan adab, dia memilih untuk diam. Tidak mencampuri urusan orang lain, kecuali orang itu bercerita padanya secara sukarela. Sementara itu, di sebuah gerbang besi serta beton menjulang tinggi, yang terikat oleh seutas rantai berukuran cukup besar. Ribuan zombie mulai berdatangan, memaksa masuk ke dalam gerbang. Beberapa Zombie terbang mulai berdatangan, masuk ke dalam melalui lubang yang tercipta oleh ledakan sebelumnya. Sosok zombie bertangan empat seperti capit, bermata empat, seperti kalajengking, gigi taring, memiliki empat kaki, serta memiliki tinggi 4 m, berjalan mendekati gerbang.

Setiap zombie yang ia temui, dia pukul serta lempar secara membabi-buta. Kemudian zombie bertangan empat itu, mendobrak pintu gerbang hingga terpental cukup jauh. Aungannya terdengar jelas oleh mereka bertiga. Setiap langkah kakinya, membuat bumi bergetar. Mereka bertiga menatap kesana-kemari, bersiap dengan segala sesuatu yang akan terjadi.

"Kita harus pergi dari sini. Kalian berdua cepat ikuti aku, ada jalan rahasia tak jauh dari sini." Perintah Cybong pada mereka berdua.

Mendengar hal itu mereka berdua menganggukkan kepala. Lalu mereka berdua berlari mengikutinya dari belakang. Sebelum itu Roki kembali ke dalam APC, untuk mengambil kedua tas serta lightsaber miliknya, yang tergeletak di atas tanah. Tak jauh dari sana, Cyborg itu mengangkat sebuah mobil rongsok dengan satu tangannya. Kemudian ia melemparnya, tepat menuju jalan penghubung lantai satu, yang mereka lewati sebelumnya. Dia pun meminta Roki untuk melompat, pada sebuah lubang yang cukup besar. Melihat ujungnya yang cukup dalam, membuat kedua kakinya gemetar.

Melihat sikap Roki yang ragu, membuat gadis kecil itu mengikutinya. Lambat laun Cyborg itu merasa jengkel, lalu ia merangkul mereka berdua, melompat memasuki lubang tersebut. Spontan mereka berdua pun berteriak ketakutan. Kemudian ia mendarat di atas lokomotif tua. Sebuah lokomotif itu memiliki cat berwarna putih, serta memiliki satu gerbong berada di jalur bawah tanah. Mereka berdua masuk ke dalam gerbong, sedangkan Cyborg pergi ke ruang kemudi. Lambat laun lokomotif itu mulai berjalan, melintasi setiap pintasan yang ada secara perlahan.

Dan akhirnya, mereka semua berhasil keluar dari kota terkutuk itu.Tak terasa sinar mentari, mulai bangun dari tidurnya. Cahaya yang masuk, membuat mereka berdua terbangun. Menyambut sinar mentari, serta menyambut hari baru.

Chương tiếp theo