Pada awalnya saya berdering,
Lalu, diam beberapa saat; demi bermanufer dari hal yang monoton.
.
Dan berganti lagi sekarang, mulutku tak karuan, demi meluapkan; demi meminimalisir ledakan tak terduga.
.
Bukan, bukan aku tak punya Tuhan. Dan menjadi angkunh tak laksanakan ibadah,
Berdoa, dan beristiqamah agar hati mrnjadi tenang.
Berbeda Konteksnya, bukan itu umpamanya.
.
Sampai nanti aku benar-benar sangat diam.
Di sana lah ketidak perdulianku dimulai.
Takkan lagi aku perduli sedetikpun, terhadap hal apapun yang monoton mereka perbincangkan.
Bahkan untuk mendengarpun tak akan sudi.
Sepintar apapun seseorang, atau menggunakan religi sebagai gayanya tuk membenarkan diri sendiri. Tak juga semua orang dapat mengerti, atau mau tau isi hati seorang lainnya.