webnovel

Pura-Pura Baik Agar Terlihat Baik | episode 2

*sambungan episode 1*

Orang-orang menyebutnya sebagai "introvert"

Tapi ada juga yang menyebutku sebagai "apatis"

Tak apalah, walau rasa hati ibarat di tendang atlit bela diri nasional. Walau ngedumel dalam hati terulang-ulang dan ingin sekali mulut bercerita tentang itu, atau menimpa kekatanya yang tak tahu apa fakta sebenarnya. Terngiang cukup kencang, hanya satu kata, semudah itu hatiku berkeping berhari-hari. Artinya, bukan semata aku cepat dan apa-apa ambil hati yang akrab disebut sebagai "baper"

Tapi, lebih baik di sentak dengan kata kasar atau kotor, ketimbang satu kata pusaka petir. Justru, aku malah jarang sekali ambil pusing atau kesal.

Aku mencoba merasuk lebih dalam, jauh ke alam bawah sadar. Aku mencoba menyingkirkan ngilu dengan menggorok benang merah kesalahanku. Yaaa, aku salah, aku sangat mengakuinya, 'di beberapa' konteks, aku sengaja tak perduli. Yaaa salah sekali aku tak perduli seperti sebuah buku jatuh ke lantai, aku lihat, ia lihat, beberapa diantara kami saling melihat. Tapi, hanya lewat dan berlagak "lugu" memalingkan muka dan tubuh membelakangi buku tersebut. Dan di sana kesalahanku perihal tak perduli. Yaaa, aku juga lihat, lihat mereka sengaja "lugu" dan berakting dungu. Maksudku, kenapa harus berpura-pura buta? kenapa harus memalingkan muka? Jelas saja aku jadi tak perduli, memang sangat ku akui itu hal salahku, tapi coba sejenak pelajari maknanya!

Bisa saja ku pindahkan buku itu dan ku rapihkan, satu buku itu enteng!. Atau, bisa saja ku panggil mereka untuk mengambil dan merapikan satu buku itu.

Tapi yang ku pilih malah tak perduli, apa maknanya?

Kami saling lirik-lirikkan, saling melihat, saling tahu denah lokasi bahkan seisi ruangan itu. Maksudku, kalau aku yang ambil dan rapikan, mereka takkan maju dalam bekerja, mereka takkan kompak dalam gotong royong. Maksudku, kalau aku panggil mereka dan menyuruhnya, tentu mereka tak bergerak sebelum suruhanku berkumandang. Maksudku, kalau aku yang lakukan, mereka takkan mengerti arti kekeluargaan yang terbina di satu atap ini. Saling bantu satu sama lain tanpa pamrih, saling mengembangkan kemampuan tanpa "menjatuhkan" satu sama lain. Saling support menyelesaikan problematika yang tentunya tiap hari bakal terjadi. Jadi begitulah maksud dari aku yang sengaja tak perduli. Tapi, terlepas dari maksud serta makna yang ku maksud itu, akulah ysn bersalah.

*Bersambung*

Jakarta, 2020.

Note:

Episode selanjutnya akan di publikaskan pada hari jum'mat.

Nandailhamcreators' thoughts
Chương tiếp theo