"Katakan padaku, apa maksudnya ini— tuan Stern!?" Dmitry menatap orang yang tidak asing baginya itu dengan sorot mata setajam pedang. Dia menunjukkan emosi yang begitu kentara dengan permusuhan.
Stern memejamkan erat matanya dan tidak memberikan jawaban apapun.
Sementara sosok di hadapannya, kembali menegakkan tubuhnya dan memandang rendah sosok Dmitry itu seolah menganggapnya seperti sampah yang ingin dia singkirkan sejak lama. Situasi ini berubah menjadi suasana penuh ketegangan.
"Ini sangat mengejutkan sekali bisa melihat monster sepertimu sekali lagi berdiri di hadapanku ... Herderick Voltra. Harusnya saat ini kau menghabiskan sisa waktumu membusuk di dalam penjara atas semua kebiadabanmu. Atau kau ingin kubunuh di sini!?" Dmitry berkata dengan suara yang terdengar tenang, namun nafsu membunuh luar biasa bisa terasa jelas dari setiap kata-katanya.
Dmitry dengan ekspresi datar menghadap Herderick Voltra seolah bersiap melawannya.
Mendengar penghinaan itu, wajah Herderick Voltra mengerut seakan dia sehabis memakan sesuatu yang pahit. Menyebar dari pupilnya, seluruh matanya berubah memerah— membuat matanya seperti haus darah. Sebelum menyadari adanya sebuah suara dan gerakan, sebilah belati tiba-tiba keluar dari lengan pakaiannya, dan terhunuskan ke arah leher Dmitry.
"Jaga mulutmu itu, sialan! Aku sudah banyak bertemu orang-orang sepertimu! Kau tau apa yang terjadi kepada mereka!? Mereka selalu berakhir ke dalam potongan daging busuk, lalu kuberikan dagingnya itu kepada anjing liar!" Herderick berkata dengan nada kebencian, walau raut wajahnya tidak menunjukkan hal demikian.
Kedua tatapan mata yang tajam saling berhadapan.
Rasa bermusuhan di antara mereka berdua sekarang semakin menguat, seolah mereka sudah siap untuk sebuah panggung pertarungan. Jika ada sebuah langkah yang salah dalam menghadapi ini, itu pasti akan membuat sebuah percikan pertarungan hingga mati.
Mata pisau itu tampak mengkilat, tanda dari betapa tajamnya senjata itu. Meski jarak dari belati kurang dari dua inci pada permukaan kulitnya, Dmitry masih bersikap sangat tenang. Namun aura yang terpancar dari dirinya sangatlah brutal dan liar.
Sedetik kemudian, Dmitry melepaskan pengekang energi miliknya. Ketika itu aura berwarna-warni menghiasi sekujur tubuhnya. Dmitry lalu melotot kesal, hingga semua pembuluh darahnya berkumpul di sekitar pelipis dan area matanya. Dmitry kemudian berkata,
"Sadarilah posisimu, sialan!"
Suara yang mengintimidasi itu mengheningkan seisi ruangan. Herderick Voltra tanpa sadar menekuk sudut mulutnya, dan menyeringai saat merasakan hawa merinding yang merayap dalam setiap sel darahnya.
Herderick lantas menyarungkan kembali belatinya itu sambil menyipitkan matanya. Dia kemudian berkata dalam benaknya, "Gerbang energi [Chi] kah?"
Killyan dapat melihat luapan energi tak kasat mata milik Dmitry, dan skala energi itu sangatlah tinggi. Aura liar masih menyelimuti diri Dmitry, yang mana semua orang tak dapat melihat ini secara langsung lewat matanya. Bahkan bagi Herderick sekalipun, ia hanya dapat merasakan energi itu melalui naluri dan insting membunuhnya.
"Menarik sekali," gumam Killyan memikirkan sesuatu.
"Apa sudah cukup reuninya, tuan-tuan?" Stern buka suara ketika suasana ini semakin tegang. Ia masih duduk manis di kursinya sambil memerhatikan tingkah mereka.
Dmitry menekuk sudut mulutnya, lalu berpaling menghadap Stern. Senyum semu itu kembali terlihat untuk menyembunyikan emosinya. Kelopak mata Dmitry menurun, tatapannya tampak jadi lebih dingin. Dmitry lalu berkata,
"Hei, tuan Stern. Aku ingin tahu bagaimana caramu membebaskan kriminal setingkat Mastra ini keluar dari Clohosseum? Kau tidak mungkin menggunakan kedudukan kuasamu di kerajaan untuk mengeluarkannya secara terang-terangan, bukan?"
[Note : Clohosseum merupakan penjara bawah tanah Kerajaan Britania, yang mengurung para tahanan berbahaya dengan tingkat ancaman negara atau dunia.]
"Entah ... kau tidak perlu tahu itu." Stern menjawab dengan santai.
Dmitry lalu menghela napas panjang sambil mengedipkan matanya secara perlahan, lalu kembali melanjutkan,
"Tuan Stern, kurasa aku mengerti alasanmu membawa orang ini ke hadapanku sekarang ini. Terlebih, tatapan matamu memberitahuku akan keseriusanmu. Sepertinya, aku tidak punya pilihan selain mendengarkanmu untuk saat ini. Tapi, tuan Stern, kuharap kau mau menjelaskannya kali ini. Jangan mencoba menyembunyikan apapun."
Stern lalu memasang ekspresi serius, tatapan matanya jadi lebih tajam dari sebelumnya. Ia mengangkat kedua tangannya, lalu melipatkan jari-jemari menyangga dagunya. Stern kemudian mengatakan,
"Aku tau kau akan cepat mengerti, tuan Dmitry. Maafkan aku harus melakukannya dengan cara ini, jauh dilubuk hatiku aku merasa kecewa dengan diriku karena harus berakhir dengan pilihan ini untuk menyeretmu masuk ke dalam masalahku. Tapi, aku tidak punya pilihan lain lagi karena negeri ini akan hancur jika aku tidak melakukannya. Biar sedikit kujelaskan, saat ini, status Herderick Voltra adalah buruan senilai seribu keping emas untuk kepalanya, karena telah berhasil mencuri dokumen tingkat rahasia kerajaan Britania, dan kini semua dokumen itu berada dalam koper itu."
Stern menatap ke arah kotak hitam yang berada dalam genggaman tangan Herderick. Semua orang serempak mengikuti garis pandangan Stern, dan menoleh ke arah tangan kiri Herderick. Mereka tampak terkejut mendengar ini. Terkecuali Niruu yang masih tidak peduli.
"Apa itu? Dia tampak serius mengatakannya. Apa isi dokumen itu hingga membuat kepala orang gila ini senilai begitu berharga? Dari ekspresi mereka, tampaknya pengikut tuan Stern juga tidak tahu akan hal ini." Dmitry bersuara dalam benaknya. Ekspresinya masih terlihat kaget, namun ia segera bersikap tenang kembali.
"Wah, wah, whaa. Hei tuan Stern, jika aku memenggalnya, kurasa aku akan pensiun dari pekerjaan ini, seribu keping emas sudah cukup membantuku untuk membuat bisnis minuman di desaku. Menurutmu begitu juga bukan, Arazar?" kelakar Killyan seraya menyengir.
"Se-se-seribu ke-keping emas!? Itu setara penghasilanku selama empat tahun lamanya." Arazar terbata-bata mengucapkannya. Nada suaranya gemetar seperti ingin menangis, begitu pula raut wajahnya yang murung.
Dmitry kemudian kembali duduk ke samping Niruu yang tampak telah tertidur pulas, ia menghela napas lalu menepuk pundak Niruu, "Jangan tidur di saat seperti ini."
"Aku tidak sedang tidur, aku bersiaga ...." Niruu dengan cepat menjawab, meski ia tidak membuka matanya.
"Tuan Dmitry?" panggil Stern.
"Ah, tidak. Kau tidak perlu meminta maaf, tuan Stern. Aku bisa mengerti betapa gigihnya kau melayani negerimu sampai-sampai tatapanmu itu membentuk keyakinan kuat yang dapat langsung kupahami hanya dengan sekilas saja. Baiklah, mari kita berbicara, tuan Stern. Namun, perlu kau ingat satu hal. Aku bukanlah orang seperti yang kau kira. Jika kau mencoba memanfaatkanku, aku akan membunuhmu."
Dmitry mengatakannya sesantai mungkin. Nada ancaman itu seolah hanya candaan baginya. Dmitry sedikit mengangkat ujung mulutnya, dan tersenyum tipis. Tapi, tatapan matanya berkata lain, ia memandangi Stern seperti untuk menguji dan memastikan sesuatu.
Killyan yang mendengar kalimat tadi, tersulut emosi dan menyeringai kesal. Matanya melotot secara tajam, dan kedua tangannya mengepal keras, seraya akan berkata,
"Cecunguk ini—"
"Atas nama God of Ares, serta martabat leluhurku Westlitcher, mewarisi nama keluargaku sebagai Westlicher Stern, aku bersumpah tidak akan mengkhianatimu, Leonardo Dmitry. Apa sekarang itu cukup membuatmu percaya padaku?" sela Stern, selagi tangan kanannya menyentuh dada kirinya. Ia membentuk suatu sumpah penghormatan dengan posenya itu.
Dmitry tampaknya tersenyum lembut setelah mendengar itu. Wajahnya jadi lebih tenang, dan perasaannya sudah sedikit terbuka. Dmitry lalu berkata,
"Meski aku tidak percaya keberadaan dewa kalian itu, tapi aku menghargai perkataanmu yang sangat berani itu, tuan Stern. Mulai sekarang, kau boleh menganggapku sebagai rekanmu. Mohon kerja samanya, tuan Stern."
Dmitry kemudian menghampiri Stern, lalu menjulurkan tangan kanannya ke arah depan. Ia masih tersenyum ramah, hingga membuat Killyan merasa risih melihat itu.
Stern ikut berdiri, dan meraih tangan Dmitry. Mereka saling bertukar pandang, dan melakukan persalaman ringan.
Ketika itu terjadi, Niruu terbelalak bangun. Niruu menyadari sesuatu. Killyan yang ikut menyadari, menoleh ke arah Niruu dan ikut curiga akan suatu hal.
Mereka berdua saling mengayunkan tangan, dan bersalaman ringan.
"Aku sangat menghormati keputusanmu, tuan Dmitry."
"Kuharap nantinya aku akan bisa makan enak di dalam istana, tuan Stern."
"Tentu saja ... serahkan itu semua padaku, tuan Dmitry."