Sepanjang jam pelajaran, Tania benar-benar tidak bisa konsentrasi. Dia masih sakit hati dengan ucapan Belva, dan ada lagi masalah baru. Saat ini Cantika menjauhinya. Tania tahu persis itu pasti karena Cantika cemburu. Pasti Cantika sudah tahu perihal Tania yang menginap di rumah Belva. Tapi itu manusiawi, Tania pun menyadarinya.
"Oe ... Hari ini Bu puji izin. Jadi hari ini kita jam kosong." Ridho, seorang ketua kelas koplak berteriak di depan kelas. Kalau di mana-mana ketua kelas selalu berusaha untuk menertibkan rakyatnya, tetapi di kelas 10 IPS2 ini, ketua kelasnya paling bobrok. Dia yang pertama kali melonjak bahagia ketika ada jam kosong.
"Percuma banget jam kosong pas bahasa Inggris. Pasti kalian minta aku mengerjakan tugas Bu puji dan kalian tinggal nyontek kan?" Tania berseloroh lirih. Dia sudah hafal tabiat teman-temannya di kelas. Karena Tania paling jago bahasa Inggris, jadi setiap ada tugas bahasa Inggris maka Tania lebih dulu mengerjakannya, dan nanti akan beramai-ramai dicontek oleh teman satu kelas.
"Tentu dong, Tan. Punya ilmu itu harus dibagi, nggak boleh di pakai sendiri nanti tidak berkah. Ini tugasnya silakan dikerjakan dulu, Tania cantik." Ridho menyerahkan selembar kertas soal kepada Tania.
"Aih, apes banget punya ketua kelas kayak kamu."
"Tenang, nanti kamu bakal di traktir bakso teman satu kelas."
"Ih, ditraktir kuahnya doang, ogah banget!" Tania bersungut-sungut sambil mengambil kertas yang ada di atas meja, lalu segera mengerjakannya.
"Can, tumben banget kamu ikut ngerjain bahasa Inggris. Biasanya juga menunggu dari Tania." Ridho berteriak dari depan saat melihat Cantika sibuk mengerjakan soal.
"Tania saja bisa mengerjakan, kenapa aku nggak?" Cantika menjawabnya enteng. Tania yang mendengarnya hanya mengelus dada sejenak, mencoba untuk menyabarkan dirinya sendiri. Ya, Cantika sama sekali tidak salah dan wajar bersikap seperti itu. Wanita mana yang rela jika ada yang dekat bahkan terlalu dekat dengan kekasihnya?
Sebenarnya Tania ingin membereskan masalah ini, tetapi dia ingin mengerjakan tugasnya terlebih dahulu.
Tania menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir segala pikiran buruk yang bertengger di otaknya, dan segera menyelesaikan tugas Bu puji. 40 soal pilihan ganda, dan 5 soal uraian selesai dalam 30 menit jika Tania yang mengerjakan. Untung tidak banyak soal reading, jadi lebih mudah Tania mengerjakannya.
"Selesai pak ketua!" Tania menyodorkan kertasnya di meja lalu dia segera menenggelamkan kepalanya nya di atas tangan yang diletakkannya di atas meja.
Sontak ketua kelas bobrok itu segera mengambil kertas Tania. Seluruh pasukannya diminta untuk duduk takzim, sementara dia mendikte jawaban dari kertas Tania ke teman-temannya.
Tania hanya tertawa melihat tingkah laku ajaib ketua kelas dan teman-temannya itu. Setelah Tania berhasil menenangkan dirinya sendiri, Dia segera menyeret kursinya dan dibawa ke bangku di mana Cantika duduk.
"Can, Kamu kenapa sih menghindari aku?"
Cantika meneruskan menuliskan jawaban sesuai dengan otaknya sendiri, tidak nyontek Tania. Cantika tidak menggubris ucapan Tania sedikitpun.
"Can, please jangan kayak anak kecil begini. Kalau kamu memang marah sama aku, ngomong! Jangan menghindar seperti ini. Nggak enak tahu dianggap nggak ada seperti ini. Ayo katakan padaku ada apa?"
"Seharusnya kamu tahu tanpa aku beritahu. Kalau kamu memang merasa tidak tahu, berarti kamu bodoh," ucap Cantika sambil terus menulis.
"Ish, masalah aku menginap di rumah Kak Belva? Pasti kak Belva sudah menjelaskan semuanya kan? Kenapa kamu masih merasa cemburu, sementara kamu tahu aku sama sekali bukan tipe Kak Belva. Bahkan kamu juga dengar sendiri kan tadi? Aku tidak unggul dalam hal apapun, jadi tidak ada alasan bagi Kak Belva untuk menyukaiku. Kamu itu terlalu sempurna, Can. Jadi sama sekali tidak pantas jika kau cemburu hanya dengan percikkan kuah bakso seperti aku."
Tania berbicara panjang lebar. Ada yang tersendat di kerongkongannya saat mengucapkan itu. Ya, Tania tahu semua kekurangan yang ada pada dirinya. Dia fikir kekurangan itu akan mampu diterima oleh seseorang ketika dia tulus menyukai kita, tetapi ternyata kekurangan tetaplah kekurangan.
Cantika menghentikan aktivitasnya. Lalu menatap Tania yang saat itu juga menatapnya.
"Tan, Aku sayang sama kak Belva. Berhak kan aku marah ketika aku tahu kamu menginap di rumah Kak Belva. Sedangkan aku, pacar Kak Belva, sama sekali belum pernah diajak ke rumahnya dan dikenalkan dengan mamanya. Aku juga belum pernah naik motor barunya Kak Belva. Sedangkan kamu, sudah sering kan? Tan, andai kamu tahu, kecantikan dan kecerdasan yang aku miliki dan mungkin membuat kamu iri ini, tidak akan ada gunanya ketika seseorang sudah nyaman padamu. Ketika seseorang sudah nyaman, dia tidak peduli lagi meskipun otak kamu kosong, meskipun kamu ceroboh, meskipun kamu nggak cantik, dia tidak peduli lagi, dan aku takut, suatu saat itu akan terjadi pada kalian."
'Ya, mungkin apa yang kamu ucapkan memang 100% benar. Tetapi sayangnya, Kak Belva tidak pernah nyaman denganku. Kak Belva fokus melihat segala kekuranganku dan tidak melihat kelebihanku.'
"Can, Aku harus bagaimana? Aku memang suka bersahabat dengan Kak Belva. Meskipun dia selalu jutek padaku. Meskipun dia tidak pernah menganggap aku mempunyai kelebihan apa-apa. Tapi aku suka bersahabat dengannya. Terus apa aku salah jika aku nyaman bersahabat dengannya? Hanya sahabat, Can. Tapi kalau memang persahabatanku dengan Kak Belva membuat kamu tidak nyaman, Aku siap menjauhi Kak Belva. Lagipula Kak Belva juga sepertinya tidak suka dekat-dekat denganku, kalau tidak kepepet minta bantuan diajari bahasa Inggris."
Ucapan Tania ini, entah dapat ditepati Tania atau tidak. Yang jelas, dirinya tidak yakin apakah dia bisa menjauhi Belva.
"Aku yakin kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Kamu tidak perlu bertanya padaku. Aku mau fokus belajar bahasa Inggris dulu. Biar aku sepintar kamu dalam bahasa inggris, dan Kak Belva tidak perlu minta bantuan kamu lagi."
Cantika yang selalu lemah lembut dan selalu memamerkan senyumnya itu, kali ini terlihat garang. Sepertinya, Dia benar-benar sangat kecewa dengan Tania.
"Aku fikir kita bisa bersahabat sampai nanti kita menjadi nenek-nenek tua yang tetap cantik, tetapi ternyata persahabatan kita cepat sekali koyak hanya gara-gara kecemburuan kamu."
"Kecemburuan aku berdasar kok. Aku bisa mencari 1000 sahabat seperti kamu, tetapi aku tidak akan pernah bisa menemukan kekasih pengertian seperti Kak Belva."
Deg. Dada Tania langsung terasa di dijatuhi oleh batu besar. Ternyata seperti itu Tania di mata Cantika. Jadi cantika merasa bahwa dia bisa mencari 1000 sahabat sepertinya? Cantika lebih memilih kehilangan sahabat daripada kehilangan pacar?
Ya, mungkin kak Belva memang sespesial itu, sehingga Cantika begitu takut kehilangannya.
'Can, Kalau boleh jujur. Sebenarnya aku juga takut kehilangan Kak Belva, aku takut tidak bisa sedekat dulu lagi, aku takut tidak bisa duduk di jok belakang motor Kak Belva lagi. Dan sepertinya kali ini benar-benar terjadi. Dan aku memang harus menjauh dari kehidupan kalian. Entah bisa atau tidak.'