webnovel

Misi Darurat

1 Lawan 12

Rigma terus mengeluarkan tekanan jiwa yang sangat kuat hingga membuat lawannya merinding.

'Apa dia benar-benar manusia…? Aku... Amalia Kusma Atraja….seorang etranger kelas 1 tingkat lanjut dan pewaris grup Atraja Company… dibuat gemetar begini…'

Seorang wanita yang juga direkomendasikan oleh orang dalam organisasi pandawa gemetar merasakan aura jiwa milik rigma. Amalia merasa dirinya seperti seekor katak dalam sumur yang berhadapan dengan seekor ular besar.

"SEMUANYA…! DENGAR…! Kita tidak boleh meremehkan rigma…! Aku sangat mengenalnya… sebelum dia sekuat sekarang… dia bahkan bisa menahan 3 orang etranger veteran… dua diantaranya etranger kelas 1 tingkat lanjut…"

'Apa…!? Bagaimana mungkin…! Sebelum sekuat sekarang dia sudah bisa menghadapi kekuatan 2 etranger tingkat lanjut…!?'

Amalia semakin panik ketika mendengar kenyataan soal rigma yang akan menjadi lawannya.

"Tapi tenang… jumlah kita jauh lebih banyak… dan aku cukup yakin bisa menahannya sebagai barisan depan…"

"Hooo… asrea… Sepertinya… aku harus memberimu sedikit pelajaran…"

Rigma benar-benar berperan sebagai penjahat sekarang, ia bahkan membuat nafas dari mulutnya terlihat seperti kepulan asap panas.

"Jangan salahkan aku kalau kau kalah…!"

Asrea mengeluarkan 3 kepala hydra yang terbuat dari air begitu melihat yuda sudah hampir keluar dari arena. Melihat keberanian wanita bertubuh kecil di barisan depan membuat Legi Primasja bergerak maju paling depan. Tubuhnya yang besar dengan otot kekar kebanggaannya membuat harga diri legi menjadi sangat tinggi.

"Mana mungkin aku membiarkan gadis kecil sepertimu berjuang sendirian di barisan depan…"

"Hoo jadi masih ada pria jantan di sini…"

"Aku menanggung kehormatan jiwa pengelana yang merupakan seekor naga… jadi tidak mungkin aku bergantung pada seorang wanita…"

[Sisik Naga]

Tubuh legi mengeras dan kulitnya menjadi kasar seperti terbuat dari batu karang. Rias Januar dan Vina Linson juga ikut maju sambil mengeluarkan aura jiwa. Mereka tidak ingin terpengaruh oleh tekanan aura jiwa milik rigma ketika pertarungan dimulai.

"Majulah… dan biarkan aku menguji batas kemampuanku…!"

Saat langkah kaki yuda berhenti dan pintu areana mulai tertutup, barisan depan sudah menerjang ke arah rigma. Legi lebih dulu mencapai rigma dan melancarkan sebuah tinju dengan kecepatan tinggi.

*BDOOM…*

"Berhasilkah…?"

Dari kepulan asap tipis terlihat senyuman iblis yang menandakan rigma belum tumbang. Asrea dari belakang legi melancarkan tiga kepala hydra miliknya untuk menyerang rigma.

*bdur dur duar….*

"Dia tidak akan kalah hanya dengan serangan seperti itu…"

"Seperti yang diharapkan dari rekan setiaku… kau tahu banyak…"

"...!"

Asrea terkejut mendengar suara rigma terdengar pelan tepat di belakangnya. Sebuah api biru pun menghalangi rigma untuk mendekati asrea di udara.

"Hooo ada yang bisa menggunakan api ya… tapi…"

[Gravitasi]

"Aaaahhhh…."

Gerakan rias pun terhenti karena tekanan gravitasi yang sangat kuat di sekitarnya. Namun bukannya berhenti mengeluarkan api, api biru milik rias malah semakin besar.

"LEPASKAN DIA…!!"

Serangan hydra milik asrea berhasil mengenai rigma dan mendorongnya hingga ke sudut arena.

"Bekulah…"

Butiran kristal es muncul di dekat rigma yang sedang menahan serangan hydra milik asrea. Tubuh rigma pun membeku dalam hitungan detik dan terkurung di dalam bongkahan es besar. Sihir [Gravitasi] yang mengurung rias pun berhenti ketika rigma terkurung.

"Vina…! Kamu luar biasa…!"

Rias langsung memeluk tubuh vina yang berhasil mengurung rigma di dalam es. Berkat sihir air milik asrea, sihir es vina jadi lebih mematikan dari biasanya.

*creack…*

"Eh…? Suara apa itu…?"

"Semuanya waspada…! Dia tidak akan kalah semudah itu…!"

*DUAR…*

Es raksasa yang mengurung rigma meledak dan hancur hingga menjadi kepingan kecil.

"Dini… tongkat…"

"Dimengerti tuan…"

Gauntlet yang rigma kenakan pun berubah menjadi sebuah tongkat panjang berwarna hitam.

[Tato Sakral] [Transformasi Ratu Succubus : Tahap Pertama] [Mata Naga]

Asrea langsung merinding merasakan hawa dingin yang berasal dari rigma. Hanya ia yang paham betapa berbahayanya kekuatan rigma saat sedang serius.

"Semuanya… hati-..."

*shing…*

Sebelum asrea menyelesaikan kata-katanya rigma sudah berada tepat di depannya dan siap mengayunkan tongkatnya.

"Eh…!?"

[Tornado] [Bola Ungu]

"...!"

Rigma langsung menghindar dari serangan langsung dari arah kanannya. Namun saat berada di udara muncul duri yang terbuat dari tanah di langit-langit dan lantai arena.

[Taring Empetus]

"Jangan beraninya kau lupakan kami…!"

"Kerja bagus…! Sekarang…!"

[Seratus Pedang Air]

Asrea sama sekali tidak mengendurkan kekuatan serangannya dan mengerahkan seluruh kekuatannya pada setiap serangan. Rigma terus memutar tongkat hitam untuk menangkis pedang milik asrea.

"...!"

[Pukulan Naga]

*tcyus… BOOM…*

Rigma terkena pukulan telak hingga menghantam lantai arena dengan sangat keras. Serangan Legi disambung oleh sambaran petir yang sangat kuat hingga membuat suara gemuruh.

"Petir….?"

"Haaa… haaa…."

[Tombak Petir]

Amalia akhirnya mengambil tindakan dan ikut menyerang rigma dengan petir miliknya. Asrea menyambung serangan petir amalia dengan kepala hydra. Air membuat petir amalia semakin kuat dan berhatan lebih lama.

"Tidak boleh berhenti sampai disitu…!"

[Bola Hitam]

[Pisau Angin]

[Pedang Darah]

[Peningkat Sihir]

Tiga serangan milik kumaran dan 2 orang etranger kelas 1 yang sebelumnya masih berdiri di arena bergabung. Ditambah kekuatan [Peningkat Sihir] milik wanita yang sebelumnya hanya berteriak dan tidak ingin kalah dari rigma. Serangan mereka benar-benar terlihat seperti bencana kecil yang membuat sebagian arena bawah tanah hancur.

"Maaf temanku… tapi aku juga harus membantu mereka.. Ayo boy…"

"Yaa…!"

[Glori Bringer]

[Berserker]

[Demonic Power]

Saat serangan sihir mulai mereda, para pemilik kekuatan jarak dekat bersama dengan akbar maju untuk menyerang.

"Tubuh yang bercahaya… bagus juga… tapi…"

[Kekuatan Naga : 75%]

*busshhh…*

Tiga petarung jarak dekat yang melompat ke arah rigma terhempas oleh gelombang angin. Bersamaan dengan itu, energi jiwa yang keluar dari tubuh rigma meningkat secara drastis.

"Serangan yang hebat… kalian memadukan kekuatan dengan baik… kalau aku yang dulu pasti akan terluka parah dan kalah… tapi… sayang sekali kekuatan kita sekarang beda level…!"

Syna dan wimala terkejut melihat rigma mengeluarkan kekuatan aruna hingga 75% tanpa kesulitan sedikitpun.

'Aruna… apa-apaan bocah itu…?'

'Ya… saat aku mengecek tubuhnya… aku sudah merasakan perubahan pada tubuhnya… tapi aku juga terkejut dia bisa sekuat ini… kekuatanku sekarang baru pulih 85% dan dia sudah berhasil menarik 75% kekuatan naga…'

Wimala terus menatap aruna dengan wajah yang penuh kekhawatiran karena ia takut rigma terkena dampaknya.

'Tenanglah wimala… dia hanya menggunakan sedikit energi jiwanya untuk menggunakan kekuatanku… artinya dia memang sudah berkembang…'

'Kalau begitu aku bisa sedikit lebih tenang… karena aku tidak mau wadah sekaligus kaumku terus menderita…'

Di sisi lain yuda dan beberapa wakil organisasi pandawa melihat kekuatan rigma yang begitu besar.

"Waw… aku tidak menyangka anak yang direkomendasikan oleh fira dan kak aria sekuat ini…"

"Aku juga baru pertama kali melihatnya bertarung… tapi tidak aku sangka energi jiwanya sebesar ini… sepertinya dia sudah berkembang pesat…"

"Tenang semuanya... 5 menit belum berakhir…"

Di arena latihan bawah tanah terasa sekali tekanan yang dipancarkan oleh rigma. Asrea tahu ini saatnya mengeluarkan seluruh kekuatannya atau tidak sama sekali.

"Oh penguasa air… berikanlah tetesan kekuatanmu padaku untuk menghabisi musuh kuat yang ada di hadapanku…"

[Gaun Penyihir Air]

Seluruh tubuh asrea pun terbalut oleh gaun yang terbuat dari air dengan topi penyihir di kepalanya.

"Semuanya…!! Kerahkan seluruh kekuatan yang kalian miliki…! Kalau tidak akan sanga-..."

*Duar…*

Rigma langsung mengalahkan legi dengan pukulan yang sangat keras sebelum asrea sempat memperingatkan rekannya.

"Tidak akan aku biarkan…!"

"Sial…!"

[Rantai Air]

"Tidak… mempan…!"

*prang…*

'Mustahil… rantai air harusnya bisa menahan monster dimensi rank S+... ditambah lagi ia tidak menggunakan nona dini… apa…!?'

Rigma menghancurkan [Rantai Air] dengan mudah dan langsung menargetkan asrea. Sementara itu dini yang masih menjadi tongkat tertancap di tengah arena. Rigma melempar dini hingga mengenai salah satu petarung jarak dekat pengguna [Berserker].

"Dengan ini tiga tumbang… huh…!?"

*jegar…*

Sebuah sambaran petir yang sangat besar menghalangi serangan rigma yang hampir mengenai asrea.

[Perwujudan Jiwa : Anastorm]

Amalia menggunakan teknik perwujudan jiwa miliknya untuk menyelamatkan asrea. Rambutnya berubah menjadi putih dengan listrik yang terus mengalir di tubuhnya. Ia juga memancarkan cahaya tipis kebiruan yang sama dengan warna matanya.

"Menarik…!"

Rigma pun mengeluarkan pedang senja dari balik jubah hitam miliknya dan ia pun memasang kuda-kuda.

[Gemerlap Phantom]

"Jangan lupakan aku teman…"

"...!"

*BAM…*

Akbar berhasil menggagalkan teknik pedang phantom dengan pukulan dan membuat rigma terpukul mundur.

"Cih…!"

[Gravitasi]

*Dum…*

Rigma mencoba menahan amalia dengan tekanan gravitasi yang sangat tinggi hingga membuat lantai arena ikut ambles.

"Masih sempat memikirkan amalia yang ada di belakang…! Sekarang aku benar-benar merasa diremehkan…!"

Saat akbar hendak melancarkan pukulannya, secara bersamaan legi dan asrea juga mencoba menyerang rigma dari belakang.

*TETTTT…*

"...!"

Secara serentak mereka semua berhenti ketika mendengar suara bel dari pintu arena. Rigma sudah menghunuskan kuku succubus miliknya pada akbar dan legi. Lalu pedang senja sudah berada tepat di leher asrea sambil melayang.

"Waktu lima menit habis… selamat…! Kalian lulus pelatihan anggota baru atau lebih sering kami sebut ujian seleksi terakhir... "

Seperti biasa tim medis juga ikut masuk setelah pertarungan selesai, rigma hanya mengalami beberapa luka gores. Padahal ia melawan 12 orang etranger kelas 1 yang menggabungkan kekuatan. Sementara beberapa etranger kelas 1 babak belur akibat pertarungan tersebut. Setelah luka selesai diobati, yuda langsung mengumpulkan seluruh peserta yang tersisa.

"Ehem… sebelumnya aku ucap selamat karena pertarungan kalian benar-benar hebat… hingga membuat para wakil ketua organisasi terkejut…"

Kata-kata yuda membuat para anggota baru pun senang karena wakil ketua organisasi pandawa bukan orang sembarangan.

"Lalu… untuk bocoran… orang yang kalian lawan tadi… si Rigma Sanja Dawala… dia adalah etranger kelas spesial yang baru mendapatkan kekuatan keduanya… dia baru akan mendaftarkan kelasnya setelah masuk ke organisasi pandawa..."

"HAAAAHHH….!?"

Semua peserta selain asrea terkejut dengan apa yang dikatakan yuda soal kekuatan rigma. Sebab etranger kelas spesial bukan sesuatu yang normal dari segi kekuatan fisik ataupun kekuatan jiwa.

"Dan yang terakhir… organisasi pandawa selalu menempatkan anggota baru dalam satu kelompok… jadi 13 orang yang ada di sini sekarang akan menjadi satu kelompok… lalu rigma akan jadi ketuanya… sementara asrea akan menjadi wakil ketua grup… bila ada yang keberatan silahkan angkat tangan kalian…"

Semuanya orang setuju karena mereka telah melihat secara langsung kemampuan rigma dan asrea.

"Karena tidak ada yang protes… aku akan menjelaskan aturan terakhir… selama kalian berada dalam grup… keputusan ketua dan wakil ketua adalah mutlak… sebab mereka juga akan memiliki hak untuk mengeluarkan anggota yang membangkang dari organisasi… jadi aku harap kalian bisa bekerja sama dengan baik… berikutnya… rigma… setelah ini ikut denganku ke ruanganku… ada yang ingin aku bahas denganmu sebagai ketua grup…"

"Siap…"

Pelatihan sekaligus seleksi terakhir untuk masuk organisasi pandawa pun selesai. Rigma dan asrea berhasil masuk tanpa kendala, bahkan mendapat jabatan penting. Rigma mengikuti yuda hingga sampai di ruang khusus ketua organisasi. Yuda pun duduk dan menatap rigma dengan wajah yang sangat serius.

"Langsung saja ke intinya… apa kau mau ikut berpartisipasi dalam misi darurat penanganan kelompok revolusioner…?"

bersambung...

Chương tiếp theo