webnovel

Berharap

Samar-samar Cantika membuka kedua matanya ia melihat sekitar. Terlihat seseorang yang tak ingin ia lihat walau dalam hati ia ingin melihatnya dan ingin terus-menerus melihatnya.

Wanita ini pun memejamkan matanya berpaling darinya. Beberapa kali ia menghembuskan napas panjang. Akan tetapi, ia ingin melihatnya yang sedang tertidur itu.

"Kamu begitu sempurna sedangkan aku tidak! Begitu banyak yang mencintaimu dan aku tak pantas untukmu," gumamnya pelan dengan hembusan napas yang begitu berat.

"Kata siapa?" tanya Leonar tiba-tiba mengangkat kepalanya membuat Cantika terkejut dan segera berpaling.

Cantika terlihat gugup menyangka kalau laki-laki ini sedang tertidur tapi, kenyataan dia tak tidur sama sekali. Karena ini juga membuatnya sangat malu sekali.

"Kamu itu jangan so tau!" seru Leonar mulai duduk sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Sembari memperhatikan wajah Cantika yang membelakanginya.

Sesaat Cantika menoleh kemudian berpaling kembali.

"Harusnya kamu itu berterima kasih karena aku berhasil menolongmu. Coba bayangkan jika aku tak ada bagaimana nasibmu?" tanyanya dengan nada judes.

Cantika menoleh lagi. "Terima kasih ...!" serunya dengan nada tak kalah sinis.

"Kamu itu hutang nyawa padaku jadi kamu harus membayarnya."

Cantika melihat Leonar dengan sangat serius. "Apa maksudmu?"

"Coba kamu hitung berapa kali aku menolongmu!"

"Aku tak pernah meminta ditolong olehmu. Kamu sendiri yang sukarela menolongku jadi aku tak hutang budi padamu," ucap Cantika ketus dan berpaling lagi.

Leonar mengembuskan napas panjang. "Yah, aku suka rela menolongku karena aku menyukaimu dan aku tak ingin kamu terluka sedikit pun, puas ...."

Cantika tersenyum akan tetapi, kembali berwajah serius walau sebenarnya ia menahan senyum dan senang Leonar mengatakan ini.

Wajah Leonar masih terlihat kesal karena tak bisa membalas ucapan Cantika.

Suara ponsel Leonar pun berbunyi. Ia pun merogok saku celananya dan mengambil ponselnya.

"Halo."

"Selamat pagi, Pak. Laki-laki itu sudah berada di kantor polisi tapi, dia tak mengakuinya dan mengatakan kalau ia melakukan ini karena menyukai wanita itu tak ada maksud lain. Akan tetapi, saya rasa dia berbohong," tutur Aryo asisten Leonar yang mengurus laki-laki yang menculik Cantika kemarin.

"Baik, saya mengerti. Saya harap kasus ini dibawa ke meja hijau aku akan membawa korban untuk membuat dia mengakuinya," jawab Leonar serius.

Cantika mengerutkan keningnya dan memasang telinga untuk mendengar apa yang Leonar bicarakan dibalik telpon. Jujur saja wanita ini penasaran sekali.

Leonar pun mematikan ponselnya dan menatap wanita yang ada dihadapannya dalam-dalam.

"Aku sudah melaporkan apa yang terjadi padamu. Aku rasa ada yang menyuruhnya mana mungkin dia tiba-tiba melakukan semua itu kalau dia tak waras. Lagi pula apartemen tempatku tinggal mempunyai tingkat keamanan yang sangat tinggi seorang pun tak akan bisa masuk kalau tak ada yang memasukannya," papar Leonar menjelaskan.

"Aku rasa begitu ... karena dia benar-benar seperti menungguku di sana," tambah Cantika mengingat kembali apa yang terjadi padanya.

"Kalau begitu kamu harus bersaksi di pengadilan kalau kamu itu korban dan aku tak akan membiarkan dia lolos begitu saja."

"Yah, aku mau. Jika memang dia tak waras aku ingin tak ada korban lagi seperti aku. Jujur saja aku benar-benar takut sekali karena dia memperlakukanku sangat menjijikkan sekali dan hampir saja ...."

"Sudah, cukup! Tak perlu diteruskan. Dia berani sekali menggoda wanitaku maka aku tak akan membiarkannya lolos." Leonar mengepalkan tangannya dengan amarah yang ia tahan.

Cantika tersenyum. "Terima kasih."

Leonar membalas senyuman Cantika. "Aku akan selalu menjagamu apa pun yang terjadi?" Laki-laki ini pun mengeengam tangan Cantika dan mengecup punggung tangannya.

Cantika tak beraksi apa pun hanya tersenyum saja.

***

Seseorang mengangkat telponnya.

"Halo."

"Maaf Bos .... Jony tertangkap sekarang dia di kantor polisi," lapor seorang laki-laki.

"Sialan ... saya sudah memberikan semuanya dan kalian tak boleh menyebut namaku apa pun yang terjadi? Jika kalian berani melibatkanku aku pastikan kalian tak akan selamat!" serunya menutup telponnya.

Wanita ini memblokir nomor telpon ini dan segera mematikan ponselnya. Ia tak mau meninggalkan jejak apa pun. Sekarang ia benar-benar cemas akan tetapi, ia berusaha menyembunyikannya. Bersikap tenang sebisa mungkin.

Tanpa wanita ini sadari seseorang sedang merekam apa yang wanita ini lakukan. Ia tersenyum jahat. Karena ini bisa menjadi senjatanya dan setelah itu ia buru-buru pergi dari sana sebelum ketahuan wanita yang terlihat cemas itu.

***

Begitu ada Rana, Leonar pun meminta izin ke kantor polisi. Ia ingin mengurus pelaku yang membuat Cantika seperti ini. Laki-laki ini tak mempercayai siapapun selain asistennya dan Rana.

Aryo sudah menunggu Leonar di kantor polisi. Leonar pun datang dan langsung masuk diikuti oleh Aryo.

Aryo sudah mengurus semuanya melaporkan pelaku atas nama Leonar. Ia pun meminta izin untuk menemui pelaku.

Ekspresi pelaku itu langsung berubah saat melihat Aryo dan Leonar. Sikapnya seperti orang-orang tak waras saat polisi laki-laki mengantarkannya ke hadapan Leonar dan Aryo.

"Sudah tak usah berpura-pura lagi aku tak akan tertipu olehmu," ucap Leonar ketus setelah melihat seorang polisi pergi dari ruangan tempat bertemu.

Pelaku yang ada di hadapan Leonar dan Aryo pun senyum-senyum sendiri bertindak seperti seseorang tak waras lainnya.

"Tak ada pilihan untukmu selain mengakui siapa yang menyuruhmu? Jika sikapmu seperti ini maka kamu akan menyesal," ancam Leonar tersenyum jahat.

Laki-laki itu tak menggubris dan masih berpura-pura tak waras walau sebenarnya ia mendengarkan.

Aryo sedang menyelidiki siapa sebenarnya laki-laki bernama Jony itu? Suara telpon Aryo pun berbunyi dan segera beranjak bangun untuk menjawab telpon dari seseorang yang ia tunggu.

Leonar memperhatikan laki-laki yang ada dihadapannya. Laki-laki tersebut masih bersikap seperti seseorang yang tak waras.

Namun, sesekali laki-laki itu memperhatikan Leonar yang sedang memperhatikannya.

Beberapa saat kemudian Aryo pun kembali dan membisikan sesuatu pada Leonar yang langsung tersenyum jahat.

"Riwayatmu tamat sekarang!" seru Leonar tiba-tiba.

Laki-laki yang bernama Jony itu terlihat terkejut dan setelah itu ia pura-pura menjadi gila lagi.

"Itu pilihan kamu akan bersikap bagaimana? Aku akan memberi waktu sampai besok. Jika kamu tetap tak mau mengakuinya, aku pastikan kamu akan menyesal dengan pilihanmu," ungkap Leonar beranjak bangun dan pergi dari ruang itu bersama Aryo yang tersenyum padanya.

Jony terlihat cemas ia benar-benar tak tau apa yang akan Leonar lakukan? Ia tau kalau semua yang ia lakukan ini salah kalau bukan karena uang ia tak akan melakukan semua ini.

Tiba-tiba saja air matanya terjatuh tanpa ia sadari. Ia benar-benar takut berada di penjara ini. Orang-orang yang ada dalam penjara ini memang tak melakukan apa pun padanya tapi, ia takut semua yang terjadi setelah ini.

Bersambung

Chương tiếp theo