Cantikan masih melihat undangan yang ia pegang sedari tadi. Beberapa kali ia menghembuskan napas panjang.
"Kenapa rasanya sesakit ini, Tuhan?" tanyanya sendiri.
Cantika masih berbaring di tempat tidurnya. Dua hari ini moodnya benar-benar hilang. Cantika benar-benar tak mau melakukan apa pun. Merasa sangat malas sekali.
Cantika terus melihat undangan yang ia pegang. Undangan itu memang untuknya tapi, yang tertulis Leonar dan Karisa. Ada perasaan sedih bahkan tak rela.
"Bukankah Aku sudah merelakannya! Kenapa masih terasa sangat menyakitkan?" lagi-lagi Cantika berbicara sendiri.
Ada perasaan ragu yang ia rasakan. Sebenarnya bukan ragu tapi, lebih pada sakit hati walau Cantika enggan untuk mengakuinya.
Tinggal beberapa jam lagi acara pertunangan itu. Wanita ini harus mengambil keputusan. Melepaskannya atau mengejarnya. Cantika mengingat apa yang terjadi pada ia dan Leonar satu minggu yang lalu?
Cantika sadar kalau ia yang memutuskan untuk meninggalkan Leonar. Bukan tanpa alasan Cantika memutuskan semua ini. Leonar terlalu sempurna untuknya sedangkan kondisi Cantika sekarang seorang janda.
Di mana-mana janda selalu dipandang sebelah mata. Itu juga yang Cantika pikirkan karena statusnya itu.
"Aku harus apa Tuhan?" tanyanya lagi.
Cantika merasa sangat frustasi sekali. Dengan apa yang terjadi pada hatinya yang begitu bingbang.
Di sisi lain Leonar secara diam-diam memasang cctv di kamar Cantika. Karena itu ia tau apa yang terjadi padanya. Tak hanya di kamarnya saja di seluruh rumah kecuali kamar mandi.
Melihat semua itu Leonar tersenyum. Ia menyakini hatinya sendiri kalau Cantika pun merasakan apa yang ia rasakan.
Suara ketukan pintu pun membuyarkan semua. Pria itu pun langsung menutup laptopnya dan menoleh ke arah pintu. Seseorang membuka pintu kamarnya.
"Sayang, Kamu di sini! Bukankah seharusnya Kamu bersiap?" tanya Fara heran.
Leonar melihat jam tangannya, masih ada tiga jam dari acara pertunangannya dengan Karisa.
"Tenang saja, masih lama," jawab Leonar.
Fara berjalan masuk ke kamar Leonar. Wanita paruh baya itu pun duduk di samping putranya.
"Sepertinya Kamu tak yakin dengan pertunanganmu?" tanya Fara lagi.
"Karena Aku tak ingin bertunangan dengan Karisa," gumannya pelan.
"Apa?" Fara seperti mendengar suara samar-samar terucap dari mulut putranya.
"Ibu tau, Kamu sudah tak menyukai Karisa tapi, Ibu tak setuju jika Kamu memilih janda itu!"
Leonar menatap wajah Ibunya dalam-dalam. "Kalau begitu Aku tak mau bertunangan dengan siapapun?" timpal Leonar datar.
Mendengar ucapan putranya membuat Fara terkejut dan syok. "Ibu harap ucapanmu tak serius!" Fara menatap tajam putranya itu.
Leonar pun beranjak bangun dan duduk dihadapan Ibunya. "Aku sangat serius sekali Ibu. Kali ini Aku benar-benar jatuh cinta bahkan sangat mencintai janda itu! Aku tak peduli statusnya apa? Karena dalam hatiku Cantika wanita yang Aku cintai," tutur Leonar membalikan badannya dan duduk membelakangi Ibunya sambil memainkan ponselnya.
Fara tak bisa berkata-kata sampai ia menelan salivanya. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Fara tak mau jadi gunjingan orang-orang tentang menantunya seorang janda. Mau ditaruh di mana mukanya. Secara Fara seorang sosialita. Bagaimana mungkin putranya mempermalukannya?
Fara pun keluar dari kamar Leonar dengan wajah kesal. Jika Leonar bisa serius maka Fara akan lebih serius. Beberapa kali ia menghembuskan napas panjang. Wanita itu berusaha menenangkan diri sendiri.
Seluruh undangan sudah disebar tak mungkin jika semuanya batal. Bagaimanapun caranya Leonar harus bertunangan dengan Karisa? Apa pun yang terjadi? Fara sangat kesal sekali dan terus berpikir bagaimana menyingkirkan janda itu?
Leonar beranjak bangun dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Kali ini ia ingin melihat apa yang dilakukan Cantika sekarang. Pria itu pun kembali membuka laptopnya dan melihat seisi ruangan tak ada Cantika di mana-mana.
Leonar pun mulai cemas! "Di mana Kamu?" tanyanya sendiri.
Leonar mulai mencari sekitar melalui kamera tersembunyi yang ia kendalikan dari laptopnya. Cantika benar-benar tak ada di mana-mana.
Dalam pikiran Leonar pun bertanya-tanya di mana sebenarnya Cantika. Sampai Leonar pun tersenyum saat melihat melihat Cantika yang begitu cantik. Rasanya ia ingin berlama-lama menatapnya.
Leonar pun menutup laptopnya dan segera bersiap-siap untuk acara hari ini.
"Permainan akan segera dimulai!" seru Leonar tersenyum jahat.
Acara pertunangan diadakan di salah satu hotel mewah yang berada di kota. Beberapa tamu sudah datang. Sedangkan Leonar belum terlihat sama sekali.
Acara tinggal 30 menit lagi tapi, Leonar belum terlihat di mana-mana. Fara sangat cemas dan khawatir sekali. Karisa beserta orang tuanya Rusdy dan Rusna sangat senang sekali menyambut para tamu yang datang pada malam ini.
Fara mencoba untuk menenangkan dirinya karena sedari tadi putranya benar-benar tak bisa dihubungi. Fara pun terkejut saat seseorang menepuk pundaknya seketika ia menoleh.
"Ibu, di mana Leonar?" tanya Karisa sambil melihat sekitar.
"Sebentar lagi datang," jawab Fara gugup.
"Apakah Ibu, bisa menghubunginya karena sedari tadi Aku telpon ponselnya tak aktif." Karisa terlihat cemas sekali.
"Tadi, Leonar menghubungi Ibu ia lupa mencharge ponselnya. Percayalah Leonar pasti datang." Fara berusaha menenangkan Karisa yang sangat khawatir.
Karisa menghembus napas panjang dan tersenyum begitu melihat Leonar baru saja datang dari arah pintu. Karisa pun segera berjalan cepat untuk menghampiri Leonar. Dari jauh Fara merasa sangat lega sekali karena putranya datang tepat sebelum acara di mulai.
Karisa langsung mengandeng tangan Leonar akan tetapi, Leonar langsung melepaskannya dan berjalan terlebih dahulu. Pemandangan itu sontak dilihat semua orang yang ada di pesta. Karisa mencoba tersenyum dan berjalan di belakang Leonar.
Seorang wanita pun masuk ke acara pertunangan itu. Wanita itu melihat sekitar ia tak mengenal tamu-tamu yang datang pada malam hari ini. Sampai seseorang melambaikan tangannya ke arahnya.
"Cantika," panggil Yulla sambil tersenyum.
Suara Yulla pun didengar oleh Leonar dan juga Fara. Leonar menoleh dan langsung mengandeng tangan Karisa. Seketika sifatnya pun berubah. Fara hanya menonton saja tak melakukan apa pun karena pemandangan yang ia lihat sangatlah disukainya.
"Cantika, kenapa Kamu tak mengatakan kalau Kamu ke sini juga?" tanya Yulla.
Cantika tersenyum dan merasa lega karena ia bertemu dengan seseorang yang ia kenal. Walaupun sekarang sudah jarang bertemu dengan Yulla akan tetapi, Yulla teman baik Cantika saat keduanya masih kuliah dulu.
Sebenarnya Cantika malas berada di sini tapi, ia harus menyakinkan dirinya sendiri kalau ia rela dan ikhlas melepaskan Leonar walaupun ia merasa sakit yang tidak terasa. Cantika sengaja membelakangi Leonar dan Karisa karena ia tak mau melihat keduanya. Untunglah Yulla mengajaknya bicara panjang lebar.
Seseorang memperhatikan Cantika dari jauh. Ia tersenyum sumeringah. Walaupun Cantika tak memperhatikannya akan tetapi, sedari ia terus saja memperhatikannya untuk mengagumi kecantikan Cantika.
Bersambung